Seberapa besar pengaruh perencanaan PENDIDIKAN terhadap kualitas sumber daya manusia di Indonesia

Oleh: Wenang Budi Aryo

Meski rencana sudah matang dengan berbagai program yang dipersiapkan serta dilaksanakan dengan baik, pembangunan manusia Indonesia akan percuma tanpa adanya kerja bersama.

         Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia adalah bagian dari proses dan tujuan dalam pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu, pikiran-pikiran pembangunan yang berkembang di Indonesia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh kesadaran yang makin kuat akan tidak terhindarnya keikutsertaan bangsa Indonesia dalam proses global yang sedang berlangsung itu. Diharapkan proses ini membawa keuntungan dan mendorong proses pembangunan nasional.

Pada waktu yang bersamaan, bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang telah lebih dahulu maju. Oleh karena itu, pembangunan bangsa yang maju dan mandiri, untuk mewujudkan kesejahteraan, mengharuskan dikembangkannya konsep pembangunan yang bertumpu pada manusia dan masyrakatnya. Atas dasar itu, untuk mencapai tujuan pembangunan yang demikian, titik berat pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi dengan kualitas sumber daya manusia.

Konsep indikator pembangunan manusia sebagai ukuran pembangunan yang sejajar dengan indikator pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan.  Semuanya terkait dengan proses pergolakan sosial yang berlangsung dalam tiga dasawarsa terakhir sejak tahun 60 an. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya mencakup pembangunan manusia, sebagai insan memberikan tekanan pada harkatmartabathak, dan kewajiban manusia yang tercermin dalam nilai-nilai yang terkandung dalam diri manusia baik segi etikaestetika, maupun logika yang meliputi nilai-nilai rohaniah kepribadian dan kejuangan.

Dalam konteks pembangunan nasional, pembangunan manusia yang seutuhnya, kemampuan profesional dan kematangan kepribadian saling memperkuat satu sama lain. Profesionalisme dapat turut membentuk sikap dan perilaku serta kepribadian yang tangguh, sementara kepribadian yang tangguh merupakan prasyarat dalam membentuk profesionalisme. Minimal ada empat kebijakan pokok dalam upaya peningkatan SDM yaitu: Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani dan rohani, serta kualitas kehidupannya seperti perumahan dan pemukiman yang sehat; Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan penyebarannya; Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai IPTEK yang berwawasan lingkungan; serta Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan peran hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas SDM.

                Peningkatan kapasitas dan kualitas suatu bangsa melalui pembangunan SDM yang unggul merupakan tugas bersama dalam menciptakan bangsa yang kuat dan negara yang makmur. Melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik dan mental akan berdampak positif tidak hanya terhadap peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, namun juga dalam mendukung pembangunan nasional. Dalam kaitan ini, terdapat beberapa hal yang harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan kualitas SDM antara lain, pertama, adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan penataan terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting dalam penyelenggaraan sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan pada penguasaan IPTEK serta merata di seluruh pelosok tanah air.

Kedua adalah penguatan peran agama dalam kehidupan sosial bermasyarakat dalam rangka memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa (character building). Ketiga adalah peningkatan kapasitas SDM melalui berbagai Diklat, kompetensi, pembinaan dan lain-lain. Tenaga kerja profesional dan terampil sesuai tuntutan/kebutuhan pasar merupakan faktor keunggulan suatu bangsa dalam menghadapi persaingan global.

Pemerintah memegang peranan penting dalam menyiapkan program-program strategis guna menghasilkan SDM berkualitas dan siap memasuki pasar kerja. Terakhir, adalah pembinaan dan pengembangan masyarakat terutama generasi muda. Sebagai penopang utama dalam roda pembangunan, pemberdayaan generasi muda diharapkan dapat menciptakan generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi. Karakteristik generasi muda seperti inilah yang diharapkan mampu berkonstribusi dan memenangkan persaingan global.

Mempertimbangkan peran strategis SDM bagi akselerasi pembangunan negara, kebijakan dan langkah strategis program kerja yang komperehensif mestiterwujud agar dapat mencetak banyak SDM Indonesia yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global. Sinergi kebijakan antar pemangku kepentingan pada sektor terkait dan lintas sektor juga mutlak diperlukan guna menyatukan sumber daya dan potensi yang ada bagi percepatan pembangunan SDM Indonesia.

