Bagaimana sikap kita bila mendapat pertolongan orang lain jelaskan

Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Suska Riau

Bagaimana supaya pekerjaan bermakna dan berhasil sukses? Kita dapat meneladani Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam menghadapi pekerjaan. Sebelum dimulai pekerjaan yang sulit sekalipun beliau berdoa sepenuh harapan memohon pertolongan Allah swt. Hal itu dapat dilihat dari sikap beliau menghadapi Perang Badar. Dalam keadaan genting karena jumlah pasukan Islam yang sangat sedikit hanya berjumlah lebih kurang tiga ratus orang, di antaranya, terdiri dari anak-anak muda yang tidak pernah berperang tetapi Nabi dengan penuh harapan dan keyakinan yang kuat   bahwa pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan datang.

Sementara pihak musuh, Abu Jahal mengerahkan semua kekuatan yang dimiliki kaum Quraisy lengkap dengan persenjataan disertai dengan pemuka-pemuka Quraisy yang sudah sangat berpengalaman dalam berperang. Mereka berangkat bersama meninggalkan Makkah menuju Madinah. Mereka sangat bernafsu hendak membunuh Nabi Muhammad dan orang-orang yang melindungi-Nya.

Tatkala hari Perang Badar telah tiba, Nabi memandang kepada para sahabatnya, hanya beberapa orang saja jumlahnya, lalu Rasulullah memandang kepada kaum Quraisy, jumlahnya cukup banyak sehingga tidak seimbang antara jumlah pasukan kaum muslimin dengan jumlah pasukan kaum Quraisy. Hal itu membuat hati Rasulullah cemas dan bimbang, lalu menghadap Qiblat mengharap sepenuh hati dan menadahkan tangan, beliau berdo’a; “Ya Tuhanku penuhilah apa yang engkau janjikan kepadaku”.  Kemudian tanggal 17 Ramadan 2 Hijrah, perang Badar berkobar, dalam suasana perang yang berkecamuk, dalam bulan puasa pula, Rasulullah kembali berdoa sepenuh harapan; “Ya Allah! Jika umat Islam kalah dalam perang ini maka tidak akan ada lagi yang menyembahmu di muka bumi ini”.

Dalam suasana genting seperti itu, doa Nabi diperkenankan Allah Subhanahu wa Ta’ala, pertolongan datang dengan menurunkan malaikat yang berbaris-baris bergabung bersama-sama dengan pasukan Islam. Hal itu diabadikan Allah Sybhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur’an, dengan firman-Nya, artinya; “Dan ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu,..Allah mendatangkan bantuan seribu Malaikat yang turun berbaris-baris”  (Q.S. al-Anfal, 8: 9), sehingga hati Nabi tenang.

Lebih lanjut Allah lebih menegaskan lagi bahwa “Bukan kamu yang memanah sewaktu kamu memanah tetapi Allah-lah yang memanahnya..” (Q.S. al-Anfal, 8: 17). Berkat pertolongan Allah maka umat Islam menang dalam perang tersebut. Perlu diketahui bahwa nilai Perang Badar sangat menentukan dalam misi kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Itulah jawaban dari sebuah harapan maka bekerjalah sepenuh harapan!

Dari kisah di atas jelas membuktikan bahwa dalam menghadapi pekerjaan; bagaimanapun beratnya, mesti dilakukan sepenuh hati dan sepenuh harapan berdoa tanpa rasa bimbang akan datangnya pertolongan Allah. Insya Allah pekerjaan kita akan bermakna dan berhasil sukses walaupun secara kasap mata perkerjaan tersebut sulit dihadapi. Hal itu mencontoh sikap Nabi dalam menghadapi situasi sulit baik sebelum dan saat Perang Badar sedang berkobar. Dalam situasi sulit Nabi tetap penuh harapan berdoa mengharap pertolongan Tuhan dan ternyata hasilnya sangat sukses mendapat kemenangan yang cemerlang.

Sebaliknya, kaum muslimin mendapat teguran menghadapi Perang Hawazin dan Tsaqif atau Hunain kira-kira dua puluh hari berselang setelah menaklukkan Kota Makkah. Ternyata kekalahan itu terjadi karena adanya rasa sombong dan tidak terlalu berharap lagi pertolongan Allah, maka Allah menegur mereka yang merasa sombong tersebut, dengan firman-Nya, artinya; “Di waktu terjadi perang Hunain (Hawazin) ketika kamu sangat gembira karena besarnya jumlah kalian akan tetapi jumlah yang banyak itu tidaklah memberi faidah sedikitpun kepadamu, sehingga terasa sempitlah rasanya bagimu bumi yang luas ini kemudian kamu mundur ke belakang.” (QS. Al-Taubah (9): 25). Dalam kondisi umat Islam kalah tetapi Nabi tetap berdiri kokoh di tempatnya seperti pohon yang tidak tergoyahkan oleh angin maka demi melihat hal itu kaum Muhajirin dan Anshar kembali lagi surut ke belakang dan mengelilingi Nabi. Mereka bertekad ingin hidup atau mati bersama Rasulullah, termasuk paman Nabi Abbas yang baru saja masuk Islam pada waktu penaklukan Kota Makkah.

