Berapa lama narkoba bisa bertahan dalam urine

Sebuah artikel di situs Science Alert menerangkan, tidak semua zat meninggalkan jejak kimianya di tubuh untuk waktu yang sama. Itu mengapa uji narkoba sebagai syarat penerimaan siswa baru, misalnya, tidaklah efektif. Uji narkoba sangat mungkin menunjukkan hasil positif khususnya ganja, yang secara tidak sengaja turut terserap tubuh – biasanya saat berada satu ruangan dengan orang yang merokok ganja.

Saat masuk ke dalam jaringan, metabolit atau produk sampingan dari zat tersebut diproduksi melalui proses metabolisme tubuh. Jejak-jejak metabolit inilah, karena bisa bertahan dalam darah, urine, bahkan rambut setelah efek narkoba dirasakan, yang dideteksi dalam pengujian narkoba.

Jejak metabolit narkoba di rambut bertahan lebih lama ketimbang yang ditinggalkan di air seni atau darah. Berikut adalah daftar lamanya kandungan delapan narkoba populer bertahan di urine, darah, maupun rambut (sumber: Drugs.ie).

Diagram berikut menunjukkan, kandungan narkoba seperti LSD, putau, dan alkohol bertahan di dalam darah hanya 12 jam atau kurang.

Berapa lama narkoba bisa bertahan dalam urine
Jam (Hours)

Jejak metabolit narkoba di urine atau air seni lebih lama ketimbang dalam darah. Jika di darah jejak metabolit narkoba terlacak hanya dalam hitungan jam, maka di urine, jejaknya bisa bertahan berhari-hari.

Berapa lama narkoba bisa bertahan dalam urine
Hari (Days)

Uji narkoba menggunakan sampel rambut merupakan yang paling akurat karena jejak kandungan heroin atau alkohol misalnya, yang hanya relatif bertahan sebentar di urine atau darah, bisa bertahan hingga lebih dari 90 hari. Dari kedelapan narkoba yang diukur dalam kedua diagram di atas, hanya LSD yang jejaknya bertahan tiga hari. Sementara, jejak metabolit tujuh narkoba lainnya bertahan di rambut hingga lebih dari 90 hari.

Sebagai tambahan informasi, pertumbuhan rambut per bulan adalah sekitar 1 cm. Dengan demikian, deteksi konsumsi narkoba selama beberapa bulan terakhir tergantung pada panjang rambut yang dijadikan sampel.

Tes Urine Melanggar Berbagai Hak Asasi Manusia

Di beberapa negara, uji paksa narkoba (mandatory drug testing), terutama terhadap anak sekolah, sudah banyak ditentang. Human Rights Watch berpendapat, kegiatan ini secara serius mengancam keamanan dan hak atas pendidikan para siswa. Pendapat tersebut diungkapkan menanggapi rencana pemerintah Filipina melakukan uji narkoba terhadap seluruh siswa dan pendaftar perguruan tinggi pada Agustus 2017.  

Baca juga:  Resmikan Minuman Beralkohol Lokal, Lawan Miras Oplosan!

Uji paksa narkoba mengancam hak-hak asasi manusia. Mengambil cairan tubuh, baik urine maupun darah tanpa persetujuan anak, melanggar integritas atas tubuh dan merupakan tindakan sewenang-wenang atas privasi serta merendahkan martabat mereka. Tindakan ini berpotensi menghalangi dan merampas hak siswa untuk bersekolah karena alasan-alasan yang mungkin tidak berhubungan dengan konsumsi narkoba.

Mengeluarkan siswa dari sekolah karena hasil uji narkobanya positif merupakan tindakan semena-mena atas hak pendidikan anak-anak.

American Civil Liberties Union (ACLU), kelompok yang memperjuangkan kebebasan konstitusional di AS, secara khusus menjabarkan di situs resminya, alasan-alasan kenapa tes narkoba terhadap siswa gagal. Mereka berpendapat, kebijakan uji narkoba terhadap siswa selain bersifat mengancam juga kontraproduktif.

Sejumlah argumen ACLU menentang uji paksa narkoba terhadap siswa di antaranya, karena pelanggaran privasi dan mempermalukan mereka di hadapan pejabat sekolah atas penyerahan sampel urinenya. Tes urine juga bukan cara yang efektif memerangi konsumsi narkoba di sekolah, karena banyak zat psikoaktif yang hanya terdeteksi saat konsumennya berada dalam pengaruh saat tes dilakukan. Terlebih, kebijakan ini dapat mendorong para siswa mengonsumsi zat-zat psikoaktif lain yang tidak terdeteksi alat uji dan bisa jadi lebih berbahaya. 

Selain sejumlah argumen tadi, biaya yang tinggi juga jadi alasan kenapa uji narkoba untuk para pelajar banyak ditentang.

Awal 2015, anggaran belanja sekolah-sekolah negeri di Carroll County, Georgia (sekitar 40 km sebelah barat Ibu Kota Atlanta) tercatat sebesar 20 ribu dolar. Tapi alih-alih merenovasi ruang kelas, meningkatkan kapasitas tenaga pengajar, atau membeli komputer maupun buku-buku yang dibutuhkan untuk pendidikan, mereka malah membelanjakan anggaran tersebut untuk uji narkoba. Tiap bulan, 80 siswa dites narkoba dengan anggaran 24 dolar per siswa.

Baca juga:  Pelarangan: Melepas Pasar Narkoba ke Penjahat

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), 18 persen sekolah menengah negeri di sana menerapkan kebijakan uji narkoba wajib seperti yang dilakukan Carroll County. Umumnya, uji narkoba hanya dilakukan terhadap atlet, peserta ekstrakurikuler, dan siswa yang berkendara ke sekolah. Tapi kenyataannya berbeda.

Survei nasional terhadap 1.300 sekolah negeri di AS menemukan, 28 persen dari seluruh distrik yang menerapkan kebijakan tadi malah melakukan uji narkobanya terhadap seluruh siswa.

Program Tes Urine Buang-Buang Uang Negara

Program uji narkoba bagi siswa dengan kriteria tertentu oleh sekolah-sekolah negeri pada 2002 memang pernah diuji dan menjadi keputusan Mahkamah Agung AS. Tapi, sejumlah studi bertahun-tahun pascaputusan tersebut menunjukkan rendahnya efektivitas program ini.

Laporan sebuah kajian pada 2013 yang mempelajari data konsumsi narkoba pelajar selama 14 tahun menemukan bahwa uji narkoba di sekolah menunjukkan rendahnya konsumsi ganja, tapi konsumsi obat-obatan lain yang lebih berbahaya justru meningkat.

Studi perbandingan tingkat konsumsi narkoba di sekolah-sekolah yang tidak dan yang menerapkan program uji narkoba menemukan, efek jera jangka pendek terjadi pada siswa yang diuji tapi tidak memiliki efek apapun pada siswa yang tidak diuji. Studi yang dilaporkan pada 2013 ini juga menemukan tidak adanya efek jangka panjang terhadap konsumsi narkoba maupun keinginan untuk mengonsumsinya di masa yang akan datang.

Bahkan sebuah studi yang dilaporkan pada 2014 menyimpulkan, uji narkoba tidak ada kaitannya dengan perubahan (naik-turunnya) konsumsi narkoba.

Uji paksa narkoba tidak efektif menekan konsumsi maupun peredaran narkoba di masyarakat. Karenanya, program ini dianggap tidak efisien kalau tidak ingin disebut menghambur-hamburkan anggaran. Bahkan uji narkoba di sekolah ditengarai sebagai pungutan liar, karena biayanya tidak terdapat dalam anggaran rutin pendidikan nasional maupun daerah.

Dalam sebuah wawancara, Kepala BNN Kota Tangerang, Akhmad F. Hidayanto pernah menampik tudingan tersebut saat lembaga yang dipimpinnya mengusulkan uji narkoba sebagai syarat masuk sekolah pada 2018. Akhmad menepis tuduhan kalau uji narkoba yang biayanya dibebankan kepada orang tua murid itu disebut sebagai pungutan liar.

Alat tes narkoba yang menggunakan sampel urine untuk mendeteksi kandungan enam jenis zat dibanderol antara 60 hingga 120 ribu rupiah di sejumlah toko online. Enam parameter tes itu mendeteksi kandungan morfin (heroin alias putau dan turunan opioid lainnya), ganja, amfetamina, metamfetamina (sabu-sabu, ekstasi), kokaina, dan benzodiazepin (anticemas, antikejang seperti diazepam, alprazolam).

Dalam siaran pers akhir tahun 2019, BNN melaporkan uji narkoba dilakukan terhadap 354.248 orang di seluruh provinsi sepanjang tahun. Yang positif hanya 599 atau 0,16 persen, terdiri dari 40 perempuan dan 559 laki-laki.

Sekarang, mari kita hitung biaya untuk uji narkoba terhadap tiga ratus ribuan orang itu jika satu unit alat tes harganya 90 ribu rupiah (nilai tengah dari 60 dan 120 ribu)!

Hasilnya, biaya yang dikeluarkan untuk uji narkoba menggunakan sampel urine sepanjang 2019 di 34 provinsi adalah Rp31.882.320.000. Ini belum termasuk uji konfirmasi di laboratorium menggunakan sampel jaringan organ tubuh lainnya seperti rambut atau darah.

Sebagian dari kita mungkin tahu kalau urine hanya digunakan untuk pemeriksaan awal atas kandungan narkoba dalam tubuh. Maka biasanya uji jaringan tubuh selain urine, seperti rambut atau darah, dilakukan di laboratorium untuk mengonfirmasi hasil tes postif pada sampel urine.

Uji laboratorium juga dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik narkoba yang tertangkap dengan hasil tes urine positif benar-benar merupakan konsumen-bukan-pengedar. Untuk keperluan konfirmasi ini, BNN melayani pemeriksaan sampel rambut dan darah yang berasal dari seluruh penjuru negeri.

Sepanjang 2019, Pusat Laboratorium Narkotika BNN telah menguji 21.670 sampel dengan hasil positif 97,95 persen.

Ganja bisa bikin kecanduandan mengganggu fungsi organ vital. Nah, sebenarnya efek ganja bisa bertahan berapa lama sih?

Berapa lama narkoba bisa bertahan dalam urine

Klikdokter.com, Jakarta Ganja termasuk ke dalam narkotika golongan I. Artinya, ganja adalah golongan narkotika paling berbahaya.

Narkoba ini juga memiliki daya adiktif yang sangat tinggi sehingga membuat orang yang menyalahgunakannya mudah mengalami kecanduan.

Selain itu, jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, ganja bisa memengaruhi organ vital tubuh, seperti jantung. Dampak penggunaan jangka panjang ganja bahkan bisa memicu kematian.

Nah, mungkin banyak yang bertanya-tanya, efek ganja berapa lama bisa bertahan di dalam tubuh? Efek ganja dapat bertahan di dalam tubuh manusia lebih lama dibandingkan dengan jenis narkotika lainnya. Soalnya, ganja bersifat lipophilic, artinya narkoba ini dapat larut dalam lemak dan bertahan di dalam lapisan lemak setelah masuk ke dalam tubuh.

Artikel Lainnya: Marijuana sebagai Terapi PTSD

Durasi Efek Ganja

Berapa lama narkoba bisa bertahan dalam urine

Jumlah ganja yang dikonsumsi bisa memengaruhi durasi efek narkotika ini di dalam tubuh. Lama efek ganja juga dipengaruhi oleh frekuensi dan metode pemakaian ganja, baik dihisap menggunakan rokok atau ditelan. 

Nah, untuk mengetahui durasi efek ganja dalam tubuh, ada beberapa metode yang bisa dilakukan, di antaranya:

1. Tes Urine

Salah satu cara termudah mendeteksi seseorang menggunakan ganja adalah dengan melakukan tes urine. Lalu, berapa lama ganja hilang di urine? 

  • Ganja yang digunakan dalam satu kali pemakaian, bisa bertahan di dalam urine selama 5-8 hari.
  • Ganja yang digunakan sebanyak 2-4 kali pemakaian dalam 1 minggu bisa bertahan selama 11-18 hari.
  • 2-4 kali pemakaian ganja dalam 1 bulan, bisa bertahan di dalam tubuh selama 23-35 hari.
  • Penggunaan ganja 5-6 kali dalam 1 minggu, bisa bertahan di dalam tubuh selama 33-48 hari. 
  • Ganja yang rutin digunakan setiap hari bisa bertahan di dalam tubuh selama 49–63 hari. 

Efek ganja bisa bertahan lama di dalam tubuh karena zat kimia di dalamnya, yaitu cannabinoid tetrahydrocannabinol (THC) terikat di dalam lemak tubuh.

Karenanya, tubuh membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkan ganja. Bahkan, setelah pemakai berhenti menggunakan, kandungan ganja masih akan tersimpan di dalam urine selama 1 bulan.

2. Tes Darah

Ganja hilang berapa lama di darah? Hal ini juga tergantung dengan frekuensi penggunaannya.

  • Ganja yang digunakan satu kali bisa bertahan selama 24 jam di dalam darah.
  • Ganja yang rutin dipakai sebanyak 2–4 kali dalam seminggu sanggup bertahan di dalam darah selama 72 jam
  • Ganja yang digunakan setiap hari bisa bertahan di dalam darah selama 1 minggu.

Artikel Lainnya: Benarkah Mengoleskan Ganja Bisa Sembuhkan Penyakit Kulit?

3. Tes Saliva (Ludah)

Riwayat penggunaan ganja juga dapat diketahui melalui tes saliva alias ludah. Meski begitu, efek ganja di dalam ludah tidak bertahan lama. 

Durasi ganja bertahan di dalam saliva pemakai, antara lain:

  • 1 kali pemakaian ganja akan bertahan selama 24 jam di dalam saliva.
  • Pemakaian ganja rutin (2–4 kali dalam seminggu) akan bertahan di dalam ludah selama 72 jam.
  • Pemakaian ganja setiap hari akan bertahan di dalam saliva selama 1 minggu.

4. Tes Rambut

Metabolisme ganja di dalam rambut terjadi setelah tujuh hari usai pemakaian. Namun, efek ganja di dalam rambut bisa bertahan selama 90 hari.

Biasanya, untuk memeriksa riwayat penggunaan ganja, rambut yang paling dekat dengan akar rambut akan diambil dan diperiksa.

Nah, karena efek ganja bisa bertahan lama di dalam tubuh, penggunanya menggunakan sejumlah cara untuk menghilangkan jejak ganja di dalam tubuh secara cepat.

Artikel Lainnya: Komisi PBB Anggap Ganja Tak Berbahaya, Ini Manfaat Medisnya

Berdasarkan American Association for Clinical Chemistry, cara menghilangkan efek ganja dilakukan dengan mengonsumsi obat yang dapat mengeluarkan ganja lebih cepat. Jenis obat yang dimaksud, seperti Absolute Detox XXL drink, Absolute Carbo Drinks, Ready Clean Drug Detox Drink, Fast Flush Capsules, and Ready Clean Gel Capsules. 

Penggunaan deretan obat tersebut, dapat membuat hasil pemeriksaan urine pengguna negatif secara lebih cepat.

Baca Juga

Meski memberikan rasa senang sesaat, efek jangka panjang ganja bisa merugikan tubuh. Pemakaian ganja dalam jangka waktu lama dapat menurunkan kemampuan berpikir, bahkan meningkatkan risiko gangguan jiwa.

Sayangi tubuh dan masa depan kamu dengan menghindari penggunaan zat narkotika berbahaya, termasuk ganja. Narkoba hanya memberikan kenyamanan sesaat, tetapi bisa memicu kematian.

Kamu masih memiliki pertanyaan lain seputar efek negatif ganja berapa lama dirasakan tubuh? Konsultasikan secara langsung melalui fitur tanya dokter online di KlikDokter. 

Yuk, #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter untuk mengetahui informasi seputar kesehatan lainnya.

(ADT/JKT)

Referensi:

American Association for Clinical Chemistry. Diakses 2022. How People Try to Beat Drug Testing.