Komunikasi adalah hal yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi ilmiah merupakan komunikasi yang sama yang dilakukan antara satu individu dengan individu yang lain. Hanya saja, orang-orang yang melakukan komunikasi ilmiah adalah para peneliti dan hal yang dibicarakan adalah tentang bidang ilmu mereka, penelitian yang sedang dilakukan. Show Terdapat banyak definisi untuk mengartikan apa itu komunikasi ilmiah. Menurut A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski (1984) komunikasi ilmiah adalah kombinasi proses dari presentasi, penyampaian, dan penerimaan dari informasi ilmiah dalam masyarakat ilmiah. Menurut kamus istilah perpustakaan (1998) komunikasi ilmiah adalah komunikasi yang dilakukan antara ilmuwan, yaitu pengalihan, penerusan maupun penyampaian bidang informasi dalam bidang ilmu satu kepada ilmuwan yang lain. Proses dari komunikasi ilmiah bertujuan untuk eksistensi dan perkembangan dari ilmu pengetahuan. Proses dari komunikasi ilmiah yaitu :
Semua proses dari komunikasi ilmiah tersebut adalah seperti rantai yang tak pernah putus dan akan kembali berulang. Komunikasi ilmiah merupakan bagian penting dari pekerjaan seorang peneliti (Lacy and Bush, 1983). Komunikasi ilmiah merupakan sarana bagi peneliti untuk saling mengetahui perkembangan ilmu, perkembangan penelitian yang dilakukan oleh rekannya, menjadi sarana untuk melakukan masukan terhadap penelitian yang sedang dilakukan oleh rekannya. Fungsi dari komunikasi ilmiah diantara peneliti adalah untuk mengetahui penelitian apa yang sedang mereka kerjakan, mengevaluasi, menyebarkan, dan memanfaatkan kapasitas sebagai seorang peneliti untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah. Komunikasi ilmiah juga tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan yang Menurut Kemp (1976), pengetahuan terdiri dari dua macam, yaitu pengetahuan pribadi dan pengetahuan sosial.
Gambar Hubungan pengetahuan pribadi dan sosial. Sumber : Da Kemp (1976) Hubungan antara pengetahuan pribadi dan pengetahuan sosial amat erat. Pengetahuan sosial berasal pengetahuan pribadi, seperti ide baru, fakta baru, misalnya pengetahuan baru hanya akan bisa dibentuk di dalam pikiran seseorang (Kemp, 1976). Ketika seorang peneliti menemukan ide baru, hal itu diperoleh dari semua buku, dan jurnal ilmiah yang dibacanya. Kemudian ide baru akan muncul di benaknya, setelah membaca semua teori yang ada dan digabungkan dengan pengetahuan yang unik (pengetahuan pribadi) yang ada hanya pada peneliti tersebut. Kemudian agar menjadi pengetahuan sosial, harus ditulis ke dalam bentuk teks, seperti buku, atau jurnal. Pengetahuan pribadi sangat penting demi terciptanya suatu ide baru, karena pengetahuan pribadilah yang menentukan terciptna suatu inovasi. Dalam hal ini, saat seorang peneliti mempunyai pengetahuan baru yang diperoleh dari membaca buku yang digabungkan dengan pengetahuan pribadianya, maka disinilah komunikasi ilmiah informal berperan. Ia akan mengkomunikasikan ide yang terbentuk dengan rekannya sebelum menuangkannya ke dalam suatu tulisan.