                Upaya tersebut tentu saja membutuhkan kerjasama dari semua pihak khususnya keluarga dalam hal pemberian pendidikan dan keahlian sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Kesadaran serta semangat untuk terus meningkatkan kualitas diri dan daya saing juga diperlukan dari generasi muda yang merupakan agen pembangunan bagi bangsa ini. Selain itu, diperlukan pengawasan dan evaluasi untuk memastikan program-program yang ada berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan produktifitas tenaga kerja khususnya generasi muda. Dengan SDM yang berkualitas, target dalam pembangunan Indonesia akan lebih mudah tercapai

Pendahuluan

Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan dinamisator masyarakat sendiri. Ada kecenderungan betapa sektor pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan lainnya. Artinya, sektor pendidikan menjadi sektor marginal dibandingkan dengan sektor pembangunan yang lain walaupun sektor pendidikan merupakan sektor yang urgen dalam akselerasi pembangunan negara.

Salah satu contohnya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun di sisi lain perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, bangsa Indonesia perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya kapasitas intelektual generasi penerus. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif, dan efisien dalam proses pembangunan kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.

Kunjungi Toko Kami di Tokopedia Javania

Kadar kualitas SDM yang terukur akan menjadi tolak ukur untuk menambal-sulam (rekonstruksi) atau bahkan mendekonstruksi pendidikan dari waktu ke waktu. Peranan guru sebagai pendidik yang andal dan berkualitas merupakan salah satu faktor yang strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Guru harus memenuhi persyaratan kualifikasi minimal (latar belakang pendidikan keguruan/umum dan memiliki akta mengajar). Setelah guru memenuhi persyaratan kualifikasi, maka guru akan dan sedang berada pada tahapan kompetensi. Namun, fenomena menunjukkan bahwa pendidik di sekolah masih banyak yang tidak memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan mutu di sekolah dalam rangka menghasilkan peserta didik sesuai dengan yang diharapkan masih belum optimal.

Dalam hal ini Manajemen Mutu Sekolah atau Total Quality Management sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih baik sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan dinamika masyarakat dalam menjawab permasalahan-permasalahan pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah. Komponen yang paling berperan dalam meningkatkan mutu ialah peran dan fungsi guru serta peran kepemimpinan kepala sekolah.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup makalah ini adalah :

  1. Pengertian dari Mutu Pendidikan
  2. Indikator dalam Mutu Pendidikan
  3. Total Quality Management (TQM) di Lembaga Pendidikan
  4. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Bidang Pendidikan
  5. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
  6. Manajemen Mutu Terpadu di Sekolah
  7. Marketing Pendidikan dalam Upaya Memasarkan Mutu Sekolah

Kunjungi Toko Kami di Shopee Frasya Butik

Pengertian Mutu Pendidikan

Membicarakan tentang pengertian kualitas atau mutu dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena mutu memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya. Dalam mendefinisikan mutu, ada empat pakar utama dalam TQM (Total Quality Management) yang saling berbeda pendapat, tetapi sebenarnya memiliki maksud yang sama.

Menurut Joseph Juran, seperti yang dikutip oleh M. N. Nasution, kualitas atau mutu diartikan sebagai kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan atau kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi.[1] Sementara, W. Edwards Deming menyatakan bahwa kualitas atau mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Adapun menurut Philip B. Crosby, mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan atau kualitas sebagai nihil cacat, esempurnaan, dan kesesuaian terhadap persyaratan. Feigenbaum juga mencoba untuk mendefinisikan bahwa mutu adalahkepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfication).

Dalam mendefinisikan mutu/kualitas memerlukan pandangan yang komprehensif. Dalam hal ini, ada beberapa elemen yang bisa membuat sesuatu dikatakan berkualitas.[2]Pertama, kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kedua, kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. Ketiga, kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain). Keempat, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Jika dilihat dari segi korelasi mutu dengan pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dzaujak Ahmad, bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku.[3]

Sudarwan Danim memiliki pandangan lain tentang pengertian mutu. Menurutnya, mutu pendidikan mengacu pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.

Berdasarkan deskripsi dari beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Dilihat dari definisi ini, maka mutu pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan terus berubah seiring dengan perubahan zaman yang melingkarinya, sebab pendidikan merupakan buah dari zaman itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan masyarakat.