Kemudian Allah-pun menurunkan pertolongan-Nya kepada kaum muslimin. Ke dalam hati mereka ditanamkan Allah rasa aman dan tenteram juga pasukan  tentara yang tidak kelihatan. Seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya, artinya; “Kemudian Allah menurunkan keamanan kepada Rasul-Nya dan orang-orang beriman dan diturunkan-Nya tentara yang tidak kelihatan olehmu”. (QS. Al-Taubah (9): 26). Demi setelah pertolongan Allah datang maka kaum muslimin menang dan pihak musuh pun kalah. Kemudian Nabi meminta Abduk Malik (pimpinan musuh) masuk Islam agar harta dan keluarganya dikembalikan. Abduk Malik menyatakan diri masuk Islam dan Nabi mengembalikan harta dan keluarganya kepadanya. Para pengikutnyapun menyatakan diri masuk Islam, merekapun diperlakukan sama oleh Nabi.
Dari kisah di atas dapat diketahui jika dalam bekerja, kurang berharap, merasa sombong karena sangat mampu dan kurang berdoa  meminta pertolongan kepada Allah, maka hasilnya; pekerjaan itu tidak akan bermakna dan tidak akan sukses karena terlalu mengandalkan kemampuan, membanggakan kekuatan dan kehebatan.

Biasanya yang membuat orang sombong dalam menghadapi pekerjaan adalah  jumlah yang banyak seperti dalam kisah di atas, peralatan canggih, kepintaran prima, dalam kondisi begitu tidak mau lagi meminta pertolongan Allah padahal bukan kekuatan dan kemampuan tersebut di atas yang membuat pekerjaan dapat berhasil tetapi berkat pertolongan Allah yang selalu menyertainya. Maka janganlah terlalu membangga-banggakan kekuatan dan kemampuan karena kekuatan dan kemampuan  tidak akan berarti tanpa adanya bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika dikontekkan peristiwa kedua di atas, maka maknailah pekerjaan. Semestinya bekerja itu harus sepenuh doa dan harapan supaya dapat berhasil cemerlang!

Diposkan Oleh Tim Liputan Suska News

Dikutip dari Riau Pos Edisi Jumat, 7 April 2017

Bagaimana sikap kita bila mendapat pertolongan orang lain jelaskan

Bagaimana sikap kita bila mendapat pertolongan orang lain jelaskan
Lihat Foto

KOMPAS.com/Arum Sutrisni Putri

Tangkapan layar program Belajar dari Rumah TVRI 13 Mei 2020 Kelas 1-3 SD, Sahabat Pelangi: Episode Chandra Oh Chandra (Tanggung Jawab dan Integritas).

KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah TVRI 13 Mei 2020 Kelas 1-3 SD membahas tentang Sahabat Pelangi: Episode Chandra Oh Chandra (Tanggung Jawab dan Integritas).

Terdapat tiga pertanyaan pada tayangan tersebut.

Berikut ini pertanyaan kedua dan jawabannya:

Pertanyaan 2:

Apa yang dapat kita lakukan jika teman mengalami kesulitan menemukan alamat seperti Chandra?

Jawaban:

Jika teman mengalami kesulitan menemukan alamat maka kita harus membantunya mencari dan menemukan alamat yang ingin dituju.

Tetapi jika belum menemukan alamat yang dicari kita bisa menanyakan pada orang lain.

Untuk mencari alamat seseorang, kamu bisa meminta bantuan pada orang dewasa untuk menggambarkan peta.

Apabila sulit memahami peta ke alamat yang dituju, kamu bisa bertanya pada orang-orang.

Penjelasan:

Sikap meembantu teman adalah sikap yang baik dan terpuji.

Seperti yang dilakukan Wayan, Nisa dan Martha yang mempunyai inisiatif membantu Chandra untuk menemukan alamat Om Yunus.

Dengan membantu teman maka tugas atau pekerjaan menjadi mudah diselesaikan.

Sikap saling membantu dalam bergaul dengan teman adalah perbuatan yang sudah semestinya dilakukan.

Kita bisa menunjukkan rasa kepedulian kita terhadap orang lain dengan membantu teman.

Perbuatan membantu teman seharusnya dilakukan dengan tulus, ikhlas dan tanpa pamrih atau tidak mengharapkan imbalan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

First thing first, kenapa kita harus menghargai orang lain? We may come with a thousand different reasons for why we have to pay enough respect for others, Sobat – entah alasan sebagai makhluk sosial, kehidupan bermasyarakat, dan lain sebagainya. Namun satu hal yang pasti, sikap kita pada orang lain menunjukkan siapa kita sesungguhnya.