Komunikasi ilmiah FormalMenurut A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski (1984), dalam komunikasi ilmiah formal buku memegang peranan penting karena buku merupakan bentuk media pertama untuk memelihara dan mengkomunikasikan pengetahuan. Bentuk dari dokumen tercetak berubah seiring dengan berjalannya waktu untuk memenuhi permintaan masyarakat. Komunikasi ilmiah formal adalah bentuk yang paling diterima dalam melaporkan penelitian di dalam masyarakat ilmiah, walaupun ada tingkat penerimaan dalam jenis komunikasi ilmiah formal. Sejauh ini, bentuk yang paling diterima adalah jurnal ilmiah. (Allen, 1991). Komunikasi ilmiah formal dapat dibagi ke dalam berbagai macam bentuk tertulis, misalnya artikel jurnal, buku, laporan teknik (technical report), bulletin, abstrak, dan preprints, termasuk saling tukar makalah dalam pertemuan yang formal (Lacy & Bush, 1983). Komunikasi ilmiah formal memerlukan proses yang panjang sebelum suatu penelitian diterbitkan. Biasanya terdapat jeda selama sembilan bulan ketika suatu penelitian akan diterbitkan (Garvey dan Griffith, 1971). Sebelum diterbitkan dalam suatu jurnal, suatu penelitian biasanya akan mengalami satu atau dua kali penolakan. Alasan penolakan ini sering disebabkan oleh ketidaksesuaian antara tema penelitian dengan subjek dari jurnal. Namun, untuk peneliti yang gigih pada akhirnya penelitiannya akan diterbitkan juga dalam suatu jurnal. Terdapat tingkat hirearki/prestise tertentu dari suatu jurnal. Misalnya dalam bidang psikologi, jurnal dengan penolakan tingkat penolakan yang tinggi dan jeda penerbitan yang panjang, dan biasanya temanya sangat khusus adalah jurnal tingkat atas. Pada tingkat selanjutnya adalah jurnal yang prestisenya dibawah jurnal diatas dengan tingkat penolakan yang tidak banyak dan tema jurnal tidak terlalu khusus. Kualitas jurnal yang lebih dibawah lagi adalah jurnal yang temanya tidak jelas dan jarang diperiksa oleh insan bestari (refree). Biasanya peneliti sudah mengetahui kualitas dan prestise dari jurnal- jurnal yang ada, sehingga ia akan mulai dari jurnal yang memiliki kualitas yang paling bagus, dan kemudian dibawahnya (Garvey dan Griffith, 1971). Ini akan membuat suatu penelitian yang akan diterbitkan dalam suatu jurnal akan semakin lama. Ketika suatu penelitian diajukan agar dimuat ke dalam suatu jurnal, maka mendapat kepastian apakah jurnal tersebut akan dimuat adalah sembilan bulan. Jika penelitian itu diajukan kepada jurnal lain, yang mungkin memiliki prestise dibawah jurnal sebelumnya, maka akan membutuhkan waktu yang lama lagi untuk pemeriksaan, walaupun tidak sama lamanya dengan jurnal sebelumnya. Menurut Lacy & Bush (1983), komunikasi ilmiah formal mempunyai karakteristik tertentu, yaitu :
Selain karakteristik tersebut, komunikasi ilmiah informal memiliki beberapa kelebihan, seperti :
Komunikasi Ilmiah InformalKomunikasi ilmiah informal merupakan awal terbentuknya komunikasi formal. Ketika seorang peneliti telah menemukan pertanyaan penelitian dan merencanakan melakukan investigasi, ia akan melakukan komunikasi dengan rekan sekerjanya untuk merumuskan permasalahan penelitiannya agar lebih tepat untuk menghasilkan metodologi penelitian yang tepat, alat peneltian, dan analisis data. Pada tahap ini umpan balik (feedback) yang diterima oleh peneliti adalah berupa dorongan dan anjuran dari koleganya pada rencana penelitiannya. Ketika seorang peneliti telah merasa siap menyebarkan penelitiannya, ia akan mempresentasikannya pada ruang lingkup yang kecil, misalnya rekan sekerjanya (Gravey & Griffith, 1983). Bahkan, beberapa peneliti menganggap bahwa komunikasi ilmiah berperan penting dalam mentransfer informasi ilmiah dan dianggap lebih cepat dibandingkan dengan komunikasi ilmiah formal (.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski, 1984). Menurut penelitian yang dilakukan oleh M.H. Halbert dan R. Ackoff pada 2.000 ilmuwan dan insinyur yang bekerja pada 13 divisi dari 4 perusahaan Amerika Serikat, seperti yang dilakukan pada 1000 anggota dari Institute of Electrical and Electronic Engineers di Inggris, bahwa 55% informasi ilmiah yang diterima oleh ilmuwan dan insinyur diterima melalui komunikasi ilmiah informal. Penelitian lain yang dilakukan di Departemen Pertahanan bahwa sebanyak 41% transfer informasi ilmiah dilakukan melalui komunikasi ilmiah informal. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi ilmiah informal memegang peranan penting dalam transfer ilmu pengetahuan. Menurut Hartono (1986) Para peneliti memerlukan komunikasi yang efektif karena :
Selain itu, kelebihan komunikasi ilmiah informal yang tidak dimiliki oleh komunikasi ilmiah formal adalah :
Fungsi komunikasi yang penting ini harus disadari oleh peneliti sehingga makin menggiatkan peneliti untuk saling berkomunikasi, sehingga makin dekat dan makin mempercayai satu sama lain. Hubungan pribadi dalam masyarakat ilmiah seringkali merupakan landasan yang efektif bagi pertukaran informasi (Hartono, 1986). Ini menjelaskan bahwa hubungan yang dekat di antara peneliti diperlukan agar kerja sama di antara peneliti akan berjalan dengan lancar. Kontak pribadi pada kelompok kecil merupaka cara yang paling efektif dalam penyampaian pendapat dan dalam menciptakan reaksi terhadap konsep-konsep yang disampailan. Sarana yang tepat adalah pertemuan, konferensi, dan pameran (Hartono, 1986). Menurut Lacy & Bush, komunikasi ilmiah informal mempunyai ciri-ciri :
Peneliti yang tugasnya adalah memang melakukan penelitian, ia pasti akan melakukan komunikasi dengan peneliti yang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan dimana saja, misalnya di kantor, rumah makan, perpustakaan, gymnasium, dan lain sebagainya (Allen, 1991). Komunikasi ilmiah informal juga memiliki tujuan :
Dalam masyarakat ilmiah, komunikasi ilmiah memiliki suatu perwujudan, suatu bentuk. Bentuk ini terdiri dari bermacam-macam kegiatan atau aktivitas. Menurut A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski (1984) komunikasi ilmiah informal diwujudkan sebagai berikut :
Hal ini seperti yang diungkapkan Nancy Fjällbrant bahwa komunikasi ilmiah informal terdiri dari komunikasi secara lisan, kontak langsung secara pribadi dengan kolega atau pengajar, menghadiri kuliah (attending lecture), seminar dan konferensi. Wadah Komunikasi Ilmiah Informal1. Tatap muka (invisble colleges) Seperti yang telah dibahas di atas, komunikasi ilmiah informal dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Namun, komunikasi ilmiah juga dapat dilakukan melalui wadah tertentu. Wadah yang dimaksud disini adalah suatu tempat, suatu perkumpulan dimana komunikasi ilmiah informal dapat terjadi. Organisasi dimana seorang peneliti bernaung bisa dikatakan sebagai salah satu wadah tersebut. Namun ada perkumpulan tak resmi yang disebut sebagai invisible colleges. Invisible colleges terbentuk ketika ada sekumpulan orang yang tidak berasal dari organisasi manapun, atau biasanya profesor dari universitas (A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski, 1984). Anggota dari invisible colleges biasanya berkumpul dalam suatu pertemuan (terkadang rahasia). Mereka biasanya mengadakan eksperimen ilmiah, mengevaluasi hasilnya, dan saling bertukar argumentasi. Hasil dari eksperimen tersebut biasanya didokumentasikan dan diperbanyak kepada rekan yang tidak dapat hadir dan juga kepada kelompok lain. Penyebaran informasi pada saat itu dapat