Indikator Mutu Pendidikan

Setelah memahami definisi mutu, maka harus diketahui pula apa saja yang termasuk dalam dimensi mutu. Gavin, seperti yang dikutip oleih M. N. Nasution[4] mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Kinerja/performa (performance), yaitu berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk yakni karakteristik pokok dari produk inti.
  2. Bentuk khusus(features), merupakan aspek kedua dari performa yang menambah fungsi dasar serta berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya, yaitu ciri-ciri/keistimewaan tambahan atau karakteristik pelengkap/tambahan.
  3. Keandalan(reliability), yaitu berkaitan dengan kemungkinan suatu produk yang berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Dengan demikian, keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk.
  4. Konformitas (conformance), yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Kalau menurut Tjiptono, konformitas berkaitan dengan sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.[5]
  5. Daya tahan(durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
  6. Kemampuanpelayanan (serviceability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta penanganan keluhan yang memuaskan.
  7. Estetika(aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.
  8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand name, image).

Adapun tolak ukur yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan, hasil langsung pendidikan (hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolak pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan, misal: tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap), proses pendidikan, instrument input (alat berinteraksi denagn raw input, yakni siswa), serta raw input dan lingkungan.[6]

Dalam proses pendidikan yang bermutu, tercakup berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), administrasi, sarana dan prasarana, sumber daya lainnya, serta penciptaan suasana yang kondusif. Antara proses dan pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi, agar proses itu tidak salah arah, maka mutu dalam arti hasil output harus dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan target yang akan dicapai untuk setiap tahun kurun waktu tertentu harus jelas. Selain itu, berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu hasil outputyang ingin dicapai.

Kunjungi Toko Kami di Shopee Frasya Butik

Total Quality Management (TQM) di Lembaga Pendidikan

Manajemen Mutu Terpadu sangat populer di lingkungan organisasi profit, khususnya di lingkungan berbagi badan usaha/perusahaan dan industri, yang telah terbukti keberhasilannya dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya masing–masing dalam kondisi bisnis yang kompetitif. Kondisi seperti ini telah mendorong berbagai pihak untuk mempraktekannya di lingkungan organisasi non profit termasuk di lingkungan lembaga pendidikan.

Menurut Hadari Nawari, TQM (Manajemen Mutu Terpadu) adalah manejemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat(community development).[7] Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai proses atau rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus diintegrasi pula dengan pentahapan pelaksanaan fungsi–fungsi manajemen, agar terwujud kerja sebagai kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap pekerjaan dalam manajemen mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan perencanaan, persiapan (termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara kerja yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pengertian lain dikemukakan oleh Santoso yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana bahwa “TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi”.[8] Di samping itu Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) menyatakan pula bahwa “ Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, Hadari Nawawi mengemukakan tentang karakteristik TQM sebagai berikut :[9]

  1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal;
  2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas;
  3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah;
  4. Memiliki komitmen jangka panjang;
  5. Membutuhkan kerjasama tim;
  6. Memperbaiki proses secara kesinambungan;
  7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
  8. Memberikan kebebasan yang terkendali;
  9. Memiliki kesatuan yang terkendali; dan
  10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Bidang Pendidikan

Di lingkungan organisasi non profit, khususnya pendidikan, penetapan kualitas produk dan kualitas proses untuk mewujudkannya, merupakan bagian yang tidak mudah dalam pengimplementasian Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Kesulitan ini disebabkan oleh karena ukuran produktivitasnya tidak sekedar bersifat kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah lokal dan gedung sekolah atau laboratorium yang berhasil dibangun, tetapi juga berkenaan dengan aspek kualitas yang menyangkut manfaat dan kemampuan memanfaatkannya.

Demikian juga jumlah lulusan yang dapat diukur secara kuantitatif, sedang kualitasnya sulit untuk ditetapkan kualifikasinya. Sehubungan dengan itu di lingkungan organisasi bidang pendidikan yang bersifat non profit, menurut Hadari Nawari,[10] ukuran produktivitas organisasi bidang pendidikan dapat dibedakan menjadi dua. Pertama,Produktivitas Internal, yaitu berupa hasil yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti jumlah atau prosentase lulusan sekolah, atau jumlah gedung dan lokal yang dibangun sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Kedua, Produktivitas Eksternal, yaitu berupa hasil yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, karena bersifat kualitatif yang hanya dapat diketahui setelah melewati tenggang waktu tertentu yang cukup lama.

Tanda-Tanda Suksesnya Adaptasi Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Hadari Nawawi bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :

  1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
  2. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
  3. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat.
  4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.
  5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
  6. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
  7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.

Sumber-Sumber Mutu atau Kualitas

Manajemen Mutu Terpadu di lingkungan suatu organisasi non profit termasuk pendidikan tidak mungkin diwujudkan jika tidak didukung dengan tersedianya sumber–sumber untuk mewujudkan kualitas proses dan hasil yang akan dicapai. Di lingkungan organisasi yang kondisinya sehat, terdapat berbagai sumber kualitas yang dapat mendukung pengimplementasian TQM secara maksimal. Beberapa sumber kualitas tersebut akan kita perinci satu per satu dalam uraian berikut

1. Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah) terhadap kualitas.

Komitmen ini sangat penting karena berpengaruh langsung pada setiap pembuatan keputusan dan kebijakan, pemilihan dan pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan kontrol.

2. Sistem Informasi Manajemen

Sumber ini sangat penting karena usaha mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas, sangat tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang akurat, cukup/lengkap dan terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok organisasi.

3. Sumberdaya manusia yang potensial

SDM di lingkungan sekolah sebagai aset bersifat kuantitatif dalam arti dapat dihitung jumlahnya.Disamping itu SDM juga merupakan potensi yang berkewajiban melaksanakan tugas pokok organisasi (sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya.

4. Keterlibatan semua Fungsi

Semua fungsi dalam organisasi sebagai sumber kualitas, sama pentingnya satu dengan yang lainnnya, yang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu semua fungsi harus dilibatkan secara maksimal, sehingga saling menunjang satu dengan yang lainnya.

5. Filsafat Perbaikan Kualitas secara Berkesinambungan

Realisasi TQM tidak boleh digantungkan pada individu kepala sekolah sebagai sumber kualitas, karena sikap dan perilaku individu terhadap kualitas dapat berbeda. Dengan kata lain sumber kualitas ini harus ditransformasikan pada filsafat kualitas yang berkesinambungan dalam merealisasikan TQM.

6. Dimensi Kualitas

Menurut Hadari Nawawi, dimensi kualitas yang dimaksud adalah :

a. Dimensi Kerja Organisasi

Kinerja dalam arti unjuk perilaku dalam bekerja yang positif, merupakan gambaran konkret dari kemampuan mendayagunakan sumber–sumber kualitas, yang berdampak pada keberhasilan mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi (sekolah).

b. Iklim Kerja

Penggunaan sumber–sumber kualitas secara intensif akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di lingkungan organisasi. Di dalam iklim kerja yang diwarnai kebersamaan akan terwujud kerjasama yang efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif dan inovasi untuk selalu meningkatkan kualitas.

c. Nilai Tambah

Pendayagunaan sumber – sumber kualitas secara efektif dan efisien akan memberikan nilai tambah atau keistimewaan tambahan sebagai pelengkap dalam melaksanakan tugas pokok dan hasil yang dicapai oleh organisasi. Nilai tambah ini secara konkret terlihat pada rasa puas dan berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang dilayani (siswa).

d. Kesesuaian dengan Spesifikasi

Pendayagunaan sumber–sumber kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan personil untuk menyesuaikan proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya dengan karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran kualitas yang disepakati.

e. Kualitas Pelayanan dan Daya Tahan Hasil Pembangunan

Dampak lain yang dapat diamati dari pendayagunaan sumber-sumber kualitas yang efektif dan efisien terlihat pada peningkatan kualitas dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada siswa.

f. Persepsi Masyarakat

Pendayagunaan sumber–sumber kualitas yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui dari persepsi masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan reputasi yang positip mengenai kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun oleh dunia kerja.

Ada tiga faktor yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di negara kita. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak konsisten. Kedua, peyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistis. Ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim.

Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang sedang berjalan, maka kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk meningkatkan SDM adalah sebagai berikut:

a) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based management), di mana sekolah diberikan kewenangan untuk merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan.

b) Pendidikan yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education), di mana terjadi interaksi yang positif antara sekolah dan masyarakat (sekolah sebagai community learning center).

c) Dengan mengunakan paradigma belajar atau learning paradigma, akan menjadikan pelajar-pelajar atau learnermenjadi manusia yang diberdayakan.

Prinsip-Prinsip Manajemen Peningkatan Mutu

Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, serta pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah;

b) Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanyakepemimpinan yang baik;

c) Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif;

d) Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yangada di sekolah; serta

e) Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua, dan masyarakat.

Teknik Penyusunan Program Peningkatan Mutu

Adapun penyusunan program peningkatan mutu, dilakukan dengan pengaplikasian empat teknik, yaitu:

a) School Review

School Review adalah suatu proses di mana seluruh komponen sekolah bekerja sama, khususnya dengan orang tua dan tenaga professional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah serta mutu lulusan. School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan, dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.

b) Benchmarking

Benchmarking yaitu suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Tentukan focus, 2) Tentukan aspek/variable atau indikator, 3) Tentukan standar, 4) Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi, 5) Bandingkan standar dengan kita, 6) Rencanakan target untuk mencapai standar, 7) Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target.

c) Quality Assurance

Adapun Quality Assurance akan menghasilkan  informasi yang merupakan umpan balik bagi sekolah serta memberikan jaminan untuk orang tua siawa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.

Untuk melaksanakan quality assurance, menurut Bahrul Hayat dalam Hand Out Pelatihan Calon Kepala sekolah, sekolah harus:[14]

  • Menekankan pada kualitas hasil belajar;
  • Hasil kerja siswa dimonitor secara terus-menerus;
  • Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan serta dianalisis untuk memperbaiki proses disekolah; dan
  • Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.

d) Quality Control

Quality control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.

Karakteristik manajemen peningkatan mutu sekolah secara inklusif memuat elemen-elemen sekolah efektif yang dikategorikan menjadi input, proses dan output. Selanjutnya yang dikategorikan menjadi input, output dan proses yaitu;

  • Input (masukan), Secara umum input sekolah meliputi: visi, misi, tujuan, sasaran, manajemen, sumberdaya manusia, dan lainnya.
  • Proses, meliputi proses belajar mengajar, kepemimpinan, lingkungan sekolah, pengelolaan tenaga kependidikan, sekolah memilki budaya mutu, sekolah memilki tem work yang kompak, sekolah memilki kewenangan, partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat, sekolah memilki transparansi manajemen, sekolah memiliki kemauan untuk berubah, melakukan evaluasi secara berkelanjutan, sekolah responsive, memiliki komunikasi yang baik, memiliki akuntabilitas, dan kemampuan menjaga sustainabilitas.
  • Output adalah prestasi yang diraih sekolah akibat dari proses belajar mengajar dan manajemen sekolah, baik berupa prestasi akademik maupun non akademik.[15]

Kunjungi Toko Kami di Tokopedia Javania

  1. Manajemen Mutu Terpadu di Sekolah

Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk. Mendefinisikan PMT sebagai suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi yang mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu.

Sedangkan yang dimaksud dengan PMT pendidikan tinggi (bisa pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu dan berkesinambungan, sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan, baik masa kini maupun yang akan datang.

Komponen dan Prinsip-Prinsip dalam Mutu Pendidikan

Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah ada lima macam. Pertama, siswa, meliputi kesiapan dan motivasi belajarnya. Kedua, guru, meliputi kemampuan professional, moral kerja (kemampuan personal), dan kerja sama (kemampuan sosial). Ketiga, kurikulum, meliputi relevansi konten (isi) dan operasionalisasi proses pembelajarannya. Keempat, sarana dan prasarana, meliputi kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran. Kelima, masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan pengguruan tinggi), yaitu partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah.

Ada delapan prinsip yang harus diterjemahkan dalam tataran praktis manajerial sekolah dalam rangka memanajemen pola organisasi demi meningkatkan mutu pendidikan. Kedelapan prinsip tersebut secara terperinci dijelaskan dalam uraian berikut:

1. Fokus pada Pelanggan

Dalam lingkup pendidikan, kepuasan pengguna jasa pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam TQM. Oleh sebab itu, identifikasi pengguna jasa pendidikan dan kebutuhan mereka merupakan aspek yang krusial. Adapun langkah pertama TQM adalah memandang peserta didik sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan baik.

