Sebutkan perbedaan Gereja dengan lembaga sosial


Kompetensi Dasar:

Menjelaskan peran gereja sebagai institusi sosial dan persekutuan orang percaya di tengah tantangan kehidupan masa kini

Indikator:

1)      Mengidentifikasikan Definisi ’gereja’

2)     Mengidentifikasikan peran gereja sebagai institusi sosial

3)     Mengidentifikasikan peran gereja sebagai persekutuan orang percaya

4)     Mengkritisi peran gereja dalam kehidupan nyata

Referensi Alkitab:

Kitab Efesus, Ibr 10:24-25, I Kor 12, Rm 5

Uraian pelajaran

Kata ’gereja’ dalam bahasa Indonesia mengacu kepada bahasa Portugis ’igreja’. Namun, istilah ’gereja’ dalam Alkitab, dalam bahasa aslinya (Yunani) menggunakan dua istilah yaitu ekklesia dan kuriakon.

Ekklesia artinya dipanggil keluar. Orang-orang yang pertama dipanggil keluar adalah murid-murid Yesus yang pertama (Mat 4:18-22). Dari sini kita mendapatkan pemahaman bahwa kata ’gereja’ mengacu kepada pribadi-pribadi, yaitu orang-orang sebagai pribadi ataupun kelompok yang bersekutu bersama-sama. Bahkan dimana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Yesus, di situ Dia ada (Mat 18:20). Istilah lain yang digunakan adalah ’jemaat’. Dari konsep ini gereja juga dipahami berfungsi sebagai organisme dan organisasi.

Ayat-ayat di Alkitab menunjukkan perbedaan antara Gereja lokal  dan Gereja Universal. Semua orang yang percaya di dalam Yesus untuk  keselamatan adalah bagian dari Gereja Universal. Tetapi hanya apabila mereka    bergabung di dalam sebuah tubuh lokal dari orang-orang beriman maka disebut sebagai gereja lokal.

Jemaat lokal yang terdiri dari orang-orang yang telah diselamatkan dan digembalakan oleh seorang Gembala adalah tubuh Tuhan. Juga disebut mempelai wanita dengan Kristus sebagai mempelai pria. Dalam perannya terhadap dunia ia disebut tiang penopang dan dasar kebenaran, yaitu tempat bagi manusia di dunia untuk mendapatkan kebenaran. Sekumpulan orang bisa disebut Jemaat Tuhan atau mempelai Kristus, atau tiang penopang dan dasar kebenaran, harus memenuhi dua syarat utama, yaitu; terdiri dari orang-orang yang telah lahir baru dengan keanggotaan yang jelas, dan digembalakan oleh seorang yang mengasihi Tuhan.

Contoh-contoh dari gereja lokal: Paulus menulis surat kepada Gereja-gereja    lokal (misalnya: Galatia) yang mempunyai pemimpin-pemimpin khusus (Rm 16:1,5).     Yesus juga berbicara pada perkumpulan-perkumpulan lokal, dan menunjukkan     kebutuhan-kebutuhan mereka yang khusus sebagai tubuh ( Why 2,3). Orang-orang beriman lokal ini berkumpul bersama-sama secara teratur (Ibr 10:25) untuk berdoa, mengajar dan bersekutu (Kis 2:42). Baru setelah itu mereka   akan benar-benar mengerti bagaimana untuk menjadi anggota yang benar dari  Gereja Universal yang terdiri dari orang-orang dari berbagai macam suku, bahasa  dan bangsa (Why 5:10).

Berikutnya, kata kuriakon mengacu pada tempat ibadah, gedung gereja tempat beribadah. Di tempat ini jemaat melakukan berbagai bentuk kegiatan dan persekutuan di antara orang percaya.

  1. 2. Peran Gereja sebagai Institusi Sosial

Institusi sosial adalah perkumpulan yang dilembagakan oleh undang-undang, adat atau kebiasaan atau dapat juga desebut sebagai persekutua, perkumpulan, organisasi sosial yang berkenaan dengan mayarakat. Dalam hal ini gereja disebut sebagai lembaga atau institusi sosial. Namun sebagai institusi sosial, gereja berbeda dengan lembaga-lembaga lainnya, karena Gereja terbentuk oleh Allah yang memanggil, bukan sekedar adanya orang yang berkumpul karena adanya kepentingan bersama. Gereja mempunyai hakikat yang lain. Gereja berada di dalam dunia tetapi bukan berasal dari dunia (Yoh 17:11). John Stott mengatakan bahwa gereja mempunyai identitas ganda. Di satu pihak orang percaya dipanggil untuk keluar untuk menjadi milik Allah dan di lain pihak diutus kembali ke dalam dunia untuk menjadi saksi-Nya dan untuk melayani.

Gereja berada di dalam dunia karena Gereja dipanggil menjadi saksi Kristus di tengah dunia. Sebagai garam dan terang (Mat 5) mempunyai berbagai peranan baik secara individual maupun secara organisasi, dalam segala bidang untuk melayani masyarakat (pendidikan, kesehatan, politik, sosial, seni, dan lain-lain. Namun sayangnya gereja masa kini banyak yang sibuk berkutat hanya dalam gereja sendiri.

Pemuda Gereja terkesan alergi dan anti terhadap ormas, dikarenakan terlalu sempit memandang dan beranggapan : ormas itu negatif (berbau politik). Idealnya para Pemuda Gereja-lah diharapkan terjun aktif di dunia ke-ormasan untuk dapat menjadi garam dan terang di masyarakat, bangsa dan negara. Kodrat Pemuda adalah melakukan peran dan tanggung jawab dalam komitmennya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, dan keberpihakan kepada masyarakat. Untuk itulah gelar yang diberikan dan yang disandang pemuda sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of Social Control). Untuk menciptakan model pemuda yang dimaksud diatas maka ormas adalah sarana dan arena belajar, bereksperimen dan berlatih menjadi Agent of Change dan Agent of Social Control. Sehingga dengan demikian, sangat perlu  bagi para siswa yang adalah pemuda (gereja) untuk aktif dan mau terlibat untuk dibina di Organisasi-organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang ada termasuk organisasi-organisasi kepemudaan, organisasiorganisasi profesi, organisasi-organisasi fungsional merupakan wadah yang tepat untuk membangun kepeloporan dan kepemimpinan seperti yang diharapkan itu.

Sepanjang sejarah kita telah menyaksikan keteladanan anak-anak Tuhan yang terlibat aktif menjadi garam dan terang di tengah masyarakat seperti:

Daniel – terlibat dalam pemerintahan Babel (pemerintahan)

Daud – sebagai raja (pemimpin negara)

Yusuf – sebagai orang kepercayaan Firaun (pemerintahan)

Mother Theresa – bidang sosial

  1. 3. Peran Gereja sebagai Persekutuan Orang Percaya

Sebelum gereja bisa menjalankan peran sosial di tengah masyarakat, maka gereja perlu menjadi gereja yang bertumbuh terlebih dahulu. Kitab Efesus memberikan gambaran tentang gereja sebagai wadah untuk:

– Mengumpulkan dan menumbuhkan tubuh Kristus……. Ef 1:22-23

– Membangun sebuah tempat ibadah/bangunan …………. Ef 2:21-22

– Membangun sebuah keluarga ……………………………….. Ef 3:15

– Mendewasakan seseorang ……………………………………. Ef 2:15 4:13

– Mempersiapkan seorang mempelai wanit………………. Ef 5:23-33

– Melengkapi/melatih seorang serdadu …………………….. Ef 6:10-18

Jelaslah kitab Efesus menggambarkan mengenai komunitas baru yang dibentuk oleh Kristus sendiri melalui karya di kayu salib. Gambaran gereja sebagai tubuh Kristus mengisyaratkan keberbagaian dalam persekutuan orang percaya dimana kita belajar saling menerima dan saling mendukung, saling membangun satu terhadap yang lain melalui berbagai karunia yang Allah berikan kepada masing-masing orang (1Kor 12, Rm 5). Koordinasi yang baik dan tidak saling menonjolkan diri menggambarkan gereja sebagai tubuh Kristus tunduk kepada Kristus yang adalah kepala tubuh.

Dalam gereja pulalah Allah memberikan pemimpin-pemimpin rohani (Ef 4:13-15) sehingga umat boleh terus bertumbuh dalam pengenalan akan Dia, dan semakin dewasa tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran yang menyesatkan sehingga semakin sempurna dan terus membangun di dalam Dia, bagi kemuliaan-Nya.

Karenanya dinasehatkan agar orang percaya tidak meninggalkan persekutuan Ibr 10:24-25 tetapi saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling melayani sesama anggota  Dengan cara demikianlah gereja sebagai individu maupun jemaat boleh terus membangun dirinya dan menjadi berkat bagi sekelilingnya.

  1. 4. Mengkritisi peran gereja dalam kehidupan nyata

Wawancara ke gereja untuk mengetahui sejauh mana gereja sebagai suatu organisasi atau lembaga melakukan perannya di tengah masyarakat.

Bikin proyek pribadi, bagaimana sebagai gereja secara individu berperan dalam membangun diri dan orang lain baik di dalam maupun di luar gereja. penilaian kerja sama dengan BK

Pos ini dipublikasikan di Bahan PAK tingkat SMU. Tandai permalink.

15 Kegiatan praksis dari teologi sosial sudah dilaksanakan tidak hanya dalam kehidupan jemaat pertama tetapi sebelum penyaliban Yesus. Teologi sosial ini telah dikembangkan pada saat Yesus mengembara bersama para murid-Nya. Berdasarkan hal ini, praksis teologi sosial kemudian terus dikembangkan secara teratur dan sistematis oleh gereja, sehingga hal itu dirangkum dalam tri tugas gereja yakni marturia bersaksi, koinonia bersekutu, dan diakonia melayani. 4 Tetapi praksis teologi sosial ini biasanya hanya menyentuh pelayanan manusia terhadap sesamanya manusia. Semua arah pelayanan gereja hanya ditujukan kepada sesama manusia antroposentris dan Allah teosentris. Karena itu satu kesadaran baru telah muncul dan berkembang pesat dalam cakrawala berpikir manusia, yakni bahwa lingkungan hidup atau ekologi dan alam ciptaan merupakan bagian yang utuh dalam risalah-risalah teologis, pemahaman dan penghayatan kerohanian umat manusia 5 sehingga gereja sebagai salah satu lembaga sosial dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

2.3 Gereja sebagai Lembaga Sosial

Gereja adalah persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Gereja memiliki lima model dalam melaksanakan tugas panggilannya. Dua dari lima itu adalah gereja dilihat sebagai institusi dan gereja sebagai pewarta. Gereja sebagai institusi merupakan pemahaman bahwa gereja dipandang sebagai suatu masyarakat yang cenderung untuk mengutamakan struktur kepemimpinan sebagai elemen formal dalam masyarakat. Pada dasarnya, pandangan ini mau menekankan aspek gereja sebagai sebuah lembaga yang di dalamnya ada struktur organisasi yang jelas dalam pembagian tugas dan kewajiban. Tugas dan tanggung jawab itu adalah untuk 4 Eka Darmaputera via Soegeng Hardiyanto, Pergumulan dalam pengharapan: Teologi Sosial dan Gerakan Keesaan. BPK Gunung Mulia. 1999:Jakarta, 132. 5 Amatus Woi, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi: Tinjauan Teologis atas Lingkungan Hidup. Kanisius. 2008:Yogyakarta, 13. 16 mengajar, menguduskan dan memimpin. Ketiga fungsi ini, merupakan pengarah bagi gereja khususnya orang-orang yang mendapatkan jabatan gerejawi untuk melakukan tugas itu dalam rangka mewujudkan kasih Tuhan di tengah-tengah kehidupan gereja. Penekanan penting dalam menjalankan tugas itu adalah melayani yakni menyalurkan ajaran dan rahmat Kristus sendiri. 6 Karena itulah, maka penting juga untuk melihat model gereja sebagai pewarta. Gereja sebagai pewarta menekankan pada SabdaFirman Tuhan. Menurut model ini, gereja dikumpulkan dan dibentuk oleh Sabda Allah. Misi gereja adalah mewartakan apa yang sudah didengar, diimani dan yang sudah diserahkan kepadanya untuk diwartakan. 7 Dalam tugasnya sebagai pewarta kebenaran, gereja tidak hanya menyentuh dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan iman saja, tetapi gereja juga memiliki hak dan kewajiban untuk bersuara dengan penuh wewenang atas masalah-masalah sosial, ekonomi dan sebagainya. Sebab bagaimana pun juga, gereja hidup di tengah-tengah masyarakat dengan persoalan sosial yang kompleks. 8 Dengan kenyataan seperti yang telah dijelaskan tersebut maka, ada beberapa alasan mengapa gereja melakukan intervensi terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi, antara lain: 9 1 Masalah-masalah sosial pada umumnya tidak dapat dirumuskan semata-mata dari segi teknis kenyataan-kenyataan sosial, ekonomi dan politik. Di dalamnya juga termuat masalah moral dan etika. Karena itu, iman Kristen diharapkan dapat menerangi suara hati dan memungkinkan orang Kristen untuk memenuhi kewajibannya dalam konteks historis tertentu dengan tetap memiliki keterbukaan terhadap yang transenden. 2 Masalah-masalah sosial pada umumnya kerap kali berasal dari kecenderungan manusia untuk mementingkan dirinya atau dalam istilah teologis, keberdosaan manusia. 6 Avery Dulles, Model-model Gereja. Nusa Indah. 1990:Yogyakarta, 34-35. 7 Ibid., 73. 8 Ricardo Antoncich, Iman dan Keadilan: Ajaran Sosial Gereja dan Praksis Sosial Iman. Kanisius. 1990:Semarang, 17. 9 Ibid., 18. 17 Ketidakadilan sosial sebagaimana yang terjadi dalam bentuk jurang kaya-miskin, pemerasan manusia atas sesamanya, pengangguran, kemiskinan, perkosaan hak-hak kaum miskin, dan sebagainya. Ketidakadilan sosial ini juga yang dirasakan oleh lingkungan hidup. Hal ini terbukti dari perilaku manusia yang mengekploitasi lingkungan secara besar-besaran sehingga menimbulkan banyak masalah. Semua perilaku ini merupakan ungkapan dari situasi-situasi keberdosaan manusia. 3 Gereja prihatin terhadap akibat-akibat dari permasalahan sosial itu karena kondisi-kondisi hidup yang tidak layak merupakan kendala bagi keselamatan manusia. 4 Ajaran gereja tentang permasalahan sosial dan tanggapan umat Kristen terhadapnya merupakan bagian dari pandangan hidup Kristen. Namun, meskipun gereja berusaha untuk terlibat dalam melihat masalah-masalah sosial yang terjadi, tetapi bukan berarti bahwa keberadaan gereja menyediakan obat manjur untuk menyembuhkan penyakit atau luka-luka sosial yang ada. Ajaran sosial gereja bukanlah ideologi atau pun analisis sosial ilmiah, meski pun di dalamnya termuat analisis-analisis yang tajam atas masyarakat, negara dan manusia. Tugas gereja sebagai salah satu lembaga sosial adalah untuk memberikan tanggapan iman dan memberikan pengarahan tindakan iman bagi umat Kristiani dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang ada, 10 termasuk di dalamnya masalah lingkungan hidup. Karena gereja merupakan bagian integral dari lembaga-lembaga sosial yang ada dan turut ambil bagian dalam tugas itu sehingga gereja memiliki kaitan yang erat dengan lembaga sosial lain dan sangat penting untuk menjalin kerja sama. Bahkan gereja juga perlu belajar dari lembaga sosial lainnya, dalam rangka mewujudkan terang kasih Tuhan ditengah- tengah kehidupan seluruh ciptaan melalui tindakan nyata praksis sebagai proses belajar seumur 10 Ricardo Antoncich, Iman dan Keadilan: Ajaran Sosial Gereja dan Praksis Sosial Iman. 19. 18 hidup yang terintegrasi. Bagaimana pun juga, ketika gereja ingin terlibat dalam melihat dan merespon masalah-masalah sosial yang terjadi salah satunya masalah linkungan hidup, gereja sendiri perlu memperhatikan pertimbangan etis dari etika lingkungan, agar hal itu juga dapat memperlengkapi gereja lebih lagi dalam melaksanakan perannya tersebut.

2.4 Etika Lingkungan