dengan mudah dilakukan karena bahasa latin adalah bahasa yang universal digunakan. Saat anggota dari invisible college mulai bertambah, pertukaran dari surat sebagai salah satu media pertukaran informasi ilmiah mulai tidak cukup. Pada saat itulah muncul jurnal ilmiah (Porter dalam A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski, 1984). Dengan berkembangnya teknologi, maka jurnal tercetak menjadi jurnal elektronik yang dapat diakses melalui internet. Komunikasi ilmiah informal juga dapat dilakukan tanpa tatap muka, seperti melalui media elektronik, seperti email, telepon, konferensi video, namun bentuk komunikasi semacam ini tidak menyediakan kesempatan untuk tatap muka, untuk menumbuhkan kepercayaan diantara individu. Kepercayaan individu satu sama lain dibutuhkan agar tercipta kerja sama yang baik dan untuk mencapai tujuan bersama (Hummels & Rosendaal, 2001). Misalnya, dalam melakukan penelitian kolaborasi, tentu individu A dan individu B harus saling mempercayai satu sama lain, baik dari segi akademis, percaya bahwa rekannya dalam penelitian mampu melakukan penelitian itu bersama. Melalui komunikasi elektronik, akan susah untuk melakukan pengecekan, apakah rekan dalam penelitian telah melakukan tugasnya dalam penelitian itu. Dalam arti bisa saja ia berbohong telah melakukan tugasnya, pura-pura belum menerima email, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pertemuan tatap muka amat diperlukan, bukan hanya komunikasi elektronik. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, komunikasi melalui media elektronik menjadi tak terbantahkan dan tak terelakkan (Kling & McKim, 1998). Bahkan dalam perkembangannya invisible college pada masa sekarang disebut sebagai electronic invisible college, seperti email konferensi secara elektronik, dan diskusi grup (Fjällbrant). Sehingga peneliti mau tak mau akan menggunakan media elektronik untuk berkomunikasi satu sama lain. Kepercayaan peneliti harus dibentuk satu sama lain sebelum melakukan penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan lancar. Hal ini menegaskan bahwa pertemuan tatap muka di antara peneliti akan sangat baik jika memungkinkan untuk menumbuhkan kepercayaan, dan komunikasi melalui media elektronik akan menambah kepercayaan di antara peneliti. Akan ada hubungan ‘batin’ ketika peneliti saling bertukar informasi secara langsung (inner subtext), ada lingkup aura secara emosional ketika melakukan komunikasi (emotional colouring). 2. Email & Mailing List Penggunaan teknologi dalam mendukung komunikasi ilmiah adalah perubahan yang signifikan dalam mempraktekan sains pada masa sekarang. (Kling & Mckim, 1998). Selama dua dekade pada abad 20 ini komunikasi melalui media elektronik telah meningkat dan digunakan oleh banyak mahasiswa tak terkecuali peneliti (Brown, 2001). Komunikasi elektronik telah dianggap sebagai salah satu bentuk komunikasiyang menghemat biaya. Biaya perjalanan semakin tinggi untuk bertemu secara langsung, oleh karena itu komunikasi elektronik dianggap sebagai cara untuk memfasilitasi mereka dalam invisible colleges yang ada dan untuk menyebarkan informasi di bidang masing- masing (Brown, 2001). Salah satu bentuk komunikasi elektronik yang dikenal adalah email. Email adalah bentuk komunikasi elektronik yang murah dan merupakan cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan banyak orang dengan waktu yang bersamaan, walaupun terdapat perbedaan waktu yang jauh (Moore, 2008). Penggunaan email sebagai salah satu kemajuan teknologi juga dilihat sebagai pengganti yang potensial untuk komunikasi model lama seperti telepon, nota dan surat, namun selanjutnya email dianggap sebagai media yang berdampingan dengan media-media