2. Kepemimpinan

Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Pemimpin puncak perlu menyusun visi sekolah dengan jelas dan dilengkapi dengan sasaran dan tujuan yang konsisten serta didukung pula dengan perencanaan taktis dan strategis.

3. Pelibatan Anggota

Anggota pada semua tingkatan merupakan inti suatu organisasi, dan pelibatan penuh mereka memungkinkan kemampuannya dipakai untuk manfaat organisasi.

4. Pendekatan Proses

Pendekatan proses ialah suatu pendekatan untuk perencanaan, pengendalian, dan peningkatan proses-proses utama dalam sekolah (trilogi proses mutu) dengan lebih menekankan terhadap keinginan pelanggan daripada keinginan fungsional.

5. Pendekatan Sistem pada Manajemen

Pendekatan sistem memandang suatu organisasi secara keseluruhan daripada bagian-bagian, yang diekspresikan sebagai holistik.

6. Perbaikan Berkesinambungan

Perbaikan berkesinambungan atas kinerja organisasi secara menyeluruh hendaknya dijadikan sebagai sasaran tetap dari organisasi. Proses berkesinambungan adalah prinsip dasar dimana mutu menjdi pusatnya.

7. Pendekatan Fakta pada Pengambilan Keputusan

Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi. Pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan pendapat atau informasi lisan sering kali menimbulkan bias.

8. Hubungan yang Saling Menguntungkan dengan Pemasok

Hubungan antara sekolah dan pemasoknya (masyarakat) yang saling bergantung dan saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan keduanya untuk menciptakan nilai.

Peran Kepemimpinan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Kepemimpinan adalah unsur terpenting dalam TQM. Pemimpin harus memiliki visi dan mampu menerjemahkan visi tersebut ke dalam kebijakan yang jelas dan tujuan yang spesifik.

1. Gaya Kepemimpinan

Pemimpin harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami bahwa perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan secara merata. Namun, yang terpenting adalah kerja sama dalam organisasi. Sebab kerja sama tim/kerja tim dalam sebuah organisasi merupakan komponen penting dari implementasi TQM, mengingat kerja sama tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi, dan mengembangkan kemandirian.

2. Langkah-Langkah dalam Menyukseskan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Faktor-faktor yang terkait dengan keberhasilan kepala sekolah dalam mengembangkan prestasi belajar siswa:

3. Menciptakan misi yang terfokus pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa melalui praktik kurikulum dan pembelajaran yang memungkinkan terciptanya peningkatan prestasi belajar siswa.

4. Ekspektasi yang tinggi bagi semua siswa dalam mempelajari bahan pelajaran pada level yang lebih tinggi.

5. Menghargai dan mendorong implementasi praktik dan pembelajaran yang baik, sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

6. Memahami bagaimana memimpin organisasi sekolah, dimana seluruh guru dan staf dapat memahami dan peduli terhadap siswanya.

7. Memanfaatkan data untuk memprakarsai upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan praktik pendidikan di sekolah maupun di kelas secara terus-menerus.

Kriteria Kepala Sekolah yang Efektif

Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancer, dan produktif.
  2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
  3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
  4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
  5. Bekerja dengan tim manajemen.
  6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.

Apabila digambarkan dalam sebuah skema, maka komitmen kualitas dalam Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) dalam pendidikan dapat dilihat dalam bagan berikut:

Marketing Pendidikan: Upaya Memasarkan Mutu Sekolah

Penggunaan istilah marketing saat ini sudah sangat berkembang di segala sektor kegiatan manusia. Sekarang istilah marketing terfokus pada sisi kepuasan konsumen. Penggunaan konsep marketing memberikan dasar pemikiran yang logis dalam pencapaian tujuan. Konsep marketing pendidikan memiliki tiga dasar. Pertama, dimulai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai dasar tujuan bisnis. Kedua, mengembangkan pendekatan organisasi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Ketiga, mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan memberikan kepuasan kepada konsumen.

Promosi Jasa Pendidikan

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.

1. Periklanan (Advertising)

Periklanan ialah bagian pemasaran yang dapat membuat produk atau jasa diketahui oleh konsumen. Iklan harus dapat mempengaruhi konsumen dan menarik konsumen agar dapat membeli produknya.

2. Publisitas

Publisitas merupakan bentuk komunikasi nonpersonal tentang suatu perusahaan produk atau jasa. Kegiatan publisitas ini adalah suatu kegiatan promosi melalui media massa tanpa biaya.

