Politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan 2 poin

Guys, pernah gak sih, elo mendengar tentang politik apartheid? Well, pasti banyak dari elo yang belum tahu tentang politik satu ini. Singkatnya, politik apartheid merupakan sebuah kebijakan yang memisahkan kulit hitam dan putih di Afrika Selatan. 

Eitss, tapi kok bisa ada orang kulit putih di Afrika?

Nah, elo pernah gak sih, menonton acara sepak bola di televisi? Jika elo perhatikan salah satu pemain tim nasional sepak bola Afrika ada yang berkulit putih, lho. Apakah ia bukan orang Afrika? Apakah ia pemain yang disewa dari negara lain? 

Faktanya, banyak orang-orang kulit putih yang menetap di Afrika Selatan. Bahkan, di zaman dahulu perbedaan warna kulit ini sering menjadi permasalahan hingga menimbulkan politik apartheid. 

Maka dari itu, mari kita bahas lebih lanjut mengenai latar belakang politik apartheid!

Baca Juga: Profil Nelson Mandela, Sosok yang Akhiri Politik Apartheid

Apa yang Dimaksud dengan Politik Apartheid?

Politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan ras yang diterapkan di Afrika Selatan sejak tahun 1948 hingga 1993. Ras yang dimaksud di sini adalah pemisahan antara ras kulit putih dengan ras kulit hitam. 

Tidak hanya itu, di dalam politik apartheid juga terjadi diskriminasi terhadap ras kulit hitam, di mana hanya orang-orang dari ras kulit putih saja yang mendapat hak istimewa untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, hingga kekuasaan politik. 

Nah, Sobat Zenius pasti sekarang penasaran deh, kok bisa sih, politik apartheid ini terjadi? Memang bagaimana latar belakangnya?

Jadi, awalnya aturan-aturan tersebut dibuat oleh orang kulit putih yang berada di Afrika Selatan nih, guys! Nah, jadi orang-orang kulit putih ini merupakan orang Eropa atau disebut juga sebagai kaum boer yang menetap sejak lama di Afrika. 

Politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan 2 poin
Bentuk Protes Politik Apartheid (Dok. history.com)

Lalu, di awal abad ke-20, kebijakan apartheid pun dimulai oleh orang-orang berkulit putih. Di mana, kebijakan ini membagi Afrika Selatan menjadi empat golongan yaitu kulit putih (keturunan Eropa), suku bangsa bantu (suku asli bangsa Afrika), kulit berwarna (berdarah campuran), dan orang Asia (orang Pakistan dan India). 

Seiring berjalannya waktu, di tahun 1924 sampai 1939 Partai Nasional telah terpilih menguasai Afrika Selatan, sehingga memunculkan aturan-aturan baru seperti:

  1. Undang-Undang Larangan Nikah Campur
  2. Undang-Undang Registrasi Penduduk
  3. Undang-Undang Wilayah Kelompok

Baca Juga: Konflik Sipil-Militer Amerika Serikat dalam Perang Korea

Dampak Politik Apartheid

Politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan 2 poin
Aksi Protes Terhadap Politik Apartheid (Dok. Thoughtco)

Nah, peraturan-peraturan tersebut pun berdampak negatif terhadap masyarakat Afrika Selatan nih, guys! Beberapa dampak politik apartheid yakni timbulnya diskriminasi masyarakat yang memengaruhi banyak aspek politik, sosial, ekonomi, dan sebagainya. 

Semenjak itu, lahirlah gerakan-gerakan yang menentang adanya politik apartheid. Contohnya saja gerakan African National Congress (ANC) yang salah satu anggota aktifnya adalah Nelson Mandela. 

Nah, karena telah menimbulkan banyak gerakan rakyat, lalu ditambah lagi dengan kecaman keras dari dunia internasional, akhirnya politik apartheid ini pun berakhir, guys. Kemudian pada tanggal 21 Februari 1991, presiden Frederik Willem de Klerk mengumumkan penghapusan sistem politik apartheid di hadapan sidang parlemen Afrika Selatan. 

Selain itu, ia juga berjanji untuk menyelenggarakan pemilihan umum presiden tanpa pembatasan rasial. Hingga akhirnya di tahun 1994, diadakan pemilu presiden yang dimenangkan oleh Nelson Mandela.

Politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan 2 poin
Nelson Mandela (Dok. Wikimedia Commons)

Meski kemenangan Nelson Mandela ini resmi menghapuskan politik apartheid, tetapi jejaknya sudah terlanjur membekas dan menyisakan luka di hati warga kulit hitam. Oleh karena itu, untuk mengobati luka warganya, Nelson Mandela mulai membentuk UU Peningkatan Kesatuan Nasional dan Rekonsiliasi.

Politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan 2 poin

Contoh Soal Dampak Politik Apartheid

  1. Manakah di antara tokoh di bawah ini yang merupakan anggota African National Congress (ANC)?

A. Nelson Mandela

B. Donald Trump

C. Vladimir Putin

D. Angela Merkel

E. John Kennedy

Jawaban: Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu anggota ANC adalah Nelson Mandela. Maka, jawaban yang tepat adalah A. Nelson Mandela

Baca Juga: Awal Mula Krisis Misil Kuba dan Berakhirnya, Hampir Mengancam Dunia!

Nah, itu dia guys sejarah mengenai politik apartheid di Afrika Selatan. Dari kisah politik apartheid, kita jadi mendapat pelajaran bahwa sesuatu yang bersifat rasisme tidaklah baik bagi kehidupan. Bahkan, rasisme sering menimbulkan dampak negatif. 

Namun sayangnya, hingga kini masih banyak sekali bentuk-bentuk diskriminasi dan rasisme yang terjadi di sekitar kita. So guys, gimana sih menurut elo caranya agar menjadi pribadi yang anti-rasis? Yuk, coba jawab di kolom komentar!

Apartheid (arti dari bahasa Afrikaans: apart memisah, heid sistem atau hukum) adalah sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990.[1]

Hukum apartheid dicanangkan pertama kali di Afrika Selatan, yang pada tahun 1930-an dikuasai oleh dua bangsa kulit putih, koloni Inggris di Cape Town dan Namibia dan para Afrikaner Boer (Petani Afrikaner) yang mencari emas/keberuntungan di tanah kosong Afrika Selatan bagian timur atau disebut Transvaal (sekarang kota Pretoria dan Johannesburg).

Setelah Perang Boer selesai, penemuan emas terjadi di beberapa daerah di Afrika Selatan, para penambang ini tiba-tiba menjadi sangat kaya, dan kemudian sepakat untuk mengakhiri perang di antara mereka, dan membentuk Persatuan Afrika Selatan.

Melalui kebijaksanaan ini, penduduk Afrika Selatan digolongkan menjadi empat golongan besar, yaitu kulit putih atau keturunan Eropa, suku bangsa Bantu (salah satu suku bangsa di Afrika Selatan), orang Asia yang kebanyakan adalah orang Pakistan dan India, dan orang kulit berwarna atau berdarah campuran, diantaranya kelompok Melayu Cape. Pemisahan suku yang dilakukan di Afrika Selatan ini mendapat tanggapan dunia internasional. Bahkan Majelis Umum PBB mengutuk perbuatan itu. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut juga mendapat tanggapan yang serius dari rakyat Afrika Selatan. Di Afrika Selatan sering terjadi gerakan-gerakan pemberontakan untuk menghapus pemerintahan Apartheid. Gerakan yang terkenal dilakukan oleh kalangan rakyat kulit hitam Afrika Selatan dipelopori oleh African National Congress (ANC) yang berada di bawah pimpinan Nelson Mandela. Pada tahun 1961, ia memimpin aksi rakyat Afrika Selatan untuk tinggal di dalam rumah. Aksi tersebut ditanggapi oleh pemerintah Apartheid dengan menangkap dan kemudian menjebloskan Mandela ke penjara Pretoria tahun 1962. Nelson Mandela baru dibebaskan pada tanggal 11 Februari 1990 pada masa pemerintahan Frederik Willem de Klerk. Pembebasan Nelson Mandela membawa dampak positif terhadap perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam memperjuangkan penghapusan pemerintahan Apartheid. Pada tanggal 2 Mei 1990 untuk pertama kalinya pemerintahan Afrika Selatan mengadakan perundingan dengan ANC untuk membuat undang-undang nonrasial. Pada tanggal 7 Juni 1990 Frederik Willem de Klerk menghapuskan Undang-undang Darurat Negara yang berlaku hampir pada setiap bagian negara Afrika Selatan.

Perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh Nelson Mandela dalam menegakkan kekuasaan tanpa adanya rasialisme di Afrika Selatan dan menghapuskan kekuasaan Apartheid memakan waktu yang cukup lama. Nelson Mandela terus berjuang untuk mencapai kebebasan negerinya baik perjuangan yang dilakukan di dalam negerinya, agar mendapat dukungan dari seluruh rakyatnya, maupun perjuangan yang dilakukan di luar negeri, yaitu untuk mendapatkan pengakuan atas perjuanganya dalam menghapuskan kekuasaan Apartheid di Afrika Selatan. Upaya-upaya yang ditempuh oleh Nelson Mandela tersebut mulai menampakkan hasil yang menggembirakan, ketika pemerintah minoritas kulit putih di bawah pimpinan Frederik Willem de Klerk memberikan angin segar kebebasan bagi warga kulit hitam.

Pada tanggal 21 Februari 1991, di hadapan sidang parlemen Afrika Selatan, presiden Frederik Willem de Klerk mengumumkan penghapusan semua ketentuan dan eksistensi system politik Apartheid. Pengumuman itu diikuti dengan penghapusan 3 undang-undang yang memperkuat kekuasaan Apartheid, yaitu:

1. Land act, yaitu undang-undang yang melarang orang kulit hitam memiliki "homeland" di luar wilayah tempat tinggal yang telah ditentukan.

2. Group Areas Act, yaitu undang-undang yang mengatur pemisahan tempat tinggal orang-orang kulit putih dan kulit hitam.

3. Population Registration Act, yaitu undang-undang yang mewajibkan semua orang kulit hitam untuk mendaftarkan diri menurut kelompok suku masing-masing.

Penghapusan undang-undang tersebut diikuti dengan janji pemerintahan Frederik Willem de Klerk untuk menyelenggarakan pemilu tanpa pembatasan rasial (pemilu multirasial).Garis politik yang ditempuh Presiden De Klerk tersebut menghentak banyak pihak dan membangkitkan semangat perjuangan orang-orang kulit hitam dalam rangka memperjuangkan Afrika Selatan tanpa adanya perbedaan rasialais.

Dari banyak sekali "homeland" (bahasa Afrikaans: Tuisland) yang dibentuk/ dipisahkan dari Afrika Selatan yang "putih".Empat menyatakan kemerdekaannya; yaitu negara yang dikelompokkan menjadi TBVC (Transkei, Bophutatswana, Venda, dan Ciskei) dari suku bahasanya. Frederik Willem de Klerk adalah orang yang mengakhiri masa suram ini dengan pidato-pidatonya yang reformatif. Negara Republik Afrika Selatan setelahnya ini akan berdiri dengan pimpinan demokratis Nelson Mandela yang mempunyai nama alias "Rolitlatla" (Pengambil Ranting/pencari gara-gara)

  • SARA
  • Afrika Selatan
  • Apartheid teknologi

* Masih dalam Incubator

  • Byrnes, Mark (10 December 2010). "Life in Apartheid-Era South Africa". CityLab. 
  • Understanding Apartheid Learner's Book Diarsipkan 2015-04-08 di Wayback Machine. – Seri PDF, dipublikasikan dari Apartheid Museum
  1. ^ "isbn:9780275961510 - Penelusuran Google". www.google.com. Diakses tanggal 2020-01-26. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Apartheid&oldid=20490271"