• Mengendalikan impuls agresif. Melalui interaksi dengan teman sebayanya, kaum muda belajar menyelesaikan konflik dengan cara selain tindakan langsung.
• Menerima dorongan emosional dan sosial dan menjadi lebih mandiri. Teman sebaya mendorong kaum muda untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru. Dorongan yang diterima remaja dari rekan-rekan mereka menghasilkan pengurangan ketergantungan remaja pada dorongan dari keluarga mereka.
• Meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan pemikiran logis, dan belajar mengungkapkan perasaan dengan cara yang lebih dewasa.
• Mengembangkan sikap tentang seksualitas dan perilaku yang berhubungan dengan peran seksual.
• Memperkuat penyesuaian moral dan nilai. Kebanyakan orang dewasa mengajari anak-anak mereka apa yang benar dan apa yang salah. Di dalam teman sebayanya, remaja mencoba membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang mereka miliki dan orang-orang di sekitar mereka dan memutuskan mana yang benar. Proses penilaian ini dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan penalaran moral mereka.
• Meningkatkan harga diri. Disenangi oleh banyak teman sebaya membuat remaja merasa senang atau bahagia.

• Konflik antar teman dapat berdampak sosial dan psikologis.
• Teman bermain yang memiliki kebiasaan buruk akan menanamkan nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai masyarakat pada umumnya . Sehingga dalam hal ini teman bermain menjadi subkultur yang menyimpang.
• Teman bermain dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Sehingga pergaulan yang menyimpang dapat menghasilkan perilaku menyimpang yang menjadi menyimpang dalam kepribadian seseorang. Kondisi ini akan mempengaruhi masa depan seseorang yang suram