Pemetaan kawasan rawan bencana erupsi gunung api dapat dilakukan menggunakan SIG

Dalam Penelitian dan Analisis, Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dimanfaatkan untuk mengetahui daerah rawan bencana, SIG dapat membantu menentukan wilayahnya. Misalkan untuk wilayah Kabupaten Kuningan, sangat berpotensi Tanah Longsor dan Gerakan Tanah karena kondisi Jenis Tanah, Pola Tutupan Lahan, Tingkat Kemiringan Lahan, dan Curah Hujan yang relatif tinggi. Selain itu Kabupaten Kuningan mempunyai potensi bencana berupa letusan gunung berapi (Gn. Api Ciremai) karena Kabupaten Kuningan termasuk pada wilayah Pulau Jawa yang dilalui oleh lempeng samudra dan benua. Oleh karena itu dengan memanfaatkan SIG dapat mengurangi dan bersiaga tehadap ancaman bencana tersebut. Peta Bencana Berbasis SIG, Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut, secara spasial. Pada kondisi yang lebih umum, SIG adalah cara yang memudahkan pengguna untuk membuat query interaktif, menganalisa informasi spasial dan mengedit data. Ilmu informasi geografis adalah ilmu yang mengkombinasikan antara penerapan dengan sistem.

SIG adalah suatu alat yang dapat mendukung penetapan keputusan dalam semua fase siklus bencana. Dengan kata lain adalah suatu kata yang menjelaskan tentang semua jenis item dari data yang hendaknya mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi terhadap suatu lokasi atau dapat diukur dalam hal koordinat geografis. Pada awalnya focus dari SIG adalah terutama pada respon bencana. Dengan perubahan paradigma aturan manajemen bencana telah berkembang secara cepat. Proses harus berjalan menjadi suatu kejadian yang mengalir dari penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga prediksi dan kedaruratan hingga perbaikan. Tiap-tiap aktivitas diarahkan menghasilkan keberhasilan penanganan bencana. Aturan yang dikembangkan termasuk cara yang diambil dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan sejumlah keahlian tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. SIG dapat bertindak sebagai antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana.

SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan dan infrastuktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana dan kajian keutuhan komunitas korban bencana. Karena SIG adalah teknologi yang tepat guna yang secara kuat merubah cara pandang seseorang secara nyata dalam melakukan analisis keruangan. SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang analsis spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG tersedia bagi berbagi bidang organisasi dan dapat menjadi suatu alat yang berdaya guna untuk pemetaan dan analisis

Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu area yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan dan asset terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian di tumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca dan lain lain akan menetukan siapakah, apakah dan yang mana lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya membuka trend gerografi yang unik dan pola spasial yang mana mempunyai kejelasan visual, adalah lebih dapat dipahami dan membantu mendukung proses pembuatan keputusan.

Untuk mengetahui SIG potensi kerawanan bencana di wilayah Kabupaten Luningan dapat dilihat melalui tautan berikut : Peta Rawan Bencana

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

As Syakur, A, R. (2006). Modul Pengenalan Arc View untuk Dasar Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). Denpasar: Universitas Udayana.

Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Jawa Barat. (2010). BPS dalam angka 2010. Bandung: BPS Provinsi Jabar.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2010). Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta: BSN.

Budiyanto, E. (2010). Sistem Informasi Geografis dengan ArcView GIS. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. (2007). Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Dan Kawasan Rawan Gempa Bumi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Hadi, M, P. (1992). Laporan Penelitian Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Mitigasi Banjir Lahar dan Longsoran Lava pada Lereng Selatan Gunungapi Merapi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Hadisantono, R, D., A D Sumpena. dan Pudjowarsito. (1999). Proyek Penyelidikan dan Pengamatan Gunungapi, Pemetaan Zona Risiko Bahaya Gunungapi Tangkubanparahu, Jawa Barat. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Handayani, T. et al. (2007). Modul Praktikum Mahasiswa Membuat Peta Digital dengan Arc View GIS 3.x. Depok: Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) Universitas Indonesia (UI).

Mulyadi, E. et al. (2006). “Mengenal Konsep Penanganan Bencana, Bahaya Geologi, dan Mitigasi Bencana Geologi di Indonesia”. Warta Geologi. 1, (4), 16-48.

Prahasta, E. (2007). Tutorial ArcView. Bandung: Informatika.

