Makalah para Raja yang Berkorban Untuk Bangsa

Quizzzzzzzzzzzzzzzzorganisasi budi utomo didirikan para mahasiswa stovia di jakarta pada tanggal ???​

kenapa ternyata pada dinasti abasiyyah banyak direkrut dari khusaran​

setujukah kalian bahwa ulama hadist memiliki peranan besar dalam kemajuan daulah abbasiyah?? berikan alasannya!​

Jelaskan hubungan produktivitas ulama tafsir terhadap upaya menghasilkan karya ilmiah Daulah Abbasiyah!?!​

Berikan contoh yang kamu ketahui salah satu karya ulama tafsir yang sangat besar manfaatnya untuk kehidupan masyarakat​

Setujukah kalian bahwa ulama tafsir memiliki peranan besar dalam kemajuan Daulah Abbasiyah?? Berikan alasannya!​

Apa pengaruh ulama Fiqih dalam hal kerukunan umat beragama??​

Jelaskan Qaul Qadim dan Qaul Jadid menurut Imam Syafi'i sesuai pemahaman masing-masing​

Simpulkan peranan ulama hadist dalam pengembangan ilmu agama Daulah Abbasiyah​

Bagaimana pengaruh keberadaan Al-Khawarizmi terhadap perkembangan ilmu astronomi​

Raja Raja Yang Berkorban Untuk Bangsa dan Negara - Ketika Indonesia sudah merdeka, terdapat beberapa kerajaan yang masih berdaulat. Hal terhebat yang dilakukan oleh penguasa kerajaan tersebut yakni melaksanakan peleburan kerajaannya biar tergabung dengan negara Republik Indonesia. Hal ini tidak lepas dari peranan raja raja yang berkorban untuk bangsa dan negaranya. Para raja dan rakyatnya mempunyai rasa kebangsaan yang tinggi terhadap Indonesia sehingga sanggup menwujudkan hal besar ibarat itu. Walaupun begitu tidak sedikit raja raja yang mau berkorban untuk bangsanya dan ikut bergabung di negara kesatuan Republik Indonesia ini. Contoh lengkap nya pada tahun 1950an terdapat raja Pontianak yaitu Sultan Hamid II yang menentukan untuk melaksanakan pemberontakan dan ikut berperan dalam rencana pembunuhan tokoh tokoh pejuang Indonesia dan pejabat pejabat dari Jakarta. Meskipun ketika itu raja Pontianak mengalami kegagalan. Kali ini saya membagikan tokoh raja raja yang berkorban untuk bangsa dan negaranya. Langsung saja sanggup anda simak di bawah ini.

Raja raja yang berkorban untuk bangsa dan negaranya ibarat Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan Syarif Kasim II. Kedua toko raja ini membuktikan perilaku nasionalismenya dan rela berkorban bagi bangsanya. Bahkan mereka juga rela melawan Belanda untuk memperjuangkan negara Indonesia. Berikut klarifikasi masing masing tokoh raja tersebut:

Baca juga : Peran Indonesia Dalam Lembaga Internasional Beserta Penjelasannya

Tokoh raja yang berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia yang pertama yakni Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau dinobatkan sebagai raja Yogyakarta pada tahun 1940. Pada ketika itu juga ia menunjukkan perilaku nasionalismenya dengan tegas. Sikap yang dilakukan oleh Sultan Hamengkubuwono IX semakin diperkuat dengan pernyataan Kerajaan Yogyakarta sebagai bab dari Republik Indonesia manakala tidak hingga 3 ahad setelah pembacaan proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. 

Makalah para Raja yang Berkorban Untuk Bangsa
Sultan Hamengkubuwono IX
Sultan Hamengkubuwono IX yakni salah satu tokoh raja yang berkorban untuk bangsanya. Pada ketika itu Sultan mengirimkan sebuah telegram pada tanggal 19 Agustus sebagai wujud ucapan selamat bagi Soekarno Hatta dalam membentuk Republik Indonesa serta terpilihnya Soekarno Hatta sebagai Presiden dan Wapres RI. Kemudian pada tanggal 20 Agustus, telegram kembali diberikan kepada Sokarno dan Hatta bahwa Sultan Hamengkubuwono IX dengan tegas menyatakan berada dibelakang kedua tokoh pemimpin negara tersebut. Sultan Hamengkubuwono IX mempersembahkan amanat penting pada tanggal 5 September 1945 bahwa:
  • Ngayogyakarta Hadiningrat selaku kerajaan sudah menjadi tempat istimewa yang tergabung dengan Republik Indonesia.
  • Seluruh hal yang berkaitan dengan urusan pemerintah dan kekuasaan Ngayogyakarta Hadiningrat berada di kekuasaan Hamengkubuwono IX.
  • Sultan Hamengkubuwono IX mempunyai tanggung jawab dengan Presiden RI dan Ngayogyakarta Hadiningrat bekerjasama eksklusif dengan pemerintahan Republik Indonesia.

Dari awal pelaksanaan kemerdekaan, Sultan Hamengkubuwono IX sudah mempersembahkan kemudahan dalam menjalankan pemerintahan bagi anggota pemerintahan RI yang baru. Contoh lengkap nya ibukota RI dan markas dari TKR yang pernah berada di tempat Yogyakarta atas saran dari Sultan Hamengkubuwono IX. Ia juga mempersembahkan menolongan proteksi dan logistik bagi Tentara Nasional Indonesia dalam peperangan untuk mendapat kemerdekaan. ikolah sedikit bukti bahwa Sultan Hamengkubuwono IX yakni referensi raja yang berkorban untuk bangsa dan negara yang di cintainya ini.

Sultan Hamengkubuwono IX bahkan pernah menolak proposal dari Belanda bahwa ia akan dijadikan sebagai raja seluruh Jawa pada ketika berlangsungnya aksi militer Belanda yang ke 2. Belanda tidak rela ada raja yang berkorban untuk bangsa Indonesia. Belanda mempunyai maksud untuk memisahkan Sultan dengan pemerintahan RI. Belanda melaksanakan tindakan membujuk Sultan bahkan ia juga diancam biar sanggup bergabung dengan Belanda. Namun dengan beraninya Sultan Hamengkubuwono IX melawan bahaya dari Belanda.

Baca juga : Peran Indonesia Dalam Gerakan Non Blok Beserta Perwujudannya

Tokoh raja yang berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia selanjutnya yakni Sultan Syarif Kasim II. Pada tahun 1915, Sultan Syarif Kasim II dinobatkan sebagai raja Siak Indrapura ketika usianya masih 21 tahun. Raja Sultan Syarif Kasim II mempunyai perilaku bahwa kerajaan Siak mempunyai kedudukan yang sama dengan Belanda. Kebijakan dari Sultan Syarif Kasim II terkadang banyak berperihalan dengan impian dari Belanda. Saat kerajaan Siak mendengar isu Republik Indonesia sudah merdeka, ia eksklusif mengirim surat untuk Soekarno Hatta. Dalam surat tersebut Sultan Syarif Kasim II menyerahkan 13 juta gulden biar sanggup memmenolong usaha Republik Indonesia sekaligus mempersembahkan pinjaman serta kesetiaan kepada pemerintah RI.

Makalah para Raja yang Berkorban Untuk Bangsa
Sultan Syarif Kasim II

Semua hal itu yakni wujud dari Sultan Syarif Kasim II sebagai tokoh raja yang berkorban untuk bangsa dan negaranya. Selanjutnya ia juga membentuk Barisan Pemuda Republik, Komite Nasional Indonesia, dan Tentara Keamanan Rakyat atau TKR yang berada di Siak. Sultan Syarif Kasim II bahkan segera mengibarkan bendera Merah Putih dikerajaannya dan melaksanakan rapat umum di istana negara untuk mengajak para raja lain di Sumatera Timur untuk bergabung dengan RI.

