#SahabatPMK Guna mencegah penyebaran virus Covid-19, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Physical Distancing serta kebijakan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. . Namun, bagi kalian yang harus banget beraktivitas di luar rumah jangan lupa selalu pakai masker ya. . Pemerintah mewajibkan seluruh masyarakat Indonesia untuk mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah. . Eittts kalian juga harus tahu masker apa yang boleh dikenakan saat beraktivitas di luar rumah. Yuk disimak infografis berikut biar kalian lebih paham dan ikut serta melawan Covid-19. #BersatuLawanCovid19
batampos.co.id – Dokter Umum RSAB Batam, Aulia Astari, meminta masyarakat Kota Batam yang hendak keluar rumah, harus menggunakan masker. Kata dia, masker yang disarankan adalah yang berbentuk sungkup menutupi hidung dan mulut dengan filtrasi tinggi 95 persen. ”Masker itu dikenal dengan N95, namun harganya memang cukup mahal dari masker biasa,” ucap Aulia, Rabu (18/9/2019). Menurutnya, masker biasa yang umumnya beredar di pasaran hanya memiliki filtrasi 30-50 persen. Akan tetapi, hal tersebut sudah cukup membantu sebagai proteksi dari kabut asap, jika dibanding tidak memakai masker sama sekali. Ilustrasi masker N95. Foto: GoogleDi samping itu, Dokter Umum di RS Keluarga Husada Batam, Irwan Tan Sani, mengimbau agar masyarakat juga meningkatkan imunitas kekebalan tubuh dengan memenuhi kebutuhan vitamin. Terutama vitamin C, vitamin A dan vitamin E. ”Antioksidan banyak terdapat dalam vitamin tersebut yang memang memiliki fungsi untuk melindungi sel dari polusi atau kabut asap,” ungkap Irwan. Sementara itu, seorang warga bernama Runi mengeluhkan kesehatannya yang mulai menurun. ”Setiap malam batuk-batuk. Kadang juga demam,” ujar Runi, warga Belian, Rabu (18/9/2019). Kondisi itu dia alami sejak kabut asap menyelimuti Batam. ”Besok memang rencana mau berobat, takut kena ISPA,” ujarnya.(nji/yui/eja/cr1, she)
Lihat Foto KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan membuat sejumlah wilayah di sekitarnya tertutup kabut asap. Akibatnya, kualitas udara pun menjadi tidak sehat. Diberitakan Kompas.com, Jumat (5/9/2019), kabut asap yang mempengaruhi jarak pandang tersebut tidak hanya terjadi di Palembang, namun juga Kota Pekanparu, Riau. Bahkan sejumlah orang tua dan anak-anak di Kota Pekanbaru mengalami beberapa penyakit akibat polusi udara akibat karhutla itu. Berdasarkan riset 2013 yang dilakukan WHO, polusi udara dapat menyebabkan kanker pada manusia, terutama kanker paru-paru. Selain menyebabkan kanker, polusi udara juga mempengaruhi sistem pernapasan (paru-paru), dan sistem peredaran darah tubuh, seperti diare, malaria, dan radang paru atau pneumonia. Lalu, bagaimana cara mencegah dampak polusi udara pada kesehatan kita? Melansir Hello Sehat, berikut 5 cara mencegah dampak buruk polusi udara pada kesehatan: 1. Pakai masker saat keluar rumah Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah selalu memakai masker untuk menghalangi debu polusi udara yang terhirup dan bisa masuk ke saluran pernapasan. Sayangnya, sebagian masker yang dijual di pasaran bukanlah masker yang tepat untuk mencegah dan menghalangi polusi udara. Gunakan masker dengan bahan yang telah terbukti dapat menyaring udara sebaik mungkin, misalnya masker jenis n95.
2. Bersihkan lantai dari debu dan kotoran tempat tinggal secara berkala Bahan kimia dan alergen dari polusi udara bisa terkumpul dan menumpuk menjadi debu di lingkungan maupun di dalam rumah. Cara untuk meminimalisir penyebaran polusi udara ini adalah dengan menggunakan vakum yang mengandung filter high efficiency particulate air (HEPA). Vakum atau pembersih jenis ini dapat mengurangi debu dan kotoran yang terbuat dari bahan kimia brominated (PBDEs), serta alergen seperti serbuk sari, bulu hewan peliharaan, dan tungau debu. Teknologi filter HEPA diklaim mampu membuat bakteri dan alergen lainnya terjebak dalam penghisap debu. 3. Jaga kelembapan udara di dalam rumah Selain menggunakan filter HEPA, kita disarankan untuk menjaga tingkat kelembapan di dalam ruangan rumah atau kantor. Kita bisa menggunakan humidifier untuk melembapkan udara ruangan. Jaga kelembapan udara sekitar 30 hingga 50 persen, kelembapan dengan kadar tersebut dapat membantu mengendalikan alergen dan pemicu penyakit pernapasan lainnya. 4. Jaga asupan cairan dalam tubuh Minum air yang cukup sangat membantu membuang racun dari tubuh. Cairan tubuh yang cukup juga memicu kelembapan yang membantu menyerap polusi yang masuk ke dalam tubuh agar tidak meluas.
