Orang yang membaca alquran akan memperoleh syafaat di hari kiamat

Oleh: H. Subhan Nur, Lc, M.Ag

 “Bacalah Alquran, maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya.” (HR Imam Muslim) 

HADITS di atas memerintahkan agar menjadikan Alquran sebagai bacaan utama harian kita. Kelak Alquran akan menjadi sahabat di akhirat jika kita sudah membersamainya sejak di dunia. Jika kita menjaga kelestariannya dengan membaca dan berpegang teguh pada isi kandungannya, niscaya Alquran akan menjaga kita dengan memberikan syafaat/pertolongan di akhirat kelak.

Kalimat “Bacalah Alquran” dapat dipahami perintah membaca secara tekstual maupun perintah tadabbur isi kandungannya. Mayoritas ulama memahami perintah ini dengan membaca secara tekstual secara istiqamah setiap hari berdasarkan hadits-hadits tentang keutamaan membaca Alquran. Salah satunya sabda Rasulullah SAW dari Anas bin Malik RA,

“Barangsiapa yang membaca Alquran siang atau malam 50 ayat niscaya tidak tergolong orang-orang yang melalaikan (Alquran), dan barangsiapa yang membaca Alquran 100 ayat niscaya tergolong orang yang taat, dan barangsiapa yang membaca Alquran 200 ayat niscaya Alquran tidak akan menghujatnya pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Sinni)

BACA JUGA: Cara Rasulullah SAW Membaca Alquran

Kalimat “memberi syafaat kepada pembacanya” menunjukkan kehadiran Alquran pada hari kiamat sebagai sahabat sejati pembacanya dengan tampil sebagai pemberi syafaat.

Pada hari itu, Alquran akan tampil mengawal sahabatnya meniti jalan menuju surga. Syekh Abdul Fattah al-Qadi menjelaskan bahwa syafaat Alquran berbeda dengan syafaat lainnya di hari kiamat. Syafaat Alquran mencegah seseorang jatuh dalam kobaran api neraka, sedangkan syafaat yang lain mengangkat dan menyelamatkan seseorang dari kobaran api neraka.

Artinya seorang yang mendapatkan syafaat Alquran, ia akan tercegah dan tidak sampai jatuh dalam kobaran api neraka meskipun ia divonis sebagai penghuni neraka. Sementara orang yang mendapatkan syafaat selain Alquran, maka ia diangkat dari dalam kobaran neraka setelah merasakan panasnya api neraka.

Berikut ini beberapa bentuk syafaat Alquran di akhirat bagi orang sahabat karibnya di dunia, yaitu:

Ayat-ayat Alquran ibarat anak-anak tangga yang akan mengantarkan pembacanya kepada tangga tertinggi di sisi Allah SWT. Keindahan suara bacaan Alquran di dunia akan mengusik perhatian Allah SWT dan memunculkan kerinduan untuk mendengarkan kembali di surga. Inilah yang menjadikan Allah SWT memerintahkan pembaca Alquran untuk naik ke tangga kemuliaan hingga mencapai anak tangga sesuai dengan akhir ayat yang dibaca di dunia. Semakin bertambah ayat yang dibaca, semakin tinggi pula anak-anak tangga kemuliaan yang dinaiki. Rasulullah SAW bersabda:

“Dikatakan kepada sahabat Alquran, ‘Bacalah, naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, karena sesungguhnya derajatmu (di surga) menurut akhir ayat yang engkau baca.”

Alquran menjadi tameng dari siksa kubur

Dalam sebuah riwayat, Amru bin Murrah menjelaskan Alquran akan melindungi pembacanya dari siksa kubur. Diriwayatkan, jika manusia masuk ke dalam kubur kemudian muncul semburan api sebagai siksa kubur yang akan melumatnya dari berbagai arah, maka Alquran datang untuk menyelamatkan.

“Jika manusia masuk ke dalam kubur, tiba-tiba keluar semburan api dari arah kepalanya, lalu Alquran datang untuk menghalanginya. Kemudian api itu keluar dari arah kakinya, lalu datanglah Alquran untuk menghalanginya. Kemudian keluar dari samping kanannya, lalu datanglah Alquran untuk menghalanginya. Lalu keluar dari sampai kirinya, maka datanglah Alquran untuk menghalanginya. Lalu api itu bertanya: Mengapa engkau berbuat demikian, demi Allah ia tidak pernah berbuat untukmu? Lalu Alquran berkata, “Bukankah dahulu aku berada di mulutnya.” Maka Alquran tak henti-hentinya melakukan pembelaan untuk menyelamatkan sahabatnya.

Memberi Syafaat 10 Anggota Keluarga

Di antara syafaat Alquran, setiap orang yang berusaha menjaga kebersamaan dengan Alquran akan memberikan pengaruh positif bagi 10 (sepuluh) anggota keluarganya yang muslim meskipun telah divonis menjadi penghuni neraka. Dari Ali bin Abi Thalib RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa saja yang membaca AlQur’an, lalu ia menghafalnya dan menjaganya niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga, dan menjadikannya dapat memberikan syafaat kepada 10 orang dari kalangan keluarganya meskipun semua telah ditetapkan masuk ke neraka.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Mahkota bagi orangtua

Orangtua memiliki kewajiban terhadap anak-anaknya antara lain mengenalkan Allah dan Rasul-Nya, serta mengajarkan Alquran. Bagi orangtua yang memiliki kepandaian membaca Alquran wajib mengajarkannya kepada anak-anaknya dan membimbingnya bersahabat dengan Alquran. Namun, bagi orangtua yang tidak mahir atau tidak mampu membaca Alquran wajib menitipkan anak-anaknya kepada lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran baca tulis Alquran. Karena mengenalkan Alquran adalah kewajiban yang mutlak dipenuhi oleh setiap orangtua.

BACA JUGA: Dahsyatnya Terapi Alquran untuk Sembuhkan Penyakit Hati

Bagi orang tua yang berhasil mendidik anak-anak cinta Alquran dengan mendawamkan tilawah setiap hari atau menjadi penghafal Alquran, maka Allah SWT memberikan penghargaan di surga berupa disematkan mahkota yang bersinar terang bagaikan sinar matahari. Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa saja yang membaca Alquran, mengajarkannya, mengamalkan (kandungan)nya, niscaya di hari Kiamat kedua orangtuanya disematkan mahkota dari cahaya yang bersinar seperti sinar matahari, dan dipakaikan perhiasan yang belum dipakai keduanya di dunia, lalu keduanya berkata: Mengapa kami dipakaikan seperti ini, lalu diseru: Lantaran anak kalian bersahabat dengan Alquran.”

Dari uraian singkat ini dapat dipahami bahwa syafaat Alquran pada hari kiamat adalah nyata dan tidak terbantahkan. Untuk mendapatkan syafaat Alquran, seseorang harus memiliki hati yang terikat kuat dengan Alquran, menjadikan Alquran sebagai bacaan utama dan berpegang teguh isi kandungannya. Tapi jika Alquran hanya dijadikan sebagai penghias dinding, mahar pernikahan, atau pelengkap aksesoris rumah tanpa membacanya dan mengamalkan isi kandungannya, maka Alquran akan menarik pemilik mushaf ke dalam kobaran api neraka.

Oleh karena itu, marilah kita memotivasi diri untuk istiqamah membaca Alquran setiap hari baik di rumah, tempat kerja, masjid/mushalla, maupun tempat-tempat baik lainnya. Janganlan hari-hari berlalu tanpa membaca Alquran. []

SUMBER: KEMENAG.GO.ID

Orang yang membaca alquran akan memperoleh syafaat di hari kiamat

null null

Al-Qur’an adalah kitab Allah subhanahu wata’ala yang sangat istimewa. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelum Al-Qur’an, seperti Taurat, Injil, dan Zabur. Salah satu keistimewaannya adalah ia mampu memberikan syafaat kepada pembacanya.

Oleh sebab itu, Nabi menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an agar kelak mendapatkan syafaat Al-Qur’an, sebagaimana Nabi bersabda:

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya” (Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya’ Ihya’ al-Turats al-Arabi, tt, juz 1, hal. 553).

Hadits ini diperkuat oleh hadits Nabi yang menyatakan bahwa kelak (di hari kiamat) Al-Qur’an akan datang memohon secara langsung kepada Tuhannya agar menganugerahkan kepada pembacanya sebuah mahkota kemuliaan. Kemuliaan ini tidak dapatkan oleh seseorang kecuali bagi yang gemar dan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Nabi bersabda:

 يَجِيءُ القُرْآنُ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ حَلِّهِ، فَيُلْبَسُ تَاجَ الكَرَامَةِ، ثُمَّ يَقُولُ: يَا رَبِّ زِدْهُ، فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الكَرَامَةِ، ثُمَّ يَقُولُ: يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ، فَيَرْضَى عَنْهُ، فَيُقَالُ لَهُ: اقْرَأْ وَارْقَ، وَيُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً ":

“Kelak di hari kiamat Al-Qur’an akan datang, seraya memohon kepada Tuhannya: ‘Wahai Tuhan, pakaikanlah kepadanya (pembaca Al-Qur’an)!’ Kemudian ia dipakaikan mahkota kemuliaan. Kemudian ia memohon kembali, ‘Wahai Tuhan, tambahkanlah!’ Kemudian dipakaikan pakaian kemuliaan. Kemudian ia memohon lagi, ‘ Wahai Tuhan, ridhailah dia!’ Kemudian Allah pun meridhainya. Maka ia berkata: bacalah dan naiklah. Sebab setiap satu ayat akan dilipatkan satu kebaikan.” (Imam Turmudzi, Sunan Turmudzi, Mesir: Mustafa al-Halabi, tt. juz V, hal. 178).

Dari kedua hadits di atas dapat dipahami bahwa kebenaran syafaat Al-Qur’an kelak di hari kiamat memang nyata dan tidak terbantahkan. Meskipun demikian, untuk mendapatkan syafaat Al-Qur’an, seseorang harus memiliki hati yang terikat kuat dengan Al-Qur’an, menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk, pemimpin dan pedoman dalam hidupnya. Tapi, apabila Al-Qur’an hanya dijadikan penghias dinding dan lemari, tidak diamalkan isi kandungannya, maka ia akan menarik pemilik dan pembacanya ke dalam kobaran api neraka. Sebab Al-Qur’an memiliki dua dimensi dan fungsi yang berbeda dalam waktu yang sama; memberi syafaat atau melaknat.

القرآن مشفع وماحل مُصَدَّقٌ مَنْ جَعَلَهُ إِمَامَهُ قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ ومن جعله خلف ظَهْرِهِ سَاقَهُ إِلَى النَّارِ

“Al-Qur’an memberi syafaat dan dimintai syafaat, dan menjadi saksi yang diyakini (kebenarannya), barangsiapa yang menjadikannya sebagai imam, panutan, pedoman (dengan mengamalkan isi kandungannya) maka ia akan ditarik ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakang punggungnya (meninggalkan isi kandungannya) maka ia akan ditarik ke neraka” (Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, Beirut: Muassasat al-Risalah, 1988, hal. 332).

 وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an dapat memberi manfaat kepadamu dan mencelakaimu” (Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi, tt, hal. 203).

Jika pembaca Al-Qur’an mampu mendapatkan syafaat, bagaimana dengan penghafal Al-Qur’an (hamil Al-Qur’an)?

Pada salah satu hadits Nabi yang dikemukakan oleh Imam Ibnu Majah dalam karyanya, Sunan Ibnu Majah, bahwa orang yang membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya, maka ia akan mendapatkan garansi syafaat beserta sepuluh keluarganya, meskipun sepuluh keluarga tersebut telah divonis masuk neraka.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَحَفِظَهُ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلُّهُمْ قَدْ اسْتَوْجَبُوا النَّارَ

“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya, maka Allah masukkan ia ke surga, dan memberikan syafaat kepadanya sepuluh dari keluarganya yang semua divonis masuk neraka.”

Kata menghafalkan di sini memiliki dua makna; pertama, mengamalkan isi kandungannya, melaksanakan apa yang diwajibkan kepadanya. Kedua, membaca Al-Qur’an secara kontinyu dan konsisten sehingga ia hafal tanpa ada niat menghafal. (Muhammad bin Abdul Wahhab al-Sanadiy, Kifayat al-Hajah fi Syarh Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al-Jail, tt, hal. 94).

Artinya bahwa dengan konsistensi seorang membaca Al-Qur’an hingga ia mampu hafal dengan baik, tanpa disertai niat untuk menghafalkannya, maka ia berhak mendapatkan kemuliaan berupa syafaat bergaransi sepuluh keluarganya. Ini merupakan suatu anugrah bagi umat Nabi Muhammad semata bahwa syafaat Al-Qur’an syafaat yang sangat agung.

• Cara Rasulullah Membaca Al-Qur’an

• Keistimewaan Orang yang Sibuk Membaca Al-Qur'an

• Menghafal atau Membaca Mushaf Al-Qur’an yang Lebih Utama?

Apakah syafaat Al-Qur’an sama dengan syafaat lainnya kelak di hari kiamat?

Syekh Abdul Fattah al-Qadi menjelaskan bahwa syafaat Al-Qur’an berbeda dengan syafaat lainnya kelak di hari kiamat. Syafaat Al-Qur’an mencegah seseorang jatuh dalam kobaran api neraka, sedangkan syafaat yang lain mengangkat dan menyelamatkan seseorang dari kobaran api neraka. Artinya seorang yang mendapatkan syafaat Al-Qur’an, ia akan tercegah dan tidak sampai jatuh dalam kobaran api neraka meskipun ia divonis sebagai penghuni neraka. Sementara orang yang mendapatkan syafaat selain Al-Qur’an, maka ia diangkat dari dalam kobaran neraka setelah merasakan panasnya api neraka. 

Pendapat di atas sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Ibnu al-Qashih dalam karyanya Siraj al-Qari’ wa Tidzkar al-Muqri’ al-Muntahi bahwa syafaat Al-Qur’an menyelamatkan seorang pembacanya dari kobaran api neraka. Untuk memperkuat pendapatnya itu Ibnu al-Qashih mengutip hadits Nabi:

من شفع له القرآن يوم القيامة نجا

“Barangsiapa yang mendapatkan syafaat dari Al-Qur’an, maka ia akan selamat” (Ibnu al-Qashih, Siraj al-Qari’ wa Tidzkar al-Muqri’ al-Muntahi, Mesir, Mustafa al-Halabi, tt, hal, 6).

Imam al-Syatibi mengungkapkan lewat bait syairnya tentang kedahsyatan syafaat Al-Qur’an: 

وإنّ كتاب الله أوثق شافع وأغنى غناء واهبا متفضّلا

“Sesungguhnya kitab Allah adalah paling terpercaya syafaatnya, dan terlengkap, juga bertambah keutamaannya (bagi pembacanya)”. 

Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya Al-Qur’an, ia adalah satu-satunya kitab Allah yang kekal mukjizatanya hingga hari kiamat, ia bagaikan cahaya yang tidak pernah padam sinarnya. Setiap orang butuh cahaya Al-Qur’an yang dapat menyinari jalannya dalam mengarungi kehidupan. Syafaatnya bagaikan air segar, yang didambakan oleh setiap jiwa. Siapapun yang meneguk air cawan Al-Qur’an, maka ia layak mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Semoga kita semua mampu mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dan mendapatkan syafaat darinya. Amin.

Ustadz Moh. Fathurrozi, Pembina Tahfidz Al-Qur’an Pondok Pesantren Darussalam Keputih.

Biografi para Imam Mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah