Jelaskan mengapa sifat totipotensi menjadi dasar dari teknik kultur jaringan

Jelaskan mengapa sifat totipotensi menjadi dasar dari teknik kultur jaringan

Swadayaonline.com - Kultur jaringan merupakan sebuah metode budidaya sekelompok sel yang terdapat dalam makhluk hidup yang memiliki fungsi dan bentuk yang sama. Kultur jaringan pada dasarnya dapat dilakukan baik pada tumbuhan maupun hewan. Hal ini karena sel tumbuhan dan sel hewan memiliki sifat totipotensi. 

Sifat totipotensi merupakan kemampuan dari sel-sel/jaringan untuk tumbuh menjadi individu baru yang identik dengan induknya, karena sel-sel/ jaringan tersebut memiliki sifat metabolisme.

“Pada tanaman, penerapan kultur jaringan bertujuan untuk membuat jaringan tanaman yang ada menjadi tanaman-tanaman kecil, tapi memiliki sifat sama dengan induknya’, terang Amalia, peneliti di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Balitbangtan.

Amilia menjelaskan bahwa prinsip kerja dari Kultur jaringan ini adalah dengan mengisolasi bagian tumbuhan misalnya protoplasma, atau sekelompok sel atau jaringan dengan menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. 

"Biaya kultur jaringan memang tidak sedikit, namun dibalik dari biaya yang harus dikeluarkan akan terbayarkan, karena dengan metode tersebut jumlah tanaman diperbanyak, dan tentunya akan menyeimbangkan lingkungan yang saat ini polusinya sudah cukup tinggi," tuturnya di Jakarta, Jumat (19/6).

Amalia merinci ada banyak kelebihan kultur jaringan, diantaranya, dapat melestarikan sifat dari tanaman induk. Mampu menghasilkan jenis tanaman dengan sifat yang dimilikinya sama. Dapat menciptakan jenis tanaman baru dengan jumlah banyak pada waktu yang relatif singkat, dan bisa tercipta tanaman yang terbebas dari virus. 

Kultur jaringan juga dapat menjadi sarana untuk melestarikan plasma nutfah. Melalui kultur jaringan, juga dapat tercipta varietas baru dengan cara merekayasa genetika Sel-sel yang telah direkayasa dan dikembangkan dengan cara kultur jaringan dan dijadikan tanaman baru dengan lengkap. Selain itu, penerapannya dapat dilakukan tanpa tergantung musim.

"Dengan mengetahui manfaat tersebut, masyarakat yang ingin menerapkan kultur jaringan pada tanaman dapat mencobanya," katanya.

Kendati demikian, Amalia menjelaskan, ada kelemahan dalam menerapkan kultur jaringan, seperti membutuhkan biaya yang awalnya relatif tinggi. Penerapannya hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu, dikarenakan membutuhkan keahlian khusus. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan ini membutuhkan proses lagi yaitu aklimatisasi.

"Ini dikarenakan bibit tersebut biasa dalam kondisi yang lembap serta aseptik," ungkap Amalia.

Lebih lanjut, Amalia mengatakan, beberapa teknologi kultur jaringan jika digunakan secara optimal, akan dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Karena kultur jaringan juga memiliki peranan penting dalam pengembangan bahan tanam yang memiliki sifat ekologis kuat dan propagasi masa. Hal ini dapat menjadi solusi untuk memecahkan masalah dalam pertanian misalnya masalah penanaman musim.

Teknik kultur jaringan berasal dari ide atas penciptaan produk pertanian yang berkualitas. Teknik tersebut menjadi salah satu solusi yang digunakan karena meningkatnya permintaan akan produk pertanian. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor dan faktor utamanya adalah karena adanya kenaikan populasi dan menipisnya lahan pertanian.

"Pengendalian hama, penambahan proses pemupukan dan beberapa praktek dalam bidang pertanian lainnya ternyata tidak cukup untuk membangun ekonomi pertanian yang berkelanjutan, sehingga digunakanlah kultur jaringan," jelasnya.

Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry melalui sambungan telepon mengatakan bahwa Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang melimpah menjadi potensi besar bagi bangsa sebagai pendukung ketahanan pangan. 

“Metode perbanyakan kultur jaringan tanaman dapat menjadi salah satu teknologi yang prospektif dikembangkan di dalam mengelola keanekaragaman hayati Indonesia. Penguasaan teknologi kultur jaringan ini merupakan salah satu cara untuk memperbanyak dan akhirnya untuk mengkomersialkan tanaman tertentu”, katanya.

Fadjry lebih lanjut menyampaikan bahwa Balitbangtan saat ini turut aktif mengadakan seminar maupun bimtek terkait beberapa teknologi yang dihasilkan atau dikembangkan kepada masyarakat umum. “Diharapkan dari kegiatan tersebut dapat mempercepat tidak hanya adopsi inovasi yang dihasilkan Balitbangtan namun juga adaptasi inovasi oleh masyarakat khususnya petani”, tutupnya. SY/HMSL

Jelaskan mengapa sifat totipotensi menjadi dasar dari teknik kultur jaringan

Sifat totipotensi atau autonom sel tumbuhan adalah kemampuan sel tumbuhan untuk melakukan metabolisme secara mandiri apabila terpisah dari tumbuhan induknya. Sehingga potongan sel tumbuhan tetap dapat bertahan hidup saat diisolasi dalam lingkungan buatan

Totipotensi memungkinkan potongan tumbuhan induk dapat tumbuh menjadi tumbuhan utuh yang memiliki sifat sama dengan induknya. Karena sifat autonom dan totipotensi tumbuhan, kutur jaringan dapat dilakukan. Kultur jaringan dilakukan pada lingkungan yang terisolasi dan bebas hama, juga media dengan nutrisi tepat untuk pertumbuhan sel.

Kultur jaringan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pemilihan tumbuhan induk

Tumbuhan induk adalah tumbuhan yang akan diperbanyak saat kultur jaringan. Tumbuhan induk yang digunakan haruslah memiliki sifat yang baik tanpa cacat, karena hasil kultur jaringan akan sama sifatnya dengan tumbuhan induk.

2. Pengambilan eksplan

Eksplan adalah bagian tumbuhan yang digunakan untuk kultur jaringan. Eksplan diambil dari tumbuhan induk yang telah di sterilisasi. Eksplan dapat berupa potongan tumbuhan induk ataupun lapisan tunggal sel induk. eksplan kemudian di sterilisasi kembali sebelum ditanam.

3. Penanaman eksplan

Penanaman eksplan dilakukan pada media buatan yang steril dengan nutrisi yang telah dibutuhkan. Selain nutrisi yang lengkap, lingkungan buatan juga harus bersifat aseptic atau bebas dari hama. Eksplan disebarkan pada media buatan, lalu diinkubasi. Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, sel tunggal yang diinkubasi dapat menumbuhkan tunas-tunas dalam 10 hingga 14 hari.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Halo para pembaca artikel kompasiana, pada kesempatan kali ini saya akan membahas topik yang cukup seru, kalau kalian kepo yuk simak artikel di bawah ini. Saya juga akan membahas topik yang masih berkaitan dan menyampaikan tentang argumen saya menanggapi kasus kasus yang terjadi pada akhir akhir ini. Baca hingga akhir ya.

Apakah kalian pernah mendengar kasus negara tetangga yang mengambil jaringan tumbuhan lalu dikembangbiakkan melalui totipotensi?? Lalu apa itu totipotensi?? Mari saya jelaskan terlebih dahulu. Teori totipotensi dikembangkan oleh seorang ahli bernama G.Heberland pada tahun 1898. Beliau adalah seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jerman.Namun Pada tahun 1969, seorang ahli bernama F.C. Steward yang adapun percobaan pada tanaman wortel. Totipotensi dilakukan dengan cara mengambil satu empulur dari suatu jaringan tumbuhan lalu menumbuhkannya menjadi satu individu. Ilmu tentang totipotensi pun masih asing terdengar bagi orang Indonesia. Maka di Indonesia masih jarang yang paham tentang totipotensi. Totipotensi pun kasusnya juga baru dilakukan akhir akhir ini. Totipotensi menurut para ahli dapat dijabarkan menjadi setiap sel memiliki potensi genetik seperti sel zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Dengan demikian,pengertian totipotensi adalah kemampuan setiap sel tumbuhan untuk membentuk individu baru yang sempurna. Jadi, sifat totipotensi ini pada jaringan tumbuhan dimanfaatkan untuk memperoleh keturunan secara seragam dalam jumlah banyak serta terjadi dengan cepat.Karena sel-sel pada tumbuhan bersifat totipotensi yakni memiliki potensi penuh maka hal itu dapat mempertahankan potensi zigot untuk melakukan pembentukan pada semua bagian organisme secara matang.Selain satu bagian pada tanaman dapat dilakukan kloning menjadi tanaman identik dengan metode genetik.