3. Kemasan

Kemasan merupakan satu bentuk promosi karena kemasan membuat produk kelihatan lebih menarik, sehingga dapat menciptakan kesan di benak konsumen yang akhirnya dapat membeli produk tersebut.

4. Penjualan Personal (Personal Selling)

Personal selling merupakan presentasi penyampaian pesan-pesan promosi secara lisan melalui tenaga penjual/salesman untuk mempengaruhi calon konsumen dengan tujuan membeli produk perusahaan. Tujuan utamanya ialah berusaha menemukan pembelian serta memuaskan konsumen.

People atau Sumber Daya Manusia (SDM)

Sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan, sekolah sudah selayaknya memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak terlepas dari seberapa baik sekolah itu dikelola. Sedangkan SDM itu sendiri ialah personalia atau pegawai atau karyawan yang bekerja di lingkungan organisasi nonprofit.

Kerangka Berpikir Layanan Berkualitas

Kerangka berpikir meliputi Pelanggan dan Kepuasan.

1. Elemen-Elemen Layanan

Para pemasar dalam menciptakan layanan berkualitas perlu memperhatikan elemen-elemen layanan, yaitu kerendahan, cepat tanggap, kepastian, dan hal-hal yang terlihat.

2. Faktor-Faktor Penunjang Layanan Berkualitas

Berdasarkan hasil penelitian terhadap organisasi jasa, termasuk sekolah, didapati beberapa  ciri organisasi jasa yang baik, yaitu memiliki konsep strategis yang berfokus kepada konsumen, komitmen kualitas dari manajemen puncak, penetapan standar yang tinggi, sistem untuk memonitor kinerja jasa, dan sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan, serta mampu memuaskan karyawan sama dengan pelanggan.

3. Produk Pendidikan: Meninjau Mutu Sekolah Perspektif Marketing

Produk merupakan kumpulan sifat-sifat fisik, jasa, dan simbolik yang menghasilkan kepuasan atau manfaat bagi seorang pengguna atau pembeli yang dapat ditawarkan ke pasar dan akan memperbaharui persepsi pelanggan dalam melakukan pembelian.

Kesimpulan

  1. Mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.
  2. Menurut Hadari Nawari, TQM (Manajemen Mutu Terpadu) adalah manejemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service)dan pembangunan masyarakat(community development).
  3. Kesulitan penerapan TQM dalam bidang pendidikan adalah kesulitan dalam penentuan kualitas produknya (lulusan) yang lebih bersifat kualitatif.
  4. Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, serta pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

Kunjungi Toko Kami di Tokopedia Javania

Seberapa besar pengaruh perencanaan PENDIDIKAN terhadap kualitas sumber daya manusia di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Dzaujak. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Anonim. 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah. Depdiknas: Hand Out Pelatihan Calon Kepala Sekolah, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama.

Cravens, David W. 1996. Strategic Marketing. Jakarta: Erlangga.

Minarti, Sri. 2011. Manajemen Sekolah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi ; Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, M. N. 2000.  Manajemen Mutu Terpadu; Total Quality Management.  Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2009. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi.

Umiarso dan Imam Gojali, 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.

Usman, Husaini. ‘Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik”. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 8/No.1/Februari 2001.

[1] David W. Cravens, Strategic Marketing (Jakarta: Erlangga, 1996), hlm. 23.

[2] Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan  dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), hlm. 274.

[1] M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000),  hlm. 15.

[2] Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi, 2009), hlm. 3-4.

[3] Dzaujak Ahmad, Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar (Jakarta: Depdikbud, 1996), hlm. 8.

[4] M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000),  hlm. 17-18.

[5] Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi, 2009), hlm. 27.

[6] Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 335-336.

[7] Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan  dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), hlm. 46.

[8] Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi, 2009), hlm. 4.

[9] Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan  dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), hlm. 127.

[10]Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), hlm. 138.

[11] Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan  dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), hlm. 138-141.

[12] Ibid., hlm. 141.

[13] Husaini Usman, ‘Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik”. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 8/No.1/Februari 2001.

[14] Anonim, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah (Depdiknas: Hand Out Pelatihan Calon Kepala Sekolah, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama, 2000), hlm. 6.

[15] Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 178-179.

[16] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi ; Konsep, Karakteristik, dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 126.

Read Full Post »