Yang membawakan makanan selama rasulullah bersembunyi di dalam gua adalah

Goa Tsur di Makkah, Arab Saudi menjadi saksi bisu saat Nabi Muhammad SAW dan sahabat Abu bakar Ash Shiddiq bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy. [Foto: Okezone]

Kastolani Rabu, 17 Juni 2020 - 05:24:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Serangan dan makar pembunuhan kaum kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW semakin gencar. Mereka pun terus berupaya mencelakai Nabi SAW dan para sahabatnya. Nabi kemudian memerintahkan kepada para sahabatnya untuk sembunyi-sembunyi hijrah ke Madinah.

Sedangkan Nabi SAW dan beberapa sahabatnya masih tinggal di di Mekkah. Nabi menunggu turunnya ayat dari Allah untuk pergi hijrah.

Tepat tanggal 26 Shafar 622 Masehi atau tepat 17 Juni, Nabi Muhammad SAW didampingi Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq pergi ke Goa Tsur.

Nabi SAW memberi tahu Abu Bakar bahwa harus pergi hijrah malam itu dan menunjuk Abu Bakar untuk menyertainya. Peristiwa itu terekam dalam Kitab Fatkhul Bari seperti dikutip dari quranpustaka.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ اسْتَأْذَنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْخُرُوجِ حِينَ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْأَذَى فَقَالَ لَهُ أَقِمْ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَطْمَعُ أَنْ يُؤْذَنَ لَكَ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنِّي لَأَرْجُو ذَلِكَ قَالَتْ فَانْتَظَرَهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَتَاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ظُهْرًا فَنَادَاهُ فَقَالَ أَخْرِجْ مَنْ عِنْدَكَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّمَا هُمَا ابْنَتَايَ فَقَالَ أَشَعَرْتَ أَنَّهُ قَدْ أُذِنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ الصُّحْبَةَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّحْبَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدِي نَاقَتَانِ قَدْ كُنْتُ أَعْدَدْتُهُمَا لِلْخُرُوجِ فَأَعْطَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَاهُمَا وَهِيَ الْجَدْعَاءُ فَرَكِبَا فَانْطَلَقَا حَتَّى أَتَيَا الْغَارَ وَهُوَ بِثَوْرٍ فَتَوَارَيَا فِيهِ فَكَانَ عَامِرُ بْنُ فُهَيْرَةَ غُلَامًا لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الطُّفَيْلِ بْنِ سَخْبَرَةَ أَخُو عَائِشَةَ لِأُمِّهَا وَكَانَتْ لِأَبِي بَكْرٍ مِنْحَةٌ فَكَانَ يَرُوحُ بِهَا وَيَغْدُو عَلَيْهِمْ وَيُصْبِحُ فَيَدَّلِجُ إِلَيْهِمَا ثُمَّ يَسْرَحُ فَلَا يَفْطُنُ بِهِ أَحَدٌ مِنْ الرِّعَاءِ فَلَمَّا خَرَجَ خَرَجَ مَعَهُمَا يُعْقِبَانِهِ حَتَّى قَدِمَا الْمَدِينَةَ

Dari Aisyah radliallahu anha, dia berkata, "Abu Bakr pernah meminta izin kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk hijrah ketika gangguan [orang-orang Quraisy] semakin menjadi-jadi, lalu beliau bersabda kepadanya: "Berdiam aja dulu." Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, apakah anda hendak menunggu perintah?" Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Aku berharap hal itu." Aisyah melanjutkan, "Abu Bakr lalu menunggu [perintah hijrah], suatu hari yaitu diwaktu siang, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang menemuinya, beliau lalu menyerunya: "Suruhlah orang-orang yang ada di sisimu untuk keluar." Abu Bakr menjawab, "Sesungguhnya dia adalah kedua puteriku." Beliau bersabda: "Apakah kamu merasa bahwa diriku telah diizinkan untuk berhijrah?" Abu Bakr berkata, "Apa perlu ditemani?" Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab: "Benar, aku perlu ditemani."

Abu Bakr berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua ekor unta yang telah aku persiapkan untuk berhijrah." Kemudian Abu Bakr memberi salah satu hewan tunggannya, yaitu al Jada`, keduanya pun berangkat hingga sampai di gua Tsur lalu keduanya bersembunyi di dalamnya.

Sementara Amir bin Fuhairah adalah seorang budak milik Abdullah bin Thufail bin Sahbarah, saudara seibu Aisyah, dan Abu Bakr juga memiliki beberapa ekor kambing perah, yang setiap pagi dan sore dibawa oleh Amir bin Fuhrairah untuk keduanya.

Kemudian ia pergi dimalam hari untuk menemui keduanya, selepas itu Amir bin Fuhairah pergi merumput sehingga tak satupun dari para penggembala yang tahu, tatkala Amir bin Fuhairah berangkat, maka Abu Bakr dan Nabi keluar mengikuti dari belakang hingga keduanya tiba di Madinah. [ HR. Bukhari] [ No. 4093 Fathul Bari] Shahih.

Persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar di Goa Tsur tersebut nyaris diketahui para musuhnya yang terus mengejar Rasulullah SAW. Namun, dengan pertolongan Allah SWT, Rasulullah dan Abu Bakar selamat.

Peristiwa itu diabadikan dalam Alquran, Surat At Taubah:40

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Artinya: Jikalau tidak menolongnya [Muhammad] maka sesungguhnya Allah telah menolongnya [yaitu] ketika orang-orang kafir [musyrikin Mekah] mengeluarkannya [dari Mekah] sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita". Maka Allah menurunkan ketenangan kepada [Muhammad] dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS. At Taubah: 40]

Mufasir Ibnu Katsir menerangkan, peristiwa itu terjadi pada tahun Nabi SAW melakukan hijrahnya. Saat itu orang-orang musyrikin bertekad hendak membunuhnya atau menahannya atau mengusirnya. Maka Nabi Saw lari dari mereka bersama sahabatnya, yaitu Abu Bakar As-Siddiq.

Lalu keduanya berlindung di dalam Goa Sur selama tiga hari, menunggu agar orang-orang yang mencari dan menelusuri jejaknya kembali ke Mekah. Sesudah itu beliau bersama Abu Bakar meneruskan perjalanan ke Madinah.

Abu Bakar merasa takut bila seseorang dari kaum musyrik yang mengejarnya itu dapat melihatnya yang akhirnya nanti Rasulullah Saw akan disakiti oleh mereka. Maka Nabi Saw menenangkan dan meneguhkan hati ABu Bakar.

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ

Artinya: "Dan [ingatlah], ketika orang-orang kafir [Qurais] memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. [QS. Al Anfal: 30]

Bahwa orang-orang Quraisy mengadakan musyawarah di Mekah pada suatu malam. Sebagian dari mereka mengatakan, "Besok pagi kita tangkap dia, lalu kita ikat." Yang mereka maksudkan adalah Nabi Saw. Sebagian yang lain mengatakan, "Tidak, tetapi kita harus membunuhnya." Sedangkan sebagian lagi mengatakan, "Tidak, tetapi kita usir saja dia."

Lalu Allah Swt. memperlihatkan makar tersebut kepada Nabi-Nya. Maka Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu tidur di tempat tidur Rasulullah SAW. Kemudian Nabi SAW sendiri berangkat menuju gua, sedangkan orang-orang musyrik semalaman menjaga Ali yang mereka sangka Nabi Saw.

Kemudian pada pagi harinya mereka menyerangnya secara bersamaan, tetapi ketika mereka membukanya ternyata dia adalah Ali. Allah membalas tipu muslihat mereka. Lalu mereka bertanya, "Ke manakah temanmu ?” Lalu mereka menelusuri jejaknya. Ketika mereka sampai di bukit, mereka kehilangan jejak, kemudian mereka mendaki bukit itu dan melewati gua yang dimaksud, tetapi mereka melihat di pintu gua itu ada sarang laba-laba.

Maka mereka berkata, "Seandainya dia memasuki gua ini, niscaya sarang laba-laba itu tidak akan ada lagi di mulutnya. Nabi Saw. tinggal di dalam Goa Tsur itu selama tiga malam. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Jafar ibnuz Zubair, dari Urwah ibnuz Zubair yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembatas tipu daya, [Al-Anfal: 30] Yakni engkau [Muhammad] membalas tipu daya mereka dengan tipu daya-Ku Yang Mahateguh, hingga Aku selamatkan kamu dari mereka.

Wallahu A'lam.


Editor : Kastolani Marzuki

TAG : hijrah nabi muhammad saw Goa Tsur

Siapakah yang mengantar makanan saat Rasulullah dan Abu bakar di gua tsur di bulan Muharram dalam perjalanan Hijrah?

  1. Fatimah Azzahra binti Muhammad SAW
  2. Siti Aisyah binti Abu Bakar Siddiq
  3. Asma binti Abu Bakar Siddiq
  4. Ummu Kultsum binti Abu Bakar Siddiq
  5. Semua jawaban benar

Jawaban yang benar adalah: C. Asma binti Abu Bakar Siddiq.

Dilansir dari Ensiklopedia, siapakah yang mengantar makanan saat rasulullah dan abu bakar di gua tsur di bulan muharram dalam perjalanan hijrah Asma binti Abu Bakar Siddiq.

Pembahasan dan Penjelasan

Menurut saya jawaban A. Fatimah Azzahra binti Muhammad SAW adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.

Menurut saya jawaban B. Siti Aisyah binti Abu Bakar Siddiq adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.

Menurut saya jawaban C. Asma binti Abu Bakar Siddiq adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.

Menurut saya jawaban D. Ummu Kultsum binti Abu Bakar Siddiq adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan.

Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah C. Asma binti Abu Bakar Siddiq.

Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

Lihat juga  Paragraf deduktif adalah?

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peristiwa hijrahnya kaum muslimin dari kota Mekkah menuju Madinah merupakan momen sakral dalam sejarah perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Kaum muslimin rela meninggalkan tanah kelahiran yang mereka cintai, berpisah dengan keluarga serta meninggalkan harta benda yang mereka miliki. Ditambah adanya ancaman dari para pemuka Quraisy yang akan menghadang kaum Muslimin yang hendak berhijrah, membuat perjalanan mereka semakin terasa menantang.

Lebih dari itu, orang-orang Quraisy telah menyusun siasat keji untuk membunuh Rasulullah SAW. yang masih berada di Mekkah. Namun atas kuasa Allah Azza wa Jalla, Rasulullah berhasil lolos dari rencana pembunuhan tersebut dan berangkat menuju rumah Abu Bakar as-Siddiq. Sesampainya di rumah Abu Bakar, Rasulullah mengabarkan bahwa ia telah diizinkan oleh Allah untuk berhijrah dan meminta Abu Bakar agar ikut bersamanya.

Mengetahui bahwa Rasulullah SAW. akan melakukan perjalanan yang panjang, kedua putri Abu Bakar, yakni Asma’ binti Abu Bakar dan Aisyah binti Abu Bakar bergegas menyiapkan bekal makanan. Rupanya kontribusi Asma’ dalam membantu hijrahnya Nabi SAW. beserta ayahnya tidak hanya sampai disini. Ia berperan sebagai salah satu kunci pembuka jalan Rasulullah dalam menyerukan dakwah kenabian di bumi Madinah.

Mengenal Pribadi Asma’ binti Abu Bakar

Muslimah berhati mulia ini merupakan putri dari Abu Bakar as-Siddiq, yang tidak lain adalah sabahat terdekat Rasulullah SAW. Asma memiliki saudara kandung bernama Abdullah bin Abu Bakar dan saudari berbeda ibu, yakni Aisyah binti Abu Bakar. Ia termasuk salah satu shahabiyah [sahabat Nabi SAW dari golongan perempuan] yang paling awal mengucapkan dua kalimat syahadat. Merujuk pada Sirah Nabawiyah yang ditulis Ibnu Hisyam, Asma’ menempati urutan ketujuh belas sebagai orang pertama yang masuk Islam.

Asma’ binti Abu Bakar dikenal sebagai sosok wanita yang santun, tangguh, dan selalu bersyukur. Tidak heran jika salah satu sahabat Nabi SAW. bernama Zubair bin Awwam mempersunting Asma’ sebagai istrinya karena kagum dengan akhlak Asma’ yang mulia. Saat Zubair menikahi Asma’, ia tidak memiliki harta berharga kecuali seekor kuda. Sebagai seorang istri, Asma’ tidak ragu untuk membantu pekerjaan suaminya dengan memberi makan dan mengurus kuda tersebut.

Diriwayatkan dari kitab Sahih Muslim, suatu ketika Asma’ binti Abu Bakar menjunjung keranjang berisi buah kurma dari kebun yang dihibahkan Rasulullah SAW. pada Zubair. Kebun itu sejauh dua pertiga farsakh [1 farsakh = 5,5 km]. Melihat Asma’ yang harus berjalan jauh, Rasulullah merasa iba dan mengajak Asma untuk menaiki untanya. Namun Asma’ teringat statusnya sebagai istri Zubair dan harus menjaga perasaan suaminya. Ia pun menolak ajakan Rasulullah tersebut secara halus.

Keberanian Asma’ binti Abu Bakar dalam Membantu Hijrah Rasulullah SAW. ke Madinah

Rasulullah SAW. yang hendak berhijrah menyadari bahwa para pemuka Quraisy tengah mencarinya mati-matian. Maka selepas mengajak Abu Bakar untuk turut menemaninya, Rasulullah menyusun strategi untuk menghindari kejaran kaum Quraisy. Beliau sengaja mengambil jalur selatan yang mengarah ke Yaman, padahal jalur yang mengarah ke Madinah berada di sebelah utara kota Mekkah.

Setelah menempuh perjalanan sejauh lima mil, Rasulullah bersama Abu Bakar sampai di Gua Tsur yang posisinya berada di atas gunung. Di dalam Gua Tsur inilah Rasulullah SAW. dan Abu Bakar bersembunyi dari rombongan kaum Quraisy. Bahkan ketika salah seorang pemuda Quraisy sampai di gua tersebut, Allah melindungi Rasul-Nya dengan menghendaki seekor laba-laba membangun sarang di mulut gua.

Menurut Ibnu Hisyam, Rasulullah beserta Abu Bakar tinggal di Gua Tsur selama tiga hari tiga malam. Di masa persembunyian itu, setiap sorenya Asma’ binti Abu Bakar berkunjung ke Gua Tsur untuk mengantarkan makanan. Lalu pada malam hari Abdullah bin Abu Bakar datang untuk menyampaikan kabar mengenai orang-orang kafir Quraisy. Sementara bekas hamba sahaya Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, bertugas menggembalakan kambing di sekitar gua untuk menghapus jejak Asma’ dan Abdullah.

Siapakah yang mengantar makanan saat Rasulullah dan Abu bakar di gua tsur di bulan Muharram dalam perjalanan Hijrah?

  1. Fatimah Azzahra binti Muhammad SAW
  2. Siti Aisyah binti Abu Bakar Siddiq
  3. Asma binti Abu Bakar Siddiq
  4. Ummu Kultsum binti Abu Bakar Siddiq
  5. Semua jawaban benar

Jawaban: C. Asma binti Abu Bakar Siddiq.

Dilansir dari Ensiklopedia, siapakah yang mengantar makanan saat rasulullah dan abu bakar di gua tsur di bulan muharram dalam perjalanan hijrah asma binti abu bakar siddiq.

Jumat , 07 Oct 2016, 18:00 WIB

Red:

Saat datang perintah untuk hijrah dari Allah SWT, Rasulullah SAW segera menemui Abu Bakar as-Shiddiq. Rasulullah SAW mengungkapkan perintah hijrah dari Makkah kepada Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun mengajukan diri untuk menemani Rasulullah SAW hijrah dari Makkah. Akhirnya, keluarga Abu Bakar menyiapkan segala persiapan dan perbekalah hijrah Rasulullah SAW tersebut.

Hal ini termasuk dengan menyediakan makanan dan minuman. Abu Bakar pun sempat menyuruh anaknya, Asma binti Abu Bakar, untuk menyiapkan tempat bekal dan minum Rasulullah SAW. Namun, lantaran tidak menemukannya, Asma akhirnya memotong ikat pinggangnya menjadi dua. Satu untuk tempat bekal makanan Rasul dan satu lagi untuk tempat air minum [geriba]. Karena peristiwa ini, Asma mendapatkan julukan Dzat an-Nithaqai [pemilik dua ikat pinggang]. Rasulullah pun bersabda, "Semoga Allah mengganti ikat pinggangmu ini dengan dua ikat pinggang di Surga." Tidak hanya itu, Asma juga mengantarkan bekal makanan dan minuman kepada Rasulullah dan ayahnya saat dalam perjalanan menuju Madinah, tepatnya di Gua Tsur. Ini dilakukan Asma saat kaum kafir Quraisy tengah memburu Rasulullah dan Abu Bakar. Pengorbanan Asma menjadi bukti ketulusan, pengorbanan, dan peran besar Asma untuk membantu Rasulullah. Asma adalah putri dari Abu Bakar ash-Shiddiq. Asma memiliki nama lengkap Asma binti Abu Bakar al-Quraisyiyyah at-Tamimiyah. Beliau dilahirkan 27 tahun sebelum hijrah. Asma 10 tahun lebih tua daripada saudara seayahnya, Aisyah, dan dia adalah saudara sekandung dari Abdullah bin Abu Bakar. Ibu Asma adalah Qatilah binti Abdul Uzza bin Abdi As'ad bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir al-Amiriyah. Abu Bakar sempat menceraikan Qatilah pada masa sebelum kedatangan Islam. Asma masuk Islam sesudah 17 orang awal yang berbaiat kepada Rasulullah SAW. Salah satu bukti ketaatannya kepada Rasulullah SAW adalah saat Asma menerima kedatangan ibunya, Qatilah. Saat itu, Qatilah datang untuk menemui Asma dan berniat memberikan hadiah. Namun, Asma belum mau menerimanya sebelum bertanya kepada Rasulullah. Akhirnya turunlah firman Allah SWT, dalam surah al-Mumtahanah ayat 8. "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak [pula] mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." Usai mendengar ayat tersebut, dan sabda Rasulullah, "Ya, sambunglah hubungan [baik] dengan ibumu," Asma akhirnya mau menemui dan menerima hadiah dari ibunya. Asma merupakan saksi dari dua masa sekaligus, yaitu masa sebelum bi'tsah [pengangkatan Nabi Muhammad SAW] dan masa sesudahnya. Asma dikenal sebagai Muslimah yang tabah, sabar, dan dermawan. Dia pun rela menanggung tekanan, gangguan, dan siksaan dari kaum Quraisy. Saat hijrah bersama Rasulullah, Abu Bakar membawa seluruh hartanya, sekitar 5.000 hingga 6.000 dirham. Kemudian datanglah kakek Asma, Abu Qafahah, menanyakan soal harta yang ditinggalkan oleh Abu Bakar untuk keluarganya, karena khawatir hijrahnya Abu Bakar akan menyulitkan kondisi ekonomi Asma. Hal itu dilakukan Abu Qafahah karena mendapatkan tekanan dan kabar dari kaum kafir Quraisy. Namun, Asma menjawab, "Tidak wahai kakek. Sungguh ayah telah meninggalkan banyak kebaikan untuk kami." Selanjutnya, untuk menenangkan hati kakeknya, Asma menempatkan batu ke dalam tempat Abu Bakar biasa menyimpan hartanya. Asma pun mengajak kakeknya untuk meraba tempat harta tersebut. "Tidaklah mengapa jika dia tinggalkan ini bagi kalian, maka dia [berarti] telah berbuat baik. Ini sudah cukup bagi kalian," ujar Abu Qafahah. Asma menikah dengan Zubair bin Awwam. Namun, Asma sempat mengeluh kepada ayahnya mengenai sikap kasar Zubair. Abu Bakar pun berkata, "Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnya wanita itu apabila bersuami seorang yang saleh, kemudian suaminya meninggal dunia, sedang istrinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul di surga." Kemudian tidak lama setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Asma dan keluarganya pun ikut hijrah ke Madinah. Di Madinah, Asma melahirkan putranya, Abdullah bin Zubair. Dia adalah anak pertama yang lahir dalam Islam setelah peristiwa hijrah. Asma juga dikenal sebagai Muslimah yang dermawan. Kendati hidup dalam keadaan miskin, Asma tidak segan untuk memberikan hartanya kepada orang miskin. Dari Abdullah bin Zubair RA berkata, "Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma." "Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengumpulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul padanya, dia pun membagikannya. Sedangkan Asma, maka dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya." Asma adalah seorang wanita yang dermawan dan pemurah. Beliau tidak menyimpan sesuatu untuk hari esok. Suatu hari, beliau pernah menderita sakit, beliau pun menjalaninya dengan penuh kesabaran. Kemudian, saat beliau kembali sehat, beliau pun langsung membebaskan seluruh budak-budaknya. Asma berkata kepada anak-anaknya, "Bersedekahlah, janganlah kalian menanti lebihnya harta." Asma hidup hingga usia 100 tahun. Dia menjadi wanita Muhajirin terakhir yang wafat. Dalam satu riwayat diceritakan, Asma meriwayatkan 22 hadis dalam Shahihain. Sedangkan yang disepakati Bukhari dan Muslim 13 hadis. Bukhari meriwayatkan sendiri lima hadis, sedangkan Muslim meriwayatkan empat hadis.

n ed: a syalaby ichsan

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Video yang berhubungan