Bagaimana seharusnya sikap tokoh utama pada cerita anak penggembala dan Serigala?

Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.

Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana.

Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya. Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala, serigala!"

Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.

Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! serigala!", kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.

Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.

Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, "Serigala! serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka.

Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.

Pesan Moral: Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar

2.

Anak-Anak Dan Katak Di Kolam

Pengarang: Aesop

Kategori: Fabel

Pada suatu hari, beberapa orang anak laki-laki bermain-main di pinggiran sebuah kolam di mana pada kolam tersebut hiduplah beberapa keluarga katak. Anak laki-laki tersebut bermain-main dengan cara melemparkan batu-batu ke atas permukaan kolam.

(2)

Lalu seekor katak yang paling tua dan paling berani, mengeluarkan kepalanya dari dalam air dan berkata, "Oh, anak-anak, mohon hentikanlah permainan kalian! walaupun permainan kalian merupakan hiburan bagi kalian, permainan itu bisa menyebabkan kematian bagi kami!"

Pesan moral: Pertimbangkan dengan baik sebelum melakukan sesuatu, apakah yang anda anggap sebagai hiburan, tidak akan menyebabkan orang lain menderita.

3.

Arti Sebuah Persahabatan

Pengarang: Anonim

Kategori: Fabel

Pada dahulu kala hiduplah seekor kura-kura dan seekor burung elang. Walaupun sang kura-kura dan elang jarang bertemu karena sang kura-kura lebih banyak menghabiskan waktu disemak-semak sedangkan sang elang lebih banyak terbang, namun tidak menghalangi sang elang untuk selalu mengunjungi teman kecilnya yang baik hati, sang kura-kura.

Keluarga sang kura-kura sangat ramah dan selalu menyambut kedatangan sang elang dengan gembira. Mereka juga selalu memberi sang elang makanan dengan sangat royalnya. Sehingga sang elang selalu berkali-kali datang karena makanan gratis dari keluarga kura-kura tersebut. Setiap kali sehabis makan dari keluarga kura-kura sang elang selalu menertawakan sang kura-kura : “ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makanan yang selalu dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang terletak jauh diatas gunung”

Karena begitu seringnya sang elang menertawakan dan dengan egoisnya menghabiskan makanan sang kura-kura, maka seluruh hutan mulai menggunjingkan sikap sang elang tersebut. Para penghuni hutan tersebut merasa tidak suka dengan sikap seenaknya sang elang kepada sang kura-kura yang baik hati. Suatu hari seekor kodok memanggil kura-kura-kura-kura yang sedang berjalan dekat sungai. “Hai temanku sang kura-kura, berilah aku semangkok kacang polong, maka aku akan memberikan kata-kata bijak untukmu” seru sang kodok. Setelah menghabiskan semangkuk kacang polong dari sang kura-kura, sang kodok berkata lagi: “kura-kura, sahabatmu sang elang telah menyalahgunakan persahabatan dan kebaikan hatimu. Setiap kali sehabis bertamu di

sarangmu, selalu saja dia mengejekmu dengan berkata ” ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makan yang selalu dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang terletak jauh diatas gunung”. Pada suatu hari nanti sang elang akan datang kembali dan akan meminta sekeranjang makanan darimu dan berjanji akan memberikan makanan kepadamu dan anak-anakmu”

(3)

maumu. Aku akan membawamu pulang” Namun timbul pikiran jahat pada diri sang elang. “Aku akan menjatuhkanmu dan memakan sisa-sisa dirimu” pikirnya lagi.

Begitulah, sang kura-kura memegang kaki sang elang yang terbang tinggi. “lepaskan kakiku” seru sang elang marah. Dengan sabar sang kura-kura menjawab: “Aku akan melepaskan kakimu apabila engkau sudah mengantarkanku pulang ke sarangku” dengan kesal sang elang pun terbang tinggi, menungkik dan menggoyang-goyangkan kakinya dengan harapan sang kura-kura akan jatuh. Namun tidak ada gunanya. Akhirnya dia menurunkan sang kura-kura di sarangnya, dan segera terbang tinggi dengan perasaan malu.

Ketika sang elang terbang, sang kura-kura berseru : ” Hai temanku persahabatan membutuhkan rasa saling membagi satu dengan lainnya. Aku menghargaimu dan kaupun menghargaiku. Namun bagaimanapun, sejak engkau menjadikan persahabatan kita hanya permainan, mentertawakan keramahan keluargaku dan aku maka sebaiknya engkau tidak usah lagi datang kepadaku”.

4.

Ayam Jantan Yang Cerdik Dan Rubah

Yang Licik

Pengarang: Aesop

Kategori: Fabel

Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger. Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari seekor rubah. "Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang sangat menyenangkan dan bersemangat.

"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh dan sedikit gugup, karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.

"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi tidak sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan dengan gembira."

"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini." Tapi sang Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan.

"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.

"Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik ini dan -" Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam dan mulai berlari menjauh.

"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing adalah teman-teman kamu juga!"

"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu, saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."

(4)

Pesan Moral: Penipu akan mudah untuk ditakut-takuti.

5. Ayam Yang Berkelahi Dan Burung Elang

Pengarang: Aesop

Kategori: Fabel

Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.

Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.

Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.

Pesan moral: Rasa sombong menyebabkan kejatuhan

6.

Belalang Dan Semut

Pengarang: Aesop

Kategori: Fabel

Ada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.

"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"

"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."

Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar. "Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka.

7.

Buaya Yang Tidak Jujur

(5)

Kategori: Fabel

Ada sebuah sungai di pinggir hutan. Di sungai itu hiduplah sekelompok buaya. Buaya itu ada yang berwarna putih, hitam, dan belang-belang. Meskipun warna kulit mereka berbeda, mereka selalu hidup rukun.

Di antara buaya-buaya itu ada seekor yang badannya paling besar. Ia menjadi raja bagi kelompok buaya tersebut. Raja buaya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga dicintai rakyatnya. Suatu ketika terjadi musim kemarau yang amat panjang. Rumput-rumput di tepi hutan mulai menguning. Sungai-sungai mulai surut airnya. Binatang-binatang pemakan rumput banyak yang mati.

Begitu juga dengan buaya-buaya. Mereka sulit mencari daging segar. Kelaparan mulai menimpa keluarga buaya. Satu per satu buaya itu mati.

Setiap hari ada saja buaya yang menghadap raja. Mereka melaporkan bencana yang dialami warga buaya. Ketika menerima laporan tersebut, hati raja buaya merasa sedih.

Untung Raja Buaya masih memiliki beberapa ekor rusa dan sapi. Ia ingin membagi-bagikan daging itu kepada rakyatnya.

Raja Buaya kemudian memanggil Buaya Putih. Dan Buaya Hitam. Raja Buaya lalu berkata, “Aku tugaskan kepada kalian berdua untuk membagi-bagikan daging. Setiap pagi kalian mengambil daging di tempat ini. Bagikan daging itu kepada teman-temanmu!”

“Hamba siap melaksanakan perintah Paduka Raja,” jawab Buaya Hitam dan putih serempak. “Mulai hari ini kerjakan tugas itu!”perintah Raja Buaya lagi.

Kedua Buaya itu segera memohon diri. Mereka segera mengambil daging yang telah disediakan. Tidak lama kemudian mereka pergi membagi-bagikan daging itu.

Buaya Putih membagikan makanan secara adil. Tidak ada satu buaya pun yang tidak mendapat bagian. Berbeda dengan Buaya Hitam, daging yang seharusnya dibagi-bagikan, justru dimakannya sendiri. Badan Buaya Hitam itu semakin gemuk.

Selesai membagi-bagikan daging, Buaya Putih dan Buaya Hitam kembali menghadap raja. “Hamba telah melaksanakan tugas dengan baik, Paduka,” lapor Buaya Putih.

“Bagus! Bagus! Kalian telah menjalankan tugas dengan baik,” puji Raja.

Suatu hari setelah membagikan makanan,Buaya Putih mampir ke tempat Buaya Hitam. Ia terkejut karena di sana-sini banyak bangkai buaya.

Sementara tidak jauh dari tempat itu Buaya Hitam tampak sedang asyik menikmati makanan. Buaya Putih lalu mendekati Buaya Hitam.

“Kamu makan jatah makanan temen-teman, ya?” “Kamu biarkan mereka kelaparan!” ujar Buaya Putih. “Jangan menuduh seenaknya!” tangkis Buaya Hitam.

“Tapi, lihatlah apa yang ada di depanmu itu!” sahut Buaya Putih sambil menunjuk seekor buaya yang mati tergeletak.

(6)

“Kurang ajar!” ujar Buaya Putih sambil menyerang Buaya Hitam. Perkelahian pun tidak dapat dielakkan. Kedua buaya itu bertarung seru. Akhirnya, Buaya Hitam dapat dikalahkan.

Buaya Hitam lalu dibawa kehadapan Raja. Beberapa buaya ikut mengiringi perjalanan mereka. Di hadapan Sang Raja, Buaya Putih segera melaporkan kelakuan Buaya Hitam. Buaya Hitam lalu mendapat hukuman mati karena kejahatannya itu.

“Buaya Putih, engkau telah berlaku jujur, adil, serta patuh. Maka kelak setelah aku tiada, engkaulah yang berhak menjadi raja menggantikanku,” demikian titah Sang Raja kepada Buaya Putih.

8.

Dongeng Binatang Kelinci Yang

Sombong Dan Kura-Kura

Pengarang: Anonim

Kategori: Fabel

Sebuah hutan kecil di pinggiran desa jadi tempat hidup sekelompok binatang. Di sana ada kelinci yang sombong dan suka mengejek binatang lain yang lebih lemah. Binatang lain seperti kura-kura, siput, semut, ulat, cacing, kupu-kupu tak ada yang suka pada kelinci sombong itu.

Pada suatu saat si kelinci sombong berjalan dengan angkuh mencari korban untuk diejek. Kebetulan dia bertemu kura-kura. “Hei, kura-kura lambat! Kamu jangan cuma jalan dong. Belajarlah berlari biar cepat sampai, kata kelinci mencibir.

“Biar saja, jalanku memang lambat, tapi yang penting tetap selamat. Daripada cepat tapi jatuh dan terluka, lebih baik tetap selamat, jawab kura-kura. “Bagaimana kalau kita adu lari, ajak kelinci menantang. “Kalau kau menang, aku beri hadiah apapun yang kau minta, kata kelinci pongah. “Mana mungkin aku beradu cepat denganmu. Kamu kan bisa lari dan loncat, sedang aku-kan hanya bisa jalan pelan, karena terbebani rumahku ini, kata kura-kura tahu diri.

“Harus mau! Kamu tidak boleh menolak tantanganku. Besok pagi aku tunggu kamu di bawah beringin. Aku akan menghubungi srigala untuk jadi wasit, kata kelinci. “Awas kalau sampai nggak datang“ kata kelinci mengancam. Kura-kura hanya diam melongo. Dalam hati dia berkata, “Apa mungkin aku mengalahkan kelinci?

Keesokan harinya kelinci sombong sudah menunggu di bawah beringin. Srigala sudah datang untuk jadi wasit. Setelah kura-kura ada dan sejumlah binatang hadir jadi penonton, srigala berkata, “Peraturannya begini. Kalian balapan lari mulai dari garis di bawah pohon mangga itu, kata Srigala sambil nunjuk, “terus cepet-cepetan sampai di bawah pohon beringin ini. Yang nginjak garis duluan yang jadi pemenang. Semua yang hadir pun ngangguk-ngangguk.

Setelah semua siap, “Oke, satu.. dua.. tiga.. lari! kata srigala memberi aba-aba. Kelinci langsung meloncat mendahului kura-kura. Sementara itu kura-kura melangkah pelan karena rumahnya jadi beban. “Ayo kura-kura, lari dong..! teriak Kelinci dari kejauhan sambil mengejek. “Baiklah aku tunggu di sini ya, kata kura-kura mengejek. Kelinci pun duduk-duduk sambil bernyanyi, mengejek kura-kura yang sulit melangkah.

Karena angin berhembus pelan dan sejuk, tanpa disadari kelinci jadi ngantuk. Celakanya, tak lama kemudian kelinci pun tertidur. Penonton mengira kelinci hanya pura-pura tidur untuk mengejek kura-kura.

(7)

disepelekannya. Namun apa daya, semuanya sudah terlambat. Kaki kura-kura telah menyentuh garis finish dan Srigala telah mengibarkan bendera finish saat kelinci masih berlari. Kura-kura jadi pemenang dan si kelinci sombong terdiam tak percaya. “Kenapa aku bisa tertidur ya? katanya menyesal.

“Nah, siapa yang menang? tanya kura-kura pada kelinci. “Ya, kaulah yang menang, jawab kelinci malu. “Kamu ingat kan? Kemaren kamu janji aku boleh minta hadiah apa pun bila menang lomba ini kan? Kata kura-kura mengingatkan. “Ya, pilih saja hadiah yang kau ingin, kata kelinci deg-degan. “Aku hanya minta satu hadiah dari kamu. Mulai sekarang kamu jangan sombong lagi, jangan mengejek, dan jangan ganggu binatang lain kata kura-kura. “Hanya itu?! kata kelinci terkejut. “Ya, itu saja. Kata kura-kura mantap. “Baik, aku berjanji tidak akan sombong lagi, tidak mengejek, dan aku minta maaf, kata kelinci disaksikan semua binatang.

9.

Cerita Anak Kera Dan Ayam

Pengarang: Anonim

Kategori: Fabel

Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si kera. Pada suatu petang Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri.

Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejati darinya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman si Kepiting. Disana ia disambut dengan gembira. Lalu Si Kepiting menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Kera.

Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera. Ia berkata, “marilah kita beri pelajaran kera yang tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Kera. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.

Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” Si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”

Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang meronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.

10. Burung Hantu Dan Belalang

Pengarang: Aesop

(8)

Burung hantu selalu tidur di siang hari. Setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari langit dan perlahan-lahan bayangan naik dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru "hoo-hoo-hoo-oo-oo" bergema melalui kayu yang rimbun dan ia mulai berburu serangga, kumbang, katak dan tikus sebagai makanan kesukaannya.

Saat ini ada seekor burung hantu tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore musim panas yang hangat saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua, belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung hantu tua menengok dari lubang pohon yang digunakan sebagai pintu dan jendela.

"Pergi dari sini, tuan," katanya kepada belalang tersebut. "Apakah Anda tidak memiliki sopan santun? Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang!

"??Tapi Belalang menjawab dengan kasar bahwa adalah juga haknya di tempat ini saat matahari bersinar sama di pohon tua. Lalu ia meneriakkan suara lebih keras dan lagu berisik yang menjadi-jadi.??Burung hantu tua yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang. Akhirnya dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepadanya.

"Tuan yang baik hati," katanya, "jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda. Tapi saat ini saya memiliki anggur lezat di sini, kiriman dari Olympus, saya kira merupakan minuman Apollo sebelum ia menyanyi untuk para dewa tinggi. Silahkan datang dan rasakan minuman lezat ini dengan saya. Saya tahu itu akan membuat Anda bernyanyi seperti Apollo . "

Belalang bodoh itu terhanyut oleh kata-kata sanjungan burung hantu. Akhirnya dia melompat ke sarang burung hantu, begitu belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, ia menerkam dan memakannya.??

Makna dari kisah ini : Pujian terkadang bukanlah bukti kagum yang sesungguhnya. Jangan biarkan pujian melambungkan Anda sehingga lengah melawan musuh.

- See more at: http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=271#sthash.HGUHKoZM.dpuf

Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku beberapa kali sebelum terbang ke angkasa. Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah. Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju.

“Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan badanmu dekat tungku,” ujar Yosaku. “Nona mau pergi kemana sebenarnya ?”, Tanya Yosaku. “Aku bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi tersesat.” “Bolehkah aku menginap disini malam ini ?”. “Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan.” ,kata Yosaku. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap”.

(9)

menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat tempat Otsuru menenun.

Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai. “Ini tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga mahal. Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk dibawa pulang. “Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Tetapi sebenarnya para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. “Baiklah akan aku buatkan”, ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi. Di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. “Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya”, kata Otsuru.

Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun, Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru. “Akhirnya kau melihatnya juga”, ujar Otsuru. “Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong”, untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini,” ujar Otsuru. “Berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu”, lanjut Otsuru. “Maafkan aku, ku mohon jangan pergi,” kata Yosaku. Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.

11. Dongeng Seekor Nyamuk

Pengarang: Anonim

Kategori: Cerita Rakyat, Fabel, Raja

Di suatu negeri antah-berantah bertahtalah seorang raja yang arif bijaksana. Raja itu hidup bersama permaisuri dan putra-putrinya. Rakyat sangat mencintainya. Istananya terbuka setiap waktu untuk dikunjungi siapa saja. Ua mau mendengar pendapat dan pengaduan rakyatnya. Anak-anak pun boleh bermain-main di halaman sekitar istana.

Di negeri itu hidup juga seorang janda dengan seorang anaknya yang senang bermain di sekitar istana. Setiap pergi ke istana, ia selalu membawa binatang kesayangannya, seekor nyamuk. Leher nyamuk itu diikat dengan tali dan ujung tali dipegangnya. Nyamuk akan berjalan mengikuti ke mana pun anak itu pergi.

Pada suatu sore, anak itu sedang bermain di sekitar halaman istana. Karena asyik bermain, ia lupa hari sudah mulai gelap. Raja yang baik itu mengingatkannya dan menyuruhnya pulang.

“Orang tuamu pasti gelisah menantimu,” kata raja. “Baik, Tuanku,” sahutnya, “karena hamba harus cepat-cepat pulang, nyamuk ini hamba titipkan di istana.”

“Ikatkan saja di tiang dekat tangga,” sahut raja.

Keesokan harinya, anak itu datang ke istana. Ia amat terkejut melihat nyamuknya sedang dipatuk dan ditelan seekor ayam jantan. Sedih hatinya karena nyamuk yang amat disayanginya hilang. Ia mengadukan peristiwa itu kepada raja karena ayam jantan itu milik raja.

“Ambillah ayam jantan itu sebagai ganti,” kata raja.

(10)

begitu saja sehingga bebas berkeliaran ke sana kemari. Ayam jantan itu melihat perempuan-perempuan pembantu raja sedang menumbuk padi di belakang istana, berlarilah dia ke sana. Dia mematuk padi yang berhamburan di atas tikar di samping lesung, bahkan berkali-kali dia berusaha menyerobot padi yang ada di lubang lesung.

Para pembantu raja mengusir ayam jantan itu agar tidak mengganggu pekerjaan mereka. Akan tetapi, tak lama kemudian ayam itu datang lagi dan dengan rakusnya berusaha mematuk padi dalam lesung.

Mereka menghalau ayam itu dengan alu yang mereka pegang. Seorang di antara mereka bukan hanya menghalau, tetapi memukulkan alu dan mengenai kepala ayam itu. Ayam itu menggelepargelepar kesakitan. Darah segar mengalir dari kepala. Tidak lama kemudian, matilah ayam itu.

Alangkah sedih hati anak itu melihat ayam kesayangannya mati. Ia datang menghadap raja memohon keadilan. “Ambillah alu itu sebagai ganti ayam jantanmu yang mati!” kata raja kepadanya.

Anak itu bersimpuh di hadapan raja dan menyampaikan rasa terima kasih atas kemurahan hati raja.

“Hamba titipkan alu itu di sini karena di rumah ibu hamba tidak ada tempat untuk

menyimpannya,” pintanya.

“Sandarkanlah alu itu di pohon nangka,” kata raja. Pohon nangka itu rimbun daunnya dan lebat buahnya.

Keesokan harinya, ketika hari sudah senja, ia bermaksud mengambil alu itu untuk dibawa pulang. Akan tetapi, alu itu ternyata patah dan tergeletak di tanah. Di sampingnya terguling sebuah nangka amat besar dan semerbak baunya.

“Nangka ini rupanya penyebab patahnya aluku,” katanya, “aku akan meminta nangka ini sebagai

ganti aluku kepada raja!”

Raja tersenyum mendengar permintaan itu. “Ambillah nangka itu kalau engkau suka,” kata raja. “Tetapi, hari sudah mulai gelap!” kata anak itu. “Hamba harus cepat tiba di rumah. Kalau terlambat, ibu akan marah kepada hamba. Hamba titipkan nangka ini di istana.” “Boleh saja,” ujar raja, “letakkan nangka itu di samping pintu dapur!”

Bau nangka yang sedap itu tercium ke seluruh istana. Salah seorang putri raja juga mencium bau nangka itu. Seleranya pun timbul.

“Aku mau memakan nangka itu!” kata putri berusaha mencari dimana nangka itu berada. “Kaiau nangka itu masih tergantung di dahan, aku akan memanjat untuk mengambilnya!”

Tentu saja putri raja tidak perlu bersusah payah memanjat pohon nangka karena nangka itu ada di samping pintu dapur. Ia segera mengambil pisau dan nangka itu pun dibelah serta dimakan sepuas-puasnya.

Kita tentu dapat menerka kejadian selanjutnya. Anak itu menuntut ganti rugi kepada raja. Pada mulanya raja bingung, tetapi dengan lapang dada beliau bertitah, “Ketika nyamukmu dipatuk ayam jantan, ayam jantan itu menjadi gantinya. Ketika ayam jantan mati karena alu, kuserahkan alu itu kepadamu. Demikian pula ketika alumu patah tertimpa nangka, nangka itu menjadi milikmu. Sekarang, karena putriku menghabiskan nangkamu, tidak ada jalan lain selain menyerahkan putriku kepadamu.”

(11)

12. Kelinci Dan Telinganya Yang Panjang

Pengarang: Aesop

Kategori: Fabel

Seekor singa terluka karena tersedak oleh sebuah tanduk kambing hutan yang tidak sengaja tertelan sewaktu makan. Dia menjadi sangat marah dan menganggap bahwa semua hewan yang menjadi mangsanya seharusnya tidak memiliki tanduk yang berbahaya seperti itu, yang dapat membuatnya terluka saat makan. Karena itu dia lalu memerintahkan semua hewan yang memiliki tanduk, segera meninggalkan hutannya dalam waktu satu hari.

Perintahnya membuat semua hewan dalam hutan menjadi ketakutan. Semua hewan yang memiliki tanduk, secepatnya berkemas-kemas dan meninggalkan hutan tersebut. Termasuk seekor kelinci, yang kita tahu, tidak memiliki tanduk. Kelinci tersebut begitu khawatirnya sampai susah tidur di malam itu dan bermimpi buruk tentang singa.

Dan ketika dia keluar dari sarangnya di pagi hari, dilihatnya bayangan dirinya di tanah, dengan telinganya yang panjang, seolah-olah dia memiliki tanduk yang sangat panjang, sang Kelinci menjadi sangat ketakutan.

"Selamat tinggal tetanggaku semua," katanya. "Saya akan meninggalkan hutan ini. Sang Singa pasti menganggap bahwa telinga saya ini adalah tanduk, walaupun itu tidak benar."

Pesan Moral: Jangan biarkan musuhmu memiliki alasan untuk menjatuhkan kamu.

13. Kerbau Dan Kambing

Pengarang: Aesop

Kategori: Fabel

Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.

Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."

Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

14. Kisah Nabi Sulaiman Dan Semut

Pengarang: Anonim

Kategori: Fabel

(12)

boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini. Firman Allah, Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.

Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya, Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh. (An-Naml: 16-19)

Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun? Sebesar biji gandum, jawabnya.

Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu. Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya? tanya Nabi Sulaiman. Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya. Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.

Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.

15.

Harimau, Petapa, Dan Anjing Hutan

Yang Cerdik

Pengarang: Joseph Jacobs

Kategori: Fabel

(13)

Kebetulan saat itu lewatlah seorang petapa. "Lepaskan saya dari kurungan ini, oh petapa yang saleh!" teriak sang Harimau.

"Tidak, temanku," balas Petapa secara halus, "Kamu mungkin akan memangsa saya jika saya melakukannya."

"Tidak akan!" sumpah sang Harimau; "sebaliknya, Saya akan sangat berterima kasih sekali dan akan menjadi budakmu!"

Setelah sang Harimau menangis dan mengeluh sambil menggerutu, hati petapa menjadi lunak dan akhirnya membuka pintu kandang. Melompatlah sang Harimau keluar, menerjang petapa yang sial, lalu berteriak, "Betapa bodohnya kamu! Tak ada yang bisa menghalangi saya untuk memangsa kamu sekarang, apalagi saya sangat lapar sekali!"

Dengan ketakutan sang Petapa memohon agar dibiarkan hidup; akhirnya sang Petapa berjanji akan bertanya kepada tiga mahluk tentang keadilan dan Petapa itu juga berjanji akan memenuhi keputusan yang diberikan oleh tiga mahluk tersebut.

Jadilah Petapa itu bertanya kepada sebuah pohon yang besar tentang hal keadilan, dan sang Pohon menjawab dengan dingin, "Apa yang kamu keluhkan? Saya memberikan keteduhan dan tempat bernaung bagi semua yang lewat, dan mereka membalas ku dengan mematahkan cabang-cabangku untuk dimakankan ke ternak mereka? Jangan cengeng, bertindaklah seperti laki-laki!" Kemudian petapa dengan hati sedih, melihat seekor sapi yang menarik gerobak dan bertanya tentang keadilan, "Kamu sangat bodoh karena mengharapkan terima kasih! Lihat saja saya! Dulunya saat saya memberikan mereka susu, mereka memberikan saya makanan yang enak, tetapi saat saya tidak lagi bisa memberikan susu, saya dipaksa menarik gerobak dan bajak, dan tidak lagi mendapatkan makanan lezat!"

Petapa yang sedih lalu bertanya kepada sebuah jalan.

"Tuan," kata sang Jalan, "betapa bodohnya engkau mengharapkan hal-hal yang tidak mungkin! Lihatlah saya, sangat berguna ke semua orang, kaya, miskin, besar, kecil, tetapi mereka tidak memberikan saya apa-apa selain debu dan kotoran!"

Akhirnya petapa ini berbalik untuk kembali dan di tengah jalan dia bertemu dengan seekor anjing hutan yang bertanya, "Ada masalah apa tuan Petapa? Anda terlihat sangat sedih seperti ikan kehilangan air!"

Petapa lalu menceritakan segala hal yang terjadi. "Sungguh membingungkan!" kata sang Anjing Hutan, maukah anda mengulang cerita anda kembali, karena segalanya campur aduk?"

Lalu Petapa mengulangi ceritanya kembali, dan sang Anjing Hutan masih menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Sangat aneh," katanya, "tetapi mari kita ke tempat kejadian, mungkin saya bisa memberikan penilaian."

Berdua mereka menuju ke tempat kejadian di mana saat itu sang Harimau sudah menunggu. "Kamu pergi terlalu lama!" teriak sang Harimau, "tapi sekarang saya akhirnya bisa memulai makan siangku."

Petapa menjadi ketakutan dan memohon.

"Tunggu sebentar, tuanku!" kata sang Petapa, "saya harus menjelaskan sesuatu ke Anjing Hutan ini tentang kejadian tadi."

Sang Harimau setuju dan ikut mendengarkan penjelasan Petapa ke Anjing Hutan.

(14)

"Puuuh!" potong sang Harimau, "bodohnya kamu! Saya yang berada dalam kandang"

"Tentu saja!" kata Anjing Hutan, berpura-pura gemetar ketakutan; "Ya! Saya berada dalam kandang - tidak - duh, bodohnya saya? Coba saya lihat lagi - Harimau ada di dalam Petapa, dan sebuah kandang kebetulan berjalan lewat - tidak - sepertinya tidak begitu! duh, saya tidak akan pernah bisa mengerti!"

"Kamu bisa mengerti!" jawab sang Harimau sambil marah karena kebodohan Anjing Hutan. "Saya yang berada dalam kandang - apakah kamu mengerti?" tanya Harimau.

"Bagaimana anda bisa berada dalam kandang, tuan Harimau?" tanya Anjing Hutan kembali. "Bagaimana? cara biasa saja tentunya!" jawab Harimau.

"Kepalaku mulai pusing!, Jangan marah tuanku, tetapi yang anda maksud cara biasa itu bagaimana?" tanya Anjing Hutan.

Harimau menjadi kehilangan kesabaran dan melompat masuk ke dalam kandang, lalu berteriak, "Cara begini! Apakah kamu mengerti sekarang?"

"Mengerti dengan jelas!" jawab Anjing Hutan sambil tersenyum dan menutup pintu kandang rapat-rapat, "menurut saya, sebaiknya anda tetap berada di dalam kandang itu!"

Sang Petapa saat itu berterima kasih sekali kepada Anjing Hutan atas bantuan dan kecerdikannya. - See more at: http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=463#sthash.ShiqbjRA.dpuf

16. Gembala Kambing Dan Kambing Liar

Pengarang: Aesop

Kategori: Fabel

Pada suatu hari yang dingin, dimana badai dan angin bertiup kencang, seorang gembala kambing menggiring kambing-kambingnya ke tempat perlindungan di sebuah gua. Ternyata dalam gua itu juga didapati segerombolan kambing hutan ikut berteduh. Sang Gembala sangat ingin membuat agar gerombolan kambing hutan hutan itu mau menjadi bagian dari ternaknya. Untuk itu, sang gembala memberi mereka makanan yang baik hingga sekenyang-kenyangnya. Sedangkan untuk kambing gembalaannya sendiri, hanya diberi makan sedikit. Saat cuaca menjadi terang, sang Gembala pun menggiring kambing-kambingnya keluar bersama dengan gerombolan kambing hutan. Saat gerombolan kambing hutan keluar dari gua, kambing tersebut meninggalkan sang Gembala dan meneruskan perjalanannya ke sepanjang bukit .

Inikah bentuk terima kasih kalian setelah saya memperlakukan kalian dengan baik dan memberi kalian makanan yang banyak?" tanya sang Gembala.

"Jangan berharap kami akan ikut gerombolan ternakmu," kata seekor kambing hutan. "Kami tahu bagaimana kamu akan memperlakukan kami nantinya saat segerombolan ternak baru datang, seperti kamu memperlakukan kambing-kambingmu saat kami datang tadi."

Bagaimanakah sikap yang dimiliki tokoh utama dalam cerita anak penggembala dan Serigala?

rajin. (bahasa indonesia kd 3.10)​

Apa yang disebut tokoh dalam cerita dongeng?

Tokoh dalam sebuah cerita kebanyakan manusia atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Tokoh juga diartikan sebagai pelaku rekaan dalam sebuah cerita yang memiliki sifat manusia pada umumnya.

Bagaimana sifat dari tokoh anak gembala pada dongeng tersebut?

Orang sekampung akan datang membantumu," seperti itu nasihat sang tuan. Anak gembala adalah sosok yang rajin, namun jahil. Ia mempunyai rencana jahil untuk memanggil warga dengan berteriak ada serigala.

Apa pesan yang terkandung dalam cerita anak gembala dan Serigala?

Pada dongeng 'Anak Gembala dan Serigala', pesan moral yang bisa diambil adalah bahwa kebohongan bisa merugikan diri sendiri. Hal ini terlihat dari para warga kampung yang sudah tidak mau percaya dan menolong anak gembala tadi.