Kita dapat dengan mudah menanggapi sikap menyebalkan orang lain dengan perilaku yang sama menyebalkannya. Tapi bukankah dengan demikian berarti kita sama-sama menyebalkannya dengan orang tersebut? Tak ingin begitu bukan, Sobat? Jadi, bagaimana sebenarnya cara-cara sederhana yang dapat kita terapkan dalam menghargai orang lain?

1. Tidak Mengabaikan Sopan Santun

Selama berabad-abad budaya kita mengajarkan sopan santun. Nilai sopan santun boleh jadi berbeda antar daerah, tapi pada dasarnya sikap sopan dan santun yang diajarkan bertujuan agar kita mampu menghargai orang lain. Contoh sederhananya adalah dengan tidak melupakan kata maaf, tolong, dan terima kasih.

Mengucap maaf tak berarti kita berada pada posisi yang lebih rendah atau menunggu sampai kita benar-benar melakukan kesalahan yang fatal. Mengucap tolong juga baik diucapkan para setiap orang, siapapun dia, yang membantu kita. Dan ucapan terima kasih merupakan cara kita menghargai sekecil apapun kontribusi yang diberikan oleh orang lain.

Selain bahasa verbal, sopan santun juga tampak pada sikap badan atau bahasa tubuh kita. Again, our native culture is very subjective in such matter. Secara umum dalam budaya ketimuran, misalnya, menunjuk-nunjuk dengan jari pada orang yang berusia lebih tua dianggap tidak sopan.

Bagaimana bila kita menghadapi orang yang bersikap tidak sopan? Haruskah kita tetap bersikap sopan? Iya, Sobat. As it's mentioned earlier, the way we carry ourselves shows who we are – more than anything else. Jadi tetap saja tak ada ruginya bersikap sopan bagaimanapun reaksi orang yang tengah kita hadapi.

2. Terima Perbedaan pada Setiap Orang

Beda kepala, beda isi – pernah mendengarnya, Sobat? Adalah hal yang wajar bila masing-masing kita memiliki ide dan pendapat yang berbeda. Dalam banyak hal, yang semestinya dapat kita lakukan adalah menerima bahwa semua orang tak harus memiliki pendapat yang sama.

Perbedaan pula yang menuntun kita untuk tidak mengecilkan sesuatu. Misalnya, menganggap belajar menggambar tidak lebih penting dari belajar Matematika. Padahal, bagi orang lain mungkin memang passion-nya berada pada bidang seni dan ia dapat berbagi manfaat dengan orang lain pada bidang tersebut.

If it doesn't mean anything to you, something may mean the whole world for someone else. Therefore, it's worth every effort to always respect others' feelings and thoughts.

3. Mau Menyimak dan Menjadi Pendengar

Berapa banyak teman yang sering menceritakan masalahnya pada Sobat Pintar? Bila jumlahnya cukup banyak, besar kemungkinan Sobat adalah pendengar yang baik.

Persoalan yang lebih serius memang membutuhkan bantuan profesional, misalnya melalui Konseling. Akan tetapi, biasanya yang dibutuhkan teman kita hanya seseorang yang mau mendengar curahan perasaannya.

Bukan hanya teman yang sedang galau yang butuh disimak, Sobat. Pada dasarnya, hampir setiap orang yang mengutarakan sesuatu berharap untuk disimak, didengarkan dengan baik. Disisi lain, sikap kita yang mau diam menyimak merupakan wujud dari respek atau penghargaan kita pada orang lain.

Bukan hanya di kelas saat menyimak guru atau dosen, sikap diam dan mau mendengarkan sebenarnya lebih dibutuhkan dalam berinteraksi dengan orang lain – khususnya mereka yang berusia lebih tua dari kita. Bila belum terbiasa, memang dibutuhkan kesabaran yang luar biasa untuk tidak memotong seseorang yang sedang berbicara – tapi layak diusahakan, Sobat.

4. Menyadari Batasan

Manusia memang makhluk sosial, tapi kita juga memiliki ruang lingkup pribadi. Dalam ranah pribadi, setiap orang memiliki hak penuh atas dirinya sendiri. Batasan tersebut memberi panduan sejauh mana jangkauan ucapan, sikap, hingga tindakan kita.

Misalnya, ketika ada teman yang menceritakan masalah pribadinya, yang bisa kita lakukan hanya menyimak dan menyampaikan pendapat ketika diminta. Diterima atau tidaknya pendapat kita, apapun keputusan dan tindakan yang diambilnya, sepenuhnya berada dalam ranah pribadi teman tersebut.

Dengan kita menahan diri dari berkomentar tanpa diminta, memaksakan pendapat, hingga membuat seseorang melakukan sesuatu yang tak diinginkannya berarti kita mampu menghargai orang lain. Respek pada orang lain inilah yang turut memandu dan mengarahkan tindak tanduk dan tingkah laku kita.

Telah disebutkan diawal bahwa penghargaan, respek pada orang lain sebenarnya lebih menunjukkan siapa kita. Jadi, ketika tingkah laku kita baik pada orang lain, itu karena kita yang selalu berusaha untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi. Siap melakukannya, Sobat?