Tiga peran Indonesia dalam bidang kesehatan di ASEAN

Jakarta -

Indonesia merupakan salah satu negara yang tergabung dalam organisasi internasional Perhimpunan Bangsa-Bangsa di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN (Association of Southeast Asian Nation). Tak heran jika peran Indonesia dalam ASEAN terbilang cukup penting.

Bersama 4 negara lain yakni Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, Indonesia turut mendirikan ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Hal itu ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok yang dilakukan masing-masing Menteri Luar Negeri.

Hingga saat ini total sudah ada 10 negara yang turut menjadi bagian dari kawasan Asia Tenggara selain 5 negara pendiri, yaitu Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.

Namun, dari banyaknya negara anggota, apa saja sebenarnya peran indonesia dalam ASEAN? Berikut ulasannya:

Peran Indonesia dalam ASEAN

  • 1. Penggagas Lahirnya ASEAN

Peran Indonesia dalam ASEAN yang paling penting adalah menjadi salah satu penggagas lahirnya organisasi ini.

Dengan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik, visi Indonesia adalah membentuk ASEAN yang mampu membuat kawasan Asia Tenggara berdiri di atas kaki sendiri dan mempertahankan diri dari pengaruh negatif di luar kawasan.

  • 2. Penyelenggara KTT ASEAN pertama di Bali

Melansir situs resmi ASEAN, pada 23-24 Februari 1976, Indonesia telah menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama yang berlangsung di Bali.

  • 3. Penggagas Pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN

Dalam buku 'PKN Pend Kewarganegaraan' terbitan Grasindo, tertulis bahwa Indonesia juga turut meluncurkan gagasan untuk membentuk komunitas keamanan ASEAN.

Komunitas yang juga disebut ASC (Asean Security Community) ini akhirnya ditandatangani di Senggigi, Lombok pada 12 September 2003.

Sementara peran Indonesia di bidang politik disebut dalam buku 'PKn Harmoni Berkebangsaan' karya Rani R Moediarta, yakni menjadi penengah dalam konflik dan perang sipil di Kamboja.

Kala itu, Indonesia mengundang empat fraksi Kamboja yang bertikai untuk melakukan pertemuan di Jakarta. Mereka membahas perdamaian dan pemulihan hubungan. Setelah itu, pertemuan berlanjut ke Konferensi Paris untuk Kamboja yang diikuti oleh 19 negara.

Menariknya, Indonesia dan Prancis menjadi pemimpin konferensi tersebut. Dari pertemuan itulah dihasilkan keputusan pembentukan Dewan Nasional Kamboja demi mengakhiri konflik.

  • 5. Mewakili ASEAN dalam Perdamaian Dunia

Selain menjadi penengah konflik di negara kawasan ASEAN, Indonesia juga turut berperan dalam perdamaian dunia yakni melalui hubungan internasional.

Beberapa perannya di antara lain mendukung gerakan zona bebas nuklir di kawasan negara-negara anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN) serta mendukung terselenggaranya ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan negara anggota ASEAN.

Kerja sama Makanan Halal hingga Seni. Klik selanjutnya>>

Simak Video "Jokowi dan Iriana ke Phnom Penh, Hadiri KTT ASEAN ke-40 dan 41"


[Gambas:Video 20detik]

Pada tanggal 6 September 2017, dalam Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN ke-13 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Farid Moeloek, Sp.M(K) menyampaikan pentingnya membangun budaya hidup sehat di kawasan ASEAN. Dalam kaitan itu, Indonesia telah mengembangkan Program Indonesia Sehat dalam upaya membangun gaya hidup sehat yaitu melalui Program Indonesia Sehat yang terdiri atas 1) Paradigma Sehat; 2) Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer; dan 3) Jaminan Kesehatan Nasional. Menteri Kesehatan RI menegaskan bahwa “Program-program yang telah berjalan tersebut merupakan salah satu upaya Indonesia dalam rangka mewujudkan Masyarakat Sehat ASEAN tahun 2025”.

Dalam Debat Tertutup Menteri Kesehatan ASEAN, Menteri Kesehatan RI menekankan pentingnya upaya preventif dan promotif sebagai bagian dari upaya merubah paradigma hidup sehat masyarakat. Menteri Kesehatan menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia menggelorakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang diharapkan dapat membangun budaya hidup sehat dengan cara melakukan aktivitas fisik setiap hari, mengkonsumsi buah dan sayur, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Dalam sesi Debat Terbuka, yang juga dihadiri oleh para undangan dari pejabat, akademisi, dan praktisi, Menteri Kesehatan RI menyampaikan pula pentingnya memperkuat sistem pelayanan kesehatan sebagai salah satu upaya mewujudkan pembangunan Indonesia Sehat. Upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia antara lain peningkatan akses kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia melalui Program Nusantara Sehat dan Wajib Kerja Dokter Spesialis, peningkatan sistem akreditasi puskesmas dan rumah sakit, serta program Jaminan Kesehatan Nasional yang saat ini sudah berjalan sesuai target. Program-program yang telah berjalan tersebut merupakan salah satu upaya Indonesia dalam rangka mewujudkan Masyarakat Sehat ASEAN tahun 2025. Menteri Kesehatan RI menyatakan bahwa “Pembangunan Indonesia Sehat dapat menjadi pilar bagi kerja sama kesehatan ASEAN. Dengan demikian Indonesia siap memainkan peran kepemimpinan dan menjadi contoh dalam membangun kerjasama kesehatan ASEAN”.

Pada Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN ke-13, Delegasi RI dipimpin oleh Menteri Kesehatan dengan didampingi oleh Sekretaris Jenderal, Staf Ahli Menteri Bidang Desentralisasi Kesehatan, Staf Khusus Menteri Bidang Peningkatan Kemitraan dan SDGs, Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, serta wakil dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Direktorat Kerjasama Sosial-Budaya ASEAN Kementerian Luar Negeri, PTRI ASEAN dan KBRI Bandar Seri Begawan. Dokumen yang dihasilkan antara lain 1) Naskah Deklarasi untuk Mengakhiri Semua Bentuk Malnutrisi, 2) Naskah Deklarasi untuk Memerangi Anti-Microbial Resistance, serta 3) Naskah Deklarasi Penanggulangan Bencana Kesehatan. Ketiga Naskah Deklarasi ini direncanakan akan diadopsi oleh para Kepala Negara ASEAN pada Pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-31 pada bulan November 2017 di Filipina.

Selain Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN, juga terdapat Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN Plus Tiga (Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Republik Korea), serta Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN Plus RRT yang membahas beberapa prioritas area kerja sama ASEAN dengan mitra wicaranya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email .

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH


Bogor, Kominfo - Presiden Joko Widodo menegaskan pentingnya membangun kerja sama kesehatan antara ASEAN dan India dalam menghadapi pandemi. Menurut Presiden, India memiliki kapasitas yang besar pada sektor kesehatan utamanya dalam bidang farmasi.

“Tidak saja dalam mengatasi pandemi Covid-19, namun juga untuk mempersiapkan diri kita menghadapi pandemi-pandemi yang akan datang,” ujar Presiden saat berpidato pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN-India secara virtual di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/10/2021).

India merupakan produsen vaksin terbesar di dunia dan produk farmasi tersebar ketiga di dunia. Hal tersebut dapat menjadi modal besar untuk memperkuat kerja sama industri farmasi antara ASEAN dan India.

Sejumlah tindakan yang dapat dilakukan antara lain diversifikasi lokasi produksi kebutuhan medis, peningkatan produksi obat dan vaksin, kerja sama riset dan pengembangan vaksin dengan teknologi terkini, dan membangun jaringan serta menjadi bagian dari pusat distribusi regional industri farmasi.

“Di tingkat global, dukungan TRIPS Waiver di WTO harus dilakukan. Ini penting memfasilitasi akses teknologi terkini obat-obatan maupun vaksin,” jelasnya.

Kepala Negara mengatakan bahwa kerja sama dalam bidang sumber daya manusia (SDM) kesehatan juga dirasa perlu dilakukan. Terlebih hingga Juli 2021, India tercatat memiliki perguruan tinggi dengan jurusan kedokteran yang cukup banyak.

“Dengan pengalaman dan keunggulan SDM yang dimiliki, India dapat mendukung peningkatan kapasitas SDM negara ASEAN di bidang kesehatan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Presiden memandang bahwa program 1.000 PhD yang dicanangkan oleh India dapat diprioritaskan pada bidang bioscience dan biotechnology. Selain itu, Presiden juga meminta agar program magang dan penelitian di perusahaan bidang kesehatan di India dapat terbuka lebar.

“Fasilitasi magang dan penelitian pada perusahaan bidang kesehatan di India agar dibuka seluas-luasnya bagi negara ASEAN,” tandasnya.

Cegah Rivalitas

Presiden Joko Widodo mendorong kemitraan ASEAN-Rusia untuk mencegah terjadinya dinamika di kawasan Indo-Pasifik yang mengarah pada perebutan pengaruh dan rivalitas yang semakin tajam. Presiden meyakini, ASEAN dan Rusia memiliki kesamaan kepentingan dan aspirasi dalam melihat kawasan yang aman dan makmur.

“Ini harus kita cegah dan hindari, tidak ada di antara kita yang ingin melihat situasi ini terus berkepanjangan. Saya percaya, kemitraan strategis ASEAN-Rusia dapat mencegah tren ini,” ucap Presiden.

Presiden menyebutkan, kemitraan ASEAN-Rusia yang telah terjalin lama ini menjadi penyangga stabilitas keamanan dan perdamaian. Namun, rivalitas di kawasan tersebut justru semakin menajam.

“Yang lebih mengkhawatirkan bahkan mengarah pada arms race dan power projection. Jika tren ini dibiarkan, maka peluang terjadinya proxy sangat besar,” ucap Kepala Negara.

Kepala Negara merasa bahwa komitmen dan dukungan Rusia terhadap sentralitas ASEAN dan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific sangat tepat waktu. Oleh karena itu, Presiden mengajak ASEAN-Rusia untuk mengimplementasikan kerja sama praktis dan konkret dalam sektor ekonomi, pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), maritim, dan konektivitas.

“ASEAN-Rusia harus terus menjadi positive force dan penyangga stabilitas, dan perdamaian di kawasan,” lanjut Presiden.

Menurut Presiden, kerja sama konkret yang dijalankan tersebut akan menumbuhkan kebiasaan kerja sama dan dapat menghilangkan budaya persaingan.

“Kerja sama konkret ini juga akan mempertebal strategic trust, dan menghilangkan trust deficit. Ini akan menjadi kontribusi besar Rusia dalam menjaga stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik,” tutur Presiden.

Turut mendampingi Presiden dalam KTT tersebut yaitu Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar.

Tiga peran Indonesia dalam bidang kesehatan di ASEAN

Presiden menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara besar dengan ragam suku mencapai 714 suku, termasuk suku Dayak yang memiliki 406 subsu Selengkapnya

Tiga peran Indonesia dalam bidang kesehatan di ASEAN

Dibutuhkan upaya nyata untuk memperdalam kerja sama dan kolaborasi yang konkret dan dinamis. Selengkapnya

Tiga peran Indonesia dalam bidang kesehatan di ASEAN

Presiden menjelaskan bahwa dari 741 pasien yang dirawat di RSUD Sayang Cianjur, kini tinggal 24 pasien. Menurutnya, sebagian pasien telah di Selengkapnya

Tiga peran Indonesia dalam bidang kesehatan di ASEAN

Wapres menekankan pentingnya kerja sama Indonesia dengan PEA melalui ADFP dalam mempromosikan Islam moderat untuk mewujudkan perdamaian duni Selengkapnya