Sultan Syarif Kasim II melaksanakan acara suplai materi masakan bagi para laskar ketika revolusi kemerdekaan mengalami perpecahan. Ia bahkan juga menyerahkan 30% harta kekayaannya untuk Presiden Soekarno demi kepentingan usaha di Yogyakarta ibarat emas. Sultan Syarif Kasim II juga mendapat bujukan dari Gubernur Jenderal de facto Hindia Belanda yaitu Van Mook untuk dijadikan sebagai "Sultan Boneka" bagi pemerintahan Belanda. Namun bujukan dari Belanda tersebut ditolak oleh raja kerajaan Siak ini. Ia tetap berpegang teguh untuk bergabung dengan pemerintahan RI. Atas jasa jasa yang diberikan oleh Sultan Syarif Kasim II. Beliau mendapat gelar dari pemerintahan RI sebagai Pahlawan Nasional. Maka dari itu, Sultan Syarif Kasim II yakni salah satu raja yang berkorban untuk bangsa dan negara ini.

ikolah beberapa raja raja yang berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia. Semoga artikel ini sanggup bermanfaat. Terima kasih.

Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan Syarif Kasim IISaat Indonesia merdeka, di Indonesia, masih ada kerajaan-kerajaan yang berdaulat. Hebatnya, para penguasa kerajaan-kerajaan tersebut lebih memilih untuk meleburkan kerajaan mereka ke dalam negara Republik Indonesia. Hal ini bisa terjadi tak lain karena dalam diri para raja dan rakyat di daerah mereka telah tertanam dengan begitu kuat rasa kebangsaan Indonesia.Meski demikian tak semua raja mau bergabung dengan negara kesatuan RI. Sultan Hamid II dari Pontianak misalnya, bahkan pada tahun 1950-an lebih memilih berontak hingga turut serta dalam rencana pembunuhan terhadap beberapa tokoh dan pejabat di Jakarta, meski akhirnya mengalami kegagalan.Dalam bagian ini, kita akan mengambil contoh dua orang raja yang memilih untuk melawan Belanda dan bergabung dengan negara kesatuan Republik Indonesia, yaitu Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta dan Sultan Syarif Kasim II dari kerajaan Siak.Sultan Hamengkubuwono IX (1912-1988). Pada tahun 1940, ketika Sultan Hamengkubuwono IX dinobatkan menjadi raja Yogjakarta, ia dengan tegas menunjukkan sikap nasionalismenya. Dalam pidatonya saat itu, ia mengatakan:“Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa.”(Kemensos, 2012)Sikapnya ini kemudian diperkuat manakala tidak sampai 3 minggu setelah proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Kerajaan Yogjakarta adalah bagian dari negara Republik Indonesia. Dimulai pada tanggal 19 Agustus, Sultan mengirim telegram ucapan selamat kepada Soekarno-Hatta atas terbentuknya Republik Indonesia dan terpilihnya Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Tanggal 20 Agustus besoknya, melalui telegram kembali, Sultan dengan tegas menyatakan berdiri di belakang Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Dan akhirnya pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX memberikan amanat bahwa:1. Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari Republik Indonesia.2. Segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan urusan pemerintahan berada di tangan Hamengkubuwono IX.3. Hubungan antara Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah RI bersifat langsung dan Sultan Hamengkubuwono IX bertanggung jawab kepada Presiden RI.Melalui telegram dan amanat ini, sangat terlihat sikap nasionalisme Sultan Hamengkubuwono IX. Bahkan melalui perbuatannya.Sejak awal kemerdekaan, Sultan memberikan banyak fasilitas bagi pemerintah RI yang baru terbentuk untuk menjalankan roda pemerintahan. Markas TKR dan ibukota RI misalnya, pernah berada di Yogjakarta atas saran Sultan. Bantuan logistik dan perlindungan bagi kesatuan-kesatuan TNI tatkala perang kemerdekaan berlangsung, juga ia berikan.Sultan Hamengkubuwono IX juga pernah menolak tawaran Belanda yang akan menjadikannya raja seluruh Jawa setelah agresi militer Belanda II berlangsung. Belanda rupanya ingin memisahkan Sultan yang memiliki pengaruh besar itu dengan Republik. Bukan saja bujukan, Belanda bahkan juga sampai mengancam Sultan. Namun Sultan Hamengkubuwono IX malah menghadapi ancaman tersebut dengan berani.Meskipun berstatus Sultan, Hamengkubuwono IX dikenal pula sebagai pribadi yang demokratis dan merakyat. Banyak kisah menarik yang terjadi dalam interaksi antara Sultan dan masyarakat Yogyakarta. Cerita yang dikisahkan oleh SK Trimurti dan diolah dari buku “Takhta Untuk Rakyat” berikut ini, menggambarkan hal tersebut. Trimurti adalah istri Sayuti Melik, pengetik naskah teks proklamasi :Pingsan Gara-Gara SultanKejadiannya berlangsung pada tahun 1946, ketika pemerintah Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta. Saat itu, SK Trimurti hendak pulang menuju ke rumahnya. Penasaran dengan kerumunan orang di jalan, iapun singgah. Ternyata ada perempuan pedagang yang jatuh pingsan di depan pasar. Uniknya, yang membuat warga berkerumun bukanlah karena perempuan yang jatuh pingsan tadi, melainkan penyebab mengapa perempuan tersebut jatuh pingsan.Cerita berawal ketika perempuan pedagang beras ini memberhentikan sebuah jip untuk ikut menumpang ke pasar Kranggan. Sesampainya di Pasar Kranggan, ia lalu meminta sopir jip untuk menurunkan semua dagangannya. Setelah selesai dan bersiap untuk membayar jasa, sang sopir dengan halus menolak pemberian itu. Dengan nada emosi, perempuan pedagang ini mengatakan kepada sopir jip, apakah uang yang diberikannya kurang. Tetapi tanpa berkata apapun sopir tersebut malah segera berlalu.Seusai kejadian, seorang polisi datang menghampiri dan bertanya kepada si perempuan pedagang : "Apakah mbakyu tahu, siapa sopir tadi?" “Sopir ya sopir. Aku ndak perlu tahu namanya. Dasar sopir aneh," jawab perempuan pedagang beras dengan nada emosi."Kalau mbakyu belum tahu, akan saya kasih tahu. Sopir tadi adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, raja di Ngayogyakarta ini." jawab polisi. Seketika, perempuan pedagang beras tersebut jatuh pingsan setelah mengetahui kalau sopir yang dimarahinya karena menolak menerima uang imbalan dan membantunya menaikkan dan menurunkan beras dagangan, adalah rajanya sendiri! (Tahta Untuk Rakyat, Atmakusumah (ed), 1982).Kisah tersebut menggambarkan betapa Sultan Hamengkubuwono IX bukan saja berpikir dan bertindak bagi utuhnya kesatuan bangsa. Dalam hal kecil, ia bahkan melakukan perbuatan teladan berupa keharusan menyatunya seorang pemimpin dengan rakyatnya.Sultan Syarif Kasim II (1893-1968). Sultan Syarif Kasim II dinobatkan menjadi raja Siak Indrapura pada tahun 1915 ketika berusia 21 tahun. Ia memiliki sikap bahwa kerajaan Siak berkedudukan sejajar dengan Belanda. Berbagai kebijakan yang ia lakukan pun kerap bertentangan dengan keinginan Belanda.Ketika berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai ke Siak, Sultan Syarif Kasim II segera mengirim surat kepada Soekarno-Hatta, menyatakan kesetiaan dan dukungan terhadap pemerintah RI serta menyerahkan harta senilai 13 juta gulden untuk membantu perjuangan RI. Ini adalah nilai uang yang sangat besar.Tahun 2014 kini saja angka tersebut setara dengan Rp. 1,47 trilyun. Kesultanan Siak pada masa itu memang dikenal sebagai kesultanan yang kaya.Tindak lanjut berikutnya, Sultan Syarif Kasim II membentuk Komite Nasional Indonesia di Siak, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Barisan Pemuda Republik.Ia juga segera mengadakan rapat umum di istana serta mengibarkan bendera Merah-Putih, dan mengajak raja-raja di Sumatera Timur lainnya agar turut memihak republik.Saat revolusi kemerdekaan pecah, Sultan aktif mensuplai bahan makanan untuk para laskar. Ia juga kembali menyerahkan kembali 30 % harta kekayaannya berupa emas kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta bagi kepentingan perjuangan. Ketika Van Mook, Gubernur Jenderal de facto Hindia Belanda,  mengangkatnya sebagai “Sultan Boneka”Belanda, Sultan Syarif Kasim II tentu saja menolak. Ia tetap memilih bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia.Atas jasanya tersebut, Sultan Syarif Kasim II dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.Buku k13 sejarah indonesia xii