5. Konsumsi makanan sehat Makanan sehat sangat membantu menangkal racun jahat dari polusi udara. Oleh karena itu, konsumsilah makanan sehat, seperti sayur dan buah-buahan yang sarat akan vitamin C. Contohnya jeruk, lemon, anggur, dan jambu. Sayur dan buah-buahan juga dapat memperkuat sistem imu sehingga tubuh kita mampu melawan racun yang masuk ke dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan Universitas Otago juga menyebutkan, vitamin C lebih lama bertahan di jaringan tubuh jika melalui buah dibandingkan dengan dari suplemen. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.KOMPAS.com - Masyarakat di Riau sedang menghadapi persoalan kabut asap akibat kebakaran lahan. Selain memengaruhi jarak pandang, kabut asap semacam ini, tentu berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan yang dimaksud, mulai dari infeksi saluran saluran pernapasan atas (ISPA) hingga pneumonia. Lantas, langkah apa yang sebaiknya dilakukan saat menghadapi kabut asap? Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Yeny Tanoyo, Sp.PD kepada SehatQ menyebut ada beberapa langkah yang penting dilakukan ketika terjadi kabut asap. Patuhi instruksi evakuasi Dalam kondisi seperti ini, pemerintah daerah setempat diharapkan bisa mengevakuasi penduduk dari daerah dengan kabut asap yang berat. Kabut asap akibat kebakaran hutan, mengandung campuran gas dan partikel dari pohon-pohon serta tanaman lain yang terbakar. Asapnya bisa menimbulkan rasa sakit pada mata, iritasi pada sistem pernapasan. Bahkan yang terparah, asap akibat kebakaran hutan, bisa menyebabkan sakit jantung dan paru-paru. Oleh karena itu, apabila pemerintah daerah setempat sudah mengeluarkan instruksi evakuasi, kita harus menaatinya. Pemakaian masker Saat ini mungkin Anda telah mengenakan masker untuk menghadapi kondisi jalanan penuh asap maupun polusi. Namun, masker apa yang sebenarnya baik untuk menyaring udara saat terjadi kabut asap akibat kebakaran hutan? Masker bedah, yang bisa diperoleh dengan mudah, memang dirancang untuk menyaring partikel besar. Namun, masker jenis ini tidak bisa menyaring partikel kecil. Akibatnya, sebanyak 60-70% partikel masih bisa menembus saluran pernapasan.
Untuk beraktivitas di luar ruangan saat terjadi kabut asap, Anda disarankan menggunakan masker jenis N95. Masker jenis ini cukup efektif menghalau 90% partikel dari kabut asap. Namun, masker N95 sebaiknya hanya dipakai selama 8 jam (disposable). Selain itu, masker N95 tidak disarankan untuk anak-anak, wanita hamil, lansia, pasien dengan penyakit jantung, serta penyakit paru kronis. Kabut asap tentu akan memengaruhi kesehatan semua orang. Namun, tiga kelompok individu ini paling berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat kabut asap. Penderita penyakit jantung maupun paru-paru Orang-orang yang menderita sakit jantung, paru-paru, maupun asma, memiliki risiko lebih tinggi terhadap gangguan kesehatan, saat terjadi kabut asap. Lansia Para lansia bisa berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan karena kabut asap, akibat tingginya potensi mereka terhadap sakit jantung dan paru-paru. Anak-anak Saluran pernapasan anak-anak masih berkembang dan belum sempurna. Dibandingkan orang dewasa, anak-anak juga ternyata menghirup udara lebih banyak. Selain itu, anak-anak cenderung banyak menghabiskan waktu di luar ruangan untuk beraktivitas, termasuk bermain.
Apabila Anda tinggal di daerah yang rawan mengalami kabut asap, mempelajari dan melakukan langkah-langkah berikut ini, dapat mengurangi risiko terhadap gangguan kesehatan yang mungkin muncul. Pastikan kualitas udara di dalam rumah tetap baik Saat berada di dalam rumah, pastikan jendela dan pintu dalam kondisi tertutup. Jika tersedia, nyalakan pendingin ruangan atau air conditioner (AC). Apabila tidak memiliki AC dan merasa terlalu panas berada di dalam rumah dengan kondisi jendela tertutup, maka ada baiknya Anda menuju pengungsian maupun pusat evakuasi, yang jauh dari area kabut asap. Hindari aktivitas di dalam ruangan yang bisa sebabkan polusi Menyalakan lilin maupun kompor gas, bisa meningkatkan polusi di dalam ruangan. Selain itu, menyedot debu dengan vacuum cleaner, bisa meningkatkan perputaran partikel