Lalu apa hubungan totipotensi dengan kultur jaringan?? Kultur jaringan dilakukan pada jaringan tumbuhan sedangkan semua tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang memiliki makna memperbanyak diri untuk membentuk suatu individu. Sedangkan teori kultur jaringan adalah Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Dan kultur jaringan juga memiliki prinsip utama diantaranya  perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman. Dan kultur jaringan diperlukan prinsip dasar yaitu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

Teori yang mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schwann dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Dan manfaat dari kultur jaringan sangat banyak diantaranya melestarikan sifat tanaman induk,  menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama, menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat,  dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah, untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika, pelaksanaannya tidak tergantung pada musim. Tekniknya pun beragam yaitu :

1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

2. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru, ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat, untuk perbanyakan pada kultur tahap selanjutnya

3. Sterilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

4. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul


Page 2

Halo para pembaca artikel kompasiana, pada kesempatan kali ini saya akan membahas topik yang cukup seru, kalau kalian kepo yuk simak artikel di bawah ini. Saya juga akan membahas topik yang masih berkaitan dan menyampaikan tentang argumen saya menanggapi kasus kasus yang terjadi pada akhir akhir ini. Baca hingga akhir ya.

Apakah kalian pernah mendengar kasus negara tetangga yang mengambil jaringan tumbuhan lalu dikembangbiakkan melalui totipotensi?? Lalu apa itu totipotensi?? Mari saya jelaskan terlebih dahulu. Teori totipotensi dikembangkan oleh seorang ahli bernama G.Heberland pada tahun 1898. Beliau adalah seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jerman.Namun Pada tahun 1969, seorang ahli bernama F.C. Steward yang adapun percobaan pada tanaman wortel. Totipotensi dilakukan dengan cara mengambil satu empulur dari suatu jaringan tumbuhan lalu menumbuhkannya menjadi satu individu. Ilmu tentang totipotensi pun masih asing terdengar bagi orang Indonesia. Maka di Indonesia masih jarang yang paham tentang totipotensi. Totipotensi pun kasusnya juga baru dilakukan akhir akhir ini. Totipotensi menurut para ahli dapat dijabarkan menjadi setiap sel memiliki potensi genetik seperti sel zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Dengan demikian,pengertian totipotensi adalah kemampuan setiap sel tumbuhan untuk membentuk individu baru yang sempurna. Jadi, sifat totipotensi ini pada jaringan tumbuhan dimanfaatkan untuk memperoleh keturunan secara seragam dalam jumlah banyak serta terjadi dengan cepat.Karena sel-sel pada tumbuhan bersifat totipotensi yakni memiliki potensi penuh maka hal itu dapat mempertahankan potensi zigot untuk melakukan pembentukan pada semua bagian organisme secara matang.Selain satu bagian pada tanaman dapat dilakukan kloning menjadi tanaman identik dengan metode genetik.

Lalu apa hubungan totipotensi dengan kultur jaringan?? Kultur jaringan dilakukan pada jaringan tumbuhan sedangkan semua tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang memiliki makna memperbanyak diri untuk membentuk suatu individu. Sedangkan teori kultur jaringan adalah Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Dan kultur jaringan juga memiliki prinsip utama diantaranya  perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman. Dan kultur jaringan diperlukan prinsip dasar yaitu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

Teori yang mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schwann dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Dan manfaat dari kultur jaringan sangat banyak diantaranya melestarikan sifat tanaman induk,  menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama, menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat,  dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah, untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika, pelaksanaannya tidak tergantung pada musim. Tekniknya pun beragam yaitu :

1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

2. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru, ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat, untuk perbanyakan pada kultur tahap selanjutnya

3. Sterilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

4. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul


Jelaskan mengapa sifat totipotensi menjadi dasar dari teknik kultur jaringan

Lihat Pendidikan Selengkapnya


Page 3

Halo para pembaca artikel kompasiana, pada kesempatan kali ini saya akan membahas topik yang cukup seru, kalau kalian kepo yuk simak artikel di bawah ini. Saya juga akan membahas topik yang masih berkaitan dan menyampaikan tentang argumen saya menanggapi kasus kasus yang terjadi pada akhir akhir ini. Baca hingga akhir ya.

Apakah kalian pernah mendengar kasus negara tetangga yang mengambil jaringan tumbuhan lalu dikembangbiakkan melalui totipotensi?? Lalu apa itu totipotensi?? Mari saya jelaskan terlebih dahulu. Teori totipotensi dikembangkan oleh seorang ahli bernama G.Heberland pada tahun 1898. Beliau adalah seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jerman.Namun Pada tahun 1969, seorang ahli bernama F.C. Steward yang adapun percobaan pada tanaman wortel. Totipotensi dilakukan dengan cara mengambil satu empulur dari suatu jaringan tumbuhan lalu menumbuhkannya menjadi satu individu. Ilmu tentang totipotensi pun masih asing terdengar bagi orang Indonesia. Maka di Indonesia masih jarang yang paham tentang totipotensi. Totipotensi pun kasusnya juga baru dilakukan akhir akhir ini. Totipotensi menurut para ahli dapat dijabarkan menjadi setiap sel memiliki potensi genetik seperti sel zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Dengan demikian,pengertian totipotensi adalah kemampuan setiap sel tumbuhan untuk membentuk individu baru yang sempurna. Jadi, sifat totipotensi ini pada jaringan tumbuhan dimanfaatkan untuk memperoleh keturunan secara seragam dalam jumlah banyak serta terjadi dengan cepat.Karena sel-sel pada tumbuhan bersifat totipotensi yakni memiliki potensi penuh maka hal itu dapat mempertahankan potensi zigot untuk melakukan pembentukan pada semua bagian organisme secara matang.Selain satu bagian pada tanaman dapat dilakukan kloning menjadi tanaman identik dengan metode genetik.

