Berikut ini yang bukan merupakan pendapat Robbins tentang lima tahap terjadinya konflik adalah

Pengertian dan Tahapan atau Proses Terjadinya Konflik Menurut Para Ahli Lengkap Konflik adalah suatu proses sosial antara dua atau lebih atau bisa juga kelompok yang dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Biasanya konflik terjadi karena dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Konflik bertentangan dengan integrasi, konflik dan integrasi berjalan sebagai siklus dimasyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi dan sebaliknya integrasiyang tidak sempurna akan menciptakan sebuah konflik. Jadi mengapa kita harus menghindari konflik? karena konflik akan menimbulkan perpecahan diantara kita.

Lalu bagaimana tahapan atau proses terjadinya konflik? Nah kali ini kita akan membahas tentang tahapan atau proses terjadinya konflik menurut robbin, proses terjadinya konflik menurut pondi, dan proses terjadinya konflik menurut Smith.

Menurut Robbin, ada 5 tahapan konflik atau 5 proses terjadinya konflik, yaitu: oposisi (ketidakcocokan potensial), kognisi dan personalisasi, maksud, perilaku dan hasil.

Oposisi

Oposisi atau Ketidakcocokan Potensial adalah kondisi yang menciptakan kesempatan untuk memunculkan sebuah konflik. Kondisi tersebut tidak perlu mengarah ke konflik, namun salah satu kondisi tersebut perlu apabila konflik harus muncul. Kondise tersebut dikelompokan dalam 3 kategori yaitu komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang tidak baik atau buruk adalah alasan utama terjadinya konfli, Selkain itu masalah yang terjadi dalam komunikasi berperan dalam mencegah kolaborasi dan merangasang kesalahpahaman.

Struktur juga dapat merangsang terjadinya konflik. Struktur-struktur tersebut meliputi ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan pada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggota, tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan derajat ketergantungan antara kelompok. Variabel pribadi juga dapat menjadi titik, awal konflik. Pernahkah kalian mengalami situasi saat beryemu dengan orang langsung tidak menyukainya?Apa dari kumisnya, suatanya, pakaiannya atau yang lainnya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual dapat menjadi titik awal konflik.

Kognisi dan Personalisasi

Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sering dihadapi. Kesadaran oleh salah satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Jika hal ini terjadi dan berlanjut pada tingkat terasakan yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan permusuhan.

Kognisi dan personalisasi adalah tahap di mana isu-isu konflik biasanya didefinisikan dan akan menentukan jalan untuk penyelesaian konflik. Misalnya, perasaan yang negatif dapat mengakibatkan peremehan persoalan, menurunnya tingkat kepercayaan dan interprestasi negatif atas perilaku pihak lain. Sebaliknya, perasaan positif dapat meningkatkan kemampuan untuk melihat potensi hubungan di antara elemen-elemen suatu masalah, memandang secara lebih luas suatu situasi dan mengembangkan berbagai solusi yang lebih inovatif. Konflik disyaratkan adanya persepsi dengan kata lain bahwa tidak berarti konflik bersifat personalisasi. Selanjutnya, konflik pada tingkatan perasaan yaitu saat orang mulai terlibat secara emosional.

Maksud

Maksud adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, meskipun tidak selalu konsisten. Maksud dalam penanganan suatu konflik ada lima yaitu:

  • Bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yakni suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan seseorang atau diri sendiri, tidak peduli dampaknyapada pihak lain dalam suatu episode konflik.
  • Berkolaborasi, apabila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing memiliki hasrat untuk memenuhi sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan pencarian hasil yang bermanfaat bagi semua pihak.
  • Menghindar, apabila salah satu dari pihak yang berkonflik memiliki hasrat untuk menarik diri, mengabaikan dari atau menekan sebuah konflik.
  • Mengakomodasi, apabila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan, atau kesediaan dari salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya di atas kepentingannya.
  • Berkompromi, yakni sebuah situasi di mana masing-masing pihak dalam suatu konflik bersedia untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masing-masing.

Perilaku

Perilaku mencakup pernyataan tindakan dan reaksi yang dibuat untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan pada pihak lain dan ketidaksepakatan atau salah paham kecil.

Hasil

Hasil adalah hubungan aksi reaksi antar pihak yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil dapat bersifat fungsional yang artinya konflik menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok ataupun disfungsional yang artinya merintangi kinerja kelompok oleh pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi upaya terang-terangan untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum, serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain dan ketidaksepakatan atau salah paham kecil.

Menurut Pondi, proses terjadinya konflik sebagai berikut.

Konflik Laten (Latent Conflict)

Konflik Laten adalah tahapan dari munculnya faktor penyebab konflik dalam organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini yaitu persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi dalam organisasi.

Konflik Yang Dipersepsikan (Perceived Conflict)

Pada tahapan ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau penghalang pencapaian tujuannya.

Konflik Yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict)

Pada tahapan ini perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain sebagainya.

Resolusi Konflik (Conflict Resolution)

Pada tahapan ini konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan.

Konflik Aftermath

Jika konflik sudah benar-benar diselesaikan maka hal tersebut akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya saja jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka akan dapat menimbulkan konflik baru.

Menurut Smith, proses terjadinya konflik sebagai berikut :

Tahap Antisipasi

Tahap antisipasi adalah tahap dimana merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan.

Tahap Menyadari

Tahap menyadari adalah tahap dimana perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk suasana yang tidak mengenakkan.

Tahap Pembicaraan

Tahap pembicaraan adalah tahap dimana pendapat-pendapat berbeda mulai bermunculan.

Tahap Perdebatan Terbuka

Tahap perdebatan terbuka  adalah tahap dimana perbedaan pendapat mulai ditunjukkan dengan nyata dan terbuka.

Tahap Konflik Terbuka

Tahap konflik terbuka adalah tahap dimana masing-masing pihak berusaha memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Pengertian dan Tahapan atau Proses Terjadinya Konflik Menurut Para Ahli Lengkap Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada postingan selanjutnya.

Berikut ini yang bukan merupakan pendapat Robbins tentang lima tahap terjadinya konflik adalah
Berikut ini yang bukan merupakan pendapat Robbins tentang lima tahap terjadinya konflik adalah

Proses konflik menurut Robbins (1996), terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) oposisi atau ketidakcocokan potensial; (2) kognisi dan personalisasi; (3) maksud; (4) perilaku; dan (5) hasil. 

Oposisi atau ketidakcocokan potensial adalah adanya kondisi yang menciptakan kesempatan untuk munculnya koinflik. Kondisi ini tidak perlu langsung mengarah ke konflik, tetapi salah satu kondisi itu perlu jika konflik itu harus muncul. Kondisi tersebut dikelompokkan dalam kategori: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. 

Komunikasi yang buruk

Komunikasi yang buruk merupakan alasan utama dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses komunikasi berperan dalam menghalangi kolaborasi dan merangsang kesalahpahaman.  

Struktur juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggotatujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok-kelompok.  

Variable pribadi

Variabel pribadi juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu dengan orang langsung tidak menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya, pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. 

Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik.

Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. 

Maksud adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten. 

Berikut ini yang bukan merupakan pendapat Robbins tentang lima tahap terjadinya konflik adalah
Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu dengan orang langsung tidak menyukainya? (ilustrasi foto/InaKoran)

Maksud dalam penanganan suatu konflik ada lima, yaitu:

  1. bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yaitu suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan seseorang atau diri sendiri, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain dalam suatu episode konflik;
  2. berkolaborasi, bila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing berhasrat untuk memenuhi sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan pencaharian hasil yang bermanfaat bagi semua pihak;
  3. mengindar, bilamana salah satu dari pihak-pihak yang berkonflik mempunyai hasrat untuk menarik diri, mengabaikan dari atau menekan suatu konflik;
  4. mengakomodasi, bila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan, atau kesediaan dari salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya diatas kepentingannya; dan
  5. berkomromi, adalah suatu situasi di mana masing-masing pihak dalam suatu konflik bersedia untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masing-masing.  

Perilaku pihak-pihak yang berkonflik

Perilaku mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi: upaya terang-terangan untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun, serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salahpaham kecil.  

Baca juga Rangkuman Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas

Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi kinerja kelompok.