tersebut (Burton, 1994). Ini menunjukkan bahwa walaupun komunikasi model baru telah ditemukan, namun penggunaan komunikasi model lama harus tetap digunakan. Yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua tempat dapat menjangkau teknologi yang telah berkembang, misalnya di daerah yang tidak terjangkau internet. Komunikasi model lama ini harus tetap dipertahankan agar tidak menghalangi terjadinya komunikasi jika sarana moderen tidak tersedia. Peneliti menggunakan email dan discussion groups untuk melakukan komunikasi secara informal dan di dalam email terdapat fasilitas mailing list. Jadi jika peneliti menggunakan mailing list, maka ia dapat menyebarkan informasi langsung tanpa harus mengirimkan satu persatu kepada koleganya. Untuk dapat menggunakan fasilitas mailing list harus mengajukan permintaan kepada ‘moderator’, yaitu pihak yang mengurus mailist tersebut, bahwa kita akan mendaftarkan diri sebagai anggota mailing tersebut. Ketika permintaan kita sudah disetujui maka kita akan dapat mengakses semua informasi yang dikirimkan dari semua anggota mailing tersebut. 3. Bulletin Boards Menurut Allen (1991), pertukaran informasi secara elektronik juga dapat dilakukan melalui bulletin boards. Dinamika dari informasi yang terkandung dalam bulletin boards ini, bisa diakses oleh siapa saja yang tertarik. Informasi dalam buletin board ini juga diseleksi oleh kordinator dari bulletin boards, sehingga informasi yang ditampilkan terpercaya. Tetapi, saat banyak dari peneliti mengirim dan menerima informasi secara interaktif (langsung), maka konferensi komputer dapat dilakukan (Smith dalam Allen, 1991). Walaupun email sebagai salah salah satu dari media komunikasi tidak menggantikan komunikasi lama, namun dalam perkembangannya media baru dapat menggantikan media model lama. Saat teknologi komunikasi yang baru dapat menggantikan teknologi komunikasi yang lama, hal ini akan menguntungkan pengguna teknologi komunikasi tersebut (Allen, 1991). Jadi, media komunikasi teknologi baru yang baru pada awalnya dianggap sebagai pelengkap komunikasi model lama, lama kelamaan akan dapat tergantikan lalu hilang sama sekali. Contohnya adalah telegram. Sekarang penggunaan telegram sudah mulai jarang. Keberadaannya mulai digantikan oleh SMS (Short Message Service) yang jauh lebih efektif dan murah. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi IlmiahDalam melakukan komunikasi, terdapat hal-hal yang mendukung maupun menghambat. Hal-hal yang mendukung akan menyebabkan komunikasi berjalan lancar. Sedangkan faktor penghambat akan mengakibatkan terhambatnya jalannya komunikasi sehingga menjadi tidak lancar dan terganggu. Ketika berkomunikasi harus terdapat kesamaan, yang diibaratkan seperti dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain (Cangara, 2006). Tiga prinsip dasar komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi ilmiah, yaitu :
Peneliti adalah sebuah profesi yang bergerak dalam berbagai bidang ilmu. Ketika komunikasi ilmiah dilakukan bidang ilmu yang sama akan membuat kemungkinan mereka berkomunikasi semakin besar. Apalagi dalam satu sub bidang yang sama. Sub bidang akan mempersempit topik penelitian yang akan mereka lakukan. Maka daerah tumpang tindih akan semakin besar dan diantara peneliti komunikasi ilmiah akan semakin sering dilakukan. Tiga prinsip dasar tersebut menjadi pendukung dalam kegiatan komunikasi. Selain itu, menurut Tubbs & Moss (1996), ada beberapa sebab, mengapa satu individu yang lain tertarik dengan individu lainnya, yang disebut landasan daya tarik manusia, yaitu :
Faktor yang paling mempengaruhi adalah kedekatan geografis.
Selain faktor pendukung, juga adanya faktor penghambat, yaitu :
Referensi :
|