Lalu apa hubungan totipotensi dengan kultur jaringan?? Kultur jaringan dilakukan pada jaringan tumbuhan sedangkan semua tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang memiliki makna memperbanyak diri untuk membentuk suatu individu. Sedangkan teori kultur jaringan adalah Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Dan kultur jaringan juga memiliki prinsip utama diantaranya  perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman. Dan kultur jaringan diperlukan prinsip dasar yaitu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

Teori yang mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schwann dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Dan manfaat dari kultur jaringan sangat banyak diantaranya melestarikan sifat tanaman induk,  menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama, menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat,  dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah, untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika, pelaksanaannya tidak tergantung pada musim. Tekniknya pun beragam yaitu :

1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

2. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru, ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat, untuk perbanyakan pada kultur tahap selanjutnya

3. Sterilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

4. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul


Jelaskan mengapa sifat totipotensi menjadi dasar dari teknik kultur jaringan

Lihat Pendidikan Selengkapnya


Page 4

Halo para pembaca artikel kompasiana, pada kesempatan kali ini saya akan membahas topik yang cukup seru, kalau kalian kepo yuk simak artikel di bawah ini. Saya juga akan membahas topik yang masih berkaitan dan menyampaikan tentang argumen saya menanggapi kasus kasus yang terjadi pada akhir akhir ini. Baca hingga akhir ya.

Apakah kalian pernah mendengar kasus negara tetangga yang mengambil jaringan tumbuhan lalu dikembangbiakkan melalui totipotensi?? Lalu apa itu totipotensi?? Mari saya jelaskan terlebih dahulu. Teori totipotensi dikembangkan oleh seorang ahli bernama G.Heberland pada tahun 1898. Beliau adalah seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jerman.Namun Pada tahun 1969, seorang ahli bernama F.C. Steward yang adapun percobaan pada tanaman wortel. Totipotensi dilakukan dengan cara mengambil satu empulur dari suatu jaringan tumbuhan lalu menumbuhkannya menjadi satu individu. Ilmu tentang totipotensi pun masih asing terdengar bagi orang Indonesia. Maka di Indonesia masih jarang yang paham tentang totipotensi. Totipotensi pun kasusnya juga baru dilakukan akhir akhir ini. Totipotensi menurut para ahli dapat dijabarkan menjadi setiap sel memiliki potensi genetik seperti sel zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Dengan demikian,pengertian totipotensi adalah kemampuan setiap sel tumbuhan untuk membentuk individu baru yang sempurna. Jadi, sifat totipotensi ini pada jaringan tumbuhan dimanfaatkan untuk memperoleh keturunan secara seragam dalam jumlah banyak serta terjadi dengan cepat.Karena sel-sel pada tumbuhan bersifat totipotensi yakni memiliki potensi penuh maka hal itu dapat mempertahankan potensi zigot untuk melakukan pembentukan pada semua bagian organisme secara matang.Selain satu bagian pada tanaman dapat dilakukan kloning menjadi tanaman identik dengan metode genetik.

Lalu apa hubungan totipotensi dengan kultur jaringan?? Kultur jaringan dilakukan pada jaringan tumbuhan sedangkan semua tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang memiliki makna memperbanyak diri untuk membentuk suatu individu. Sedangkan teori kultur jaringan adalah Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Dan kultur jaringan juga memiliki prinsip utama diantaranya  perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman. Dan kultur jaringan diperlukan prinsip dasar yaitu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

Teori yang mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schwann dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Dan manfaat dari kultur jaringan sangat banyak diantaranya melestarikan sifat tanaman induk,  menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama, menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat,  dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah, untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika, pelaksanaannya tidak tergantung pada musim. Tekniknya pun beragam yaitu :

1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

2. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru, ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat, untuk perbanyakan pada kultur tahap selanjutnya

3. Sterilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

4. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul


Jelaskan mengapa sifat totipotensi menjadi dasar dari teknik kultur jaringan

Lihat Pendidikan Selengkapnya