100 album heavy metal terbaik sepanjang masa 2022

100 album heavy metal terbaik sepanjang masa 2022

Metallica, Iron Maiden, Guns N’ Roses, Megadeth, hingga AC/DC memang masternya metal. Tak heran bila album mereka ini dinobatkan sebagai album heavy metal terbaik sepanjang masa, bahkan ada yang band yang albumnya dua kali menyabet penghargaan tersebut.
Mereka adalah Metallica. Salah satu album band heavy metal kawakan kelas dunia, yakni album Master of Puppets dinobatkan menjadi album paling metal sepanjang masa.
Menurut informasi dari contactmusic.com, Senin (3/5/2010), album ketiga Metallica ini menduduki peringkat pertama dari daftar album heavy metal dari seluruh band-band beraliran cadas di seluruh dunia.
Di samping Master of Puppets, album Metallica lain yang masuk dalam daftar 10 album metal terbaik, yakni bertajuk Ride The Lightning. Band yang sudah eksis sejak 1986 ini mengalahkan album Iron Maiden bertajuk Number of the Beast dan album Appetite For Destruction milik Guns N’ Roses yang penobatannya dihelat oleh MusicRadar.com dan majalah metal terkemuka asal Inggris “Metal Hammer” pada Kamis malam waktu setempat.
Lebih dari 6.000 penggemar musik rock heavy metal ambil bagian dalam pemungutan suara tersebut, di mana 20 persen dari mereka memilih Master of Puppets sebagai album paling top. Diikuti album Back in Black milik AC DC, album Rust in Peace milik Megadeth dan album Paranoid-nya Black Sabbath.
So, ini dia daftar 10 album heavy metal terbaik sepanjang masa di dunia versi MusicRadar.com:
1. Metallica – Master of Puppets (1986).
2. Iron Maiden – The Number of the Beast (1982).
3. Guns N’ Roses – Appetite for Destruction (1987).
4. Metallica – Ride the Lightning (1984).
5. Slayer – Reign in Blood (1986).
6. Megadeth – Rust in Peace (1990).
7. Black Sabbath – Paranoid (1970).
8. AC/DC – Back in Black (1980).
9. PANTERA – Vulgar Display of Power (1992).
10. Iron Maiden – Powerslave (1984).

Setiap musisi hampir pasti selalu memiliki sumber pengaruh atau inspirasi awal dalam membentuk cita rasa dan karakteristik musikalnya sendiri. Dan latar belakang itulah yang biasanya menjadi alasan utama saat seorang musisi atau band memutuskan untuk membuat album khusus, dimana mereka mendaur ulang (cover version) lagu-lagu milik band lain. Alasan lainnya, adalah untuk mempersembahkan semacam penghormatan (tribute), sekaligus untuk bernostalgia terhadap karya band-band tersebut.

Berikut 10 karya rekaman album penuh maupun EP rock/metal berkonsep cover version terbaik sepanjang masa, menurut versi kami.

“Skeletons in the Closet” (Children of Bodom – 2009)

Unit melodic death metal asal Finlandia ini mencoba sejenak merayakan musik-musik yang pernah mempengaruhi sekaligus membentuk cita rasa musikal mereka. Di antaranya ada lagu-lagu milik unit rock dan punk era ‘70an seperti Creedence Clearwater Revival dan The Ramones, hingga hard rock/heavy metal macam Sepultura, Scorpions, Iron Maiden, Anthrax, Poison dan King Diamond. Dan yang unik, Children of Bodom juga bersenang-senang menyanyikan lagu “Oops!… I Did It Again” milik penyanyi pop Britney Spears.

“Garage Inc.” (Metallica – 1998)

Metallica mengeksekusi album ini sebagai jeda untuk bersenang-senang, setelah menjalani proses panjang penggarapan tiga album berturut-turut, yakni “Black” (1991), “Load” (1996) dan “Reload” (1997) yang melelahkan. Di sini, James Hetfield, Kirk Hammett, Lars Ulrich dan bassis saat itu, Jason Newsted menyuguhkan kumpulan lagu favorit mereka, yang dulu kerap digeber Metallica di garasi rumah saat baru memulai karir. Terbentang karya dari band punk, rock hingga heavy metal seperti Discharge, Diamond Head, Black Sabbath, Misfits, King Diamond, Thin Lizzy, Killing Joke hingga Queen. Sebagian materi lagu diambil dari album mini (EP) “The $5.98 E.P. – Garage Days Re-Revisited” rilisan 1987 silam. Oh ya, khusus di lagu “Am I Evil” (Diamond Head) dan “Blitzkrieg” (Blitzkrieg) isian bass dieksekusi oleh mendiang Cliff Burton.

“Meanwhile in Burbank…” & “Straight Outta Burbank…” (Stone Sour – 2015)

Sepasang album mini (EP) ini merangkum lagu-lagu yang, menurut gitaris Josh Rand, punya makna tersendiri terhadap masing-masing personel Stone Sour. Memuat interpretasi mereka terhadap lagu-lagu milik Alice in Chains, Judas Priest, Kiss, Metallica, Black Sabbath, Bad Brains, Iron Maiden, The Rolling Stones, Mötley Crüe dan Slayer. Proyek rekaman ini juga menjadi penjajalan awal personel baru, gitaris Christian Martucci dan bassis Johny Chow, melengkapi Corey Taylor, Josh Rand dan Roy Mayorga.

“The Spaghetti Incident?” (Guns N’ Roses – 1993)

Album ini digarap menjelang pecahnya internal band ini. Juga merupakan satu-satunya karya rekaman yang melibatkan gitaris Gilby Clarke, yang bergabung menggantikan posisi Izzy Stradlin. Sebagian besar lagu yang termuat di sini merupakan interpretasi Guns N’ Roses terhadap lagu-lagu punk dan rock era ‘70an, di antaranya seperti “New Rose” (The Damned), “Down on the Farm” (U.K. Subs), “Raw Power” (The Stooges), “Hair of the Dog” (Nazareth), “Attitude” (Misfits) hingga “I Don’t Care About You” (Fear).

“Under Cover” (Ozzy Osbourne – 2005)

Nama Ozzy Osbourne di skena metal dunia tak bisa dipungkiri kebesarannya. Bahkan ia dijuluki sebagai dewa musik rock dan metal, pangeran kegelapan dan berbagai julukan lain yang membuat eksistensinya terlihat semakin menyeramkan. Tapi di balik itu semua, Ozzy adalah musisi biasa yang juga punya deretan idola, serta musik-musik era ‘70an yang telah banyak mempengaruhi cita rasa serta kepribadian musikalnya. Album inilah rangkumannya, dimana Ozzy antara lain mencoba menginterpretasikan lagu “Rocky Mountain Way” (Joe Walsh), “In My Life” (The Beatles), “Woman” (John Lennon), “Sunshine of Your Love” (Cream) hingga “Sympathy for the Devil” (The Rolling Stones). Saat menggarap “Under Cover”, Ozzy antara lain didampingi oleh gitaris Jerry Cantrell (Alice in Chains).

“Legion: XX” (Burn the Priest / Lamb of God – 2018)

Khusus album ini, Lamb of God kembali mengibarkan nama awal saat band ini dibentuk, Burn the Priest. Juga merupakan karya rekaman terakhir band ini bersama dramer Chris Adler. “Legion: XX” sendiri dipadati 10 komposisi keras, dimana Lamb of God mendaur ulang lagu-lagu milik The Accused, Stormtroopers of Death, Bad Brains, Melvins, Ministry, Agnostic Front hingga Cro-Mags, menyatukan berbagai sub-genre seperti classic punk, hardcore, crossover dan noise. Mereka adalah band-band yang mengguratkan andil besar dalam pembentukan musik Lamb of God.

“Metal Jukebox” (Helloween – 1999)

Karya daur ulang milik band power metal legendaris asal Jerman ini juga termasuk album yang layak dikoleksi, lantaran pemilihan lagu-lagunya yang variatif dan kaya akan karakter. Dan cara Helloween mengolahnya pun tetap menancapkan jejak yang kuat akan ciri khas musik mereka. Di album ini, Helloween antara lain menyuguhkan lagu “He’s a Woman – She’s a Man” (Scorpions), “Lay All Your Love on Me” (ABBA), “Space Oddity” (David Bowie) dan karya-karya lain milik Faith No More, The Beatles, Cream hingga Deep Purple (khusus rilisan Jepang).

“B-Side Ourselves” (Skid Row – 1992)

Empat dari hanya lima lagu yang termuat di EP ini dicomot dari rilisan sisi B (B-Side) yang menyertai beberapa single karya asli Skid Row. Lagu “Psycho Therapy” (The Ramones) dan “Delivering the Goods” (Judas Priest) misalnya, dirilis sebagai tandem single “Youth Gone Wild”, lalu “C’mon and Love Me” (Kiss) menemani single “Slave to the Grind” dan “In a Darkened Room”, sementara “What You’re Doing” (Rush) diselipkan di rilisan single “Wasted Time”. Satu-satunya trek yang sebelumnya belum pernah dirilis adalah daur ulang lagu milik Jimi Hendrix, “Little Wing”. Album mini ini masih memperlihatkan musikalitas terbaik dari formasi terbaik Skid Row; Sebastian Bach, Rachel Bolan, Scotti Hill, Dave Sabo dan Rob Affuso.

“Reanimate: The Covers EP” (Halestorm – 2011)

Walaupun dimotori vokalis wanita, tapi band ini tidak memfokuskan pemilihan lagu-lagu daur ulangnya pada band-band sejenis mereka. Dari enam lagu yang disuguhkan, hanya “Bad Romance” (Lady Gaga) dan “All I Wanna Do Is Make Love to You” (Heart) yang mewakili suara wanita, sementara empat komposisi sisanya benar-benar dikonsentrasikan pada pengolahan konsep musik yang sarat kegagahan rock secara general dan modern. Lagu tersebut adalah “Slave to the Grind” (Skid Row), “Hunger Strike” (Temple of the Dog), “Out Ta Get Me” (Guns N’ Roses) dan “I Want You (She’s So Heavy)” (The Beatles). Respon yang positif terhadap EP ini membuat Halestorm kembali merilis dua karya lanjutannya, yakni “Reanimate 2.0: The Covers EP” (2013) dan “Reanimate 3.0: The Covers EP” (2017).

“The Purple Album” (Whitesnake – 2015)

Konsep album ini sedikit berbeda dibanding lainnya. Hanya terfokus mendaur ulang lagu-lagu milik Deep Purple, khususnya dari era saat band rock legendaris tersebut diperkuat vokalis David Coverdale, yang notabene juga merupakan vokalis Whitesnake. Di sini, David Coverdale kembali menghidupkan karya-karya terbaik formasi Mark III dan Mark IV yang enggan dinyanyikan oleh Ian Gillan (vokalis Deep Purple saat ini) di konser-konsernya, seperti “Burn”, “Mistreated”, “Might Just Take Your Life”, “You Keep On Moving”, “Stormbringer” dan “Soldier of Fortune”. Whitesnake sendiri berhasil menghadirkan nafas baru yang jauh lebih modern dari sisi sound dibanding versi aslinya. Bahkan tarikan vokal David juga terdengar sangat berbeda dibanding saat ia menyanyikannya untuk Deep Purple pada pertengahan era ‘70an silam. (mudya mustamin)

.