Salah satu kaidah penting dalam Design
Thinking adalah “Fail fast to
succeed sooner” atau “Gagal cepat
agar sukses lebih cepat.”
Maksudnya Saat merancang sebuah produk, meskipun sudah dilakukan riset yang
cukup, kita tidak dapat memastikan bahwa produk kita akan diterima oleh pasar.
Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan mengujinya di pasar. Namun,
sebelum kita menguji versi akhir dari produk kita, ada baiknya kita meluncurkan
versi prototipenya terlebih dulu ke kalangan terbatas.
Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan terpaku pada produk akhirnya saja. Hal ini penting agar produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang atau dikerjakan ulang. Maka sebaiknya perhatian terhadap kualitas produk harus dimulai sejak awal pembuatan produk. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.
Tujuan
membuat prototipe bukanlah untuk menguji produk yang sudah selesai, tujuan
membuat prototipe adalah untuk belajar. Menemukan kesalahan dan kegagalan
sebelum produk benar-benar diluncurkan ke pasar.
Teresa Torres, seorang Product Coach, mendefinisikan tujuan pembuatan prototipe sebagai berikut:
“Prototype simulates an experience, with the intent to answer a specific question, so that the creator can iterate and improve the experience.”
“Prototipe memberikan gambaran, untuk memberikan jawaban spesifik, sehingga penciptaan produk dapat diulang dan diperbaiki.” (sebelum menjadi produk akhir).” Setidaknya ada empat manfaat membuat prototipe.
Metode yang direkomendasikan dalam merancang prototipe adalah Rapid Prototyping. Bagaimana proses melakukan Rapid Prototyping? John Krissilas di dalam blognya mengutip dari Jeanne Liedtka membagikan lima prinsip berikut ini.
Buat prototipe-nya terlihat nyata dengan gambar mock up, model fisik, dan pengalaman nyata. Visualisasikan beberapa opsi. Beri ruang bagi calon pengguna untuk memilih. Tujuan prototipe adalah untuk mendapatkan umpan balik. Jangan berdebat dan mempertahankan diri saat orang lain memberi masukan terhadap umpan balik Anda. Biarkan mereka mevalidasi produk Anda. Jangan berikan otoritas validasi ke orang yang menciptakannya.
Peluang lain
dari pembuatan prototipe adalah melibatkan calon konsumen dalam proses desain
produk kita. Istilah keren untuk hal ini adalah Customer Co-Creation. Dengan
demikian mereka merasa memiliki produk ini. Mereka merasa menjadi bagian dari
produk ini.
Sebagai
bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama
seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan
proses sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah produk
bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan
pelanggan. TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE Berikut tahapan prototype:
Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan produk akhir. Sumber: http://kewirausahaan.net/produk-kreatif-dan-kewirausahaan-konsep-desain-prototype-dan-kemasan-produk-barangjasa/ https://www.darmawanaji.com/rapid-prototyping-mengubah-ide-abstrak-menjadi-nyata/ |