Prahasta, E. (2010). Belajar dan Memahami MapInfo Edisi Revisi. Bandung: Informatika.

Purwantara, S dan Sumunar, D, R, S. (2010). Modul Praktikum Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). (1990). Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus Gunung Tangkubanparahu. Bandung: PVMBG.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). (2008). Pengenalan Gunungapi. Bandung: PVMBG.

Rafii, S. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa.

Rahayu, S. (2009). Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor: World

Agroforestry Centre.

Sampurno. (2009). Buku Kumpulan Edaran Kuliah Geomorfologi. Bandung: Jurusan Geologi, Institut Teknologi Bandung (ITB).

Saputra, A. dan Wiratnawati, R. (2006). “Analisis Tingkat Kerawanan Bencana Alam Geologi Berbasis Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) di Daerah Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jabar”. Publikasi Ilmiah Pendidikan dan Pelatihan Geologi. , II, (1), 23-30.

Setiawan, I. (2010). Dasar-dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Buana Nusantara.

Trople, T, L. (2002). Volcanic Hazards Vulnerability Assessment of the Enumclaw – Buckley. Minnesota: Department of Resource Analysis, Saint Mary’s University of Minnesota.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Yousman, Y. (2004). Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo Professional. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Yunus, H, S. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ivoni, Ivoni (2018) Pembangunan Sistem Informasi Geografis Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Talang Berbasis Web. Diploma thesis, Universitas Andalas.

Abstract

Gunung Talang merupakan salah satu gunungapi aktif di provinsi Sumatera Barat yang mempunyai periode letusan panjang dengan interval paling pendek 2 tahun dan paling panjang 40 tahun. Letusan Gunung Talang didominasi oleh letusan freatik, yaitu letusan uap air yang melontarkan material lama atau bahan non magmatic dan bersifat tidak terduga. Tidak ada instrumen yang bisa memastikan kapan akan terjadi erupsi. Pemetaan kawasan rawan bencana (KRB) memberi informasi tentang gunungapi aktif, bahaya letusan gunungapi, upaya mitigasi bencana gunung api, zona dan radius bahaya. Selain itu, peta ini juga menyajikan informasi jalur evakuasi, lokasi evakuasi, dan pusat kesehatan masyarakat. Pembangunan SIG berbasis web peta KRB gunungapi dapat membantu sosialisasi tentang mitigasi bencana gunungapi jika terjadi erupsi, penyampaian informasi kepada masyarakat untuk lebih tanggap bencana dan mengenal daerah tempat mereka tinggal. SIG ini dibangun dengan menggunakan metode waterfall yang terdiri dari tahap analisis, perancangan, implementasi, dan pengujian. Dari tahapan analisis didapatkan kebutuhan fungsional sistem diantaranya menentukan posisi user, pencarian lokasi evakuasi dan pusat kesehatan masyarakat berdasarkan status, tipe, dan kecamatan, serta rute. Perancangan sistem meliputi perancangan arsitektur, perancangan database, dan perancangan user interface. Implementasi sistem menggunakan bahasa pemrograman php dan javascript serta Google Maps sebagai base map dan PostgreSQL dengan ekstensi postGIS sebagai database. Penggujian sistem dilakukan dengan metode blackbox testing. Hasil pengujian terhadap 14 fungsional yang dilakukan oleh 20 orang user menunjukkan bahwa SIG peta KRB berbasis web telah sesuai dengan rancangan sistem. Kata kunci: Peta Kawasan Rawan Bencana, Gunung Talang, PostGIS, PostgreSQL, Sistem Informasi Geografis.

Actions (login required)

Pemetaan kawasan rawan bencana erupsi gunung api dapat dilakukan menggunakan SIG
View Item

Peta kawasan rawan bencana gunung berapi merupakan salah satu peta yang dihasilkan dari analisis spasial SIG. Analisis yang dilakukan biasanya merupakan analisis buffer untuk menghasilkan peta jangkauan dari bencana erupsi gunung berapi tersebut. Pemanfaatan SIG untuk peta kerawanan bencana gunung berapi termasuk dalam bidang mitigasi bencana. Hal ini karena peta kerawanan bencana dapat dijadikan sebagai peta acuan upaya mitigasi bencana untuk mengurangi risiko korban jiwa dan kerusakan akibat bencana letusan gunung api.

Jadi, jawaban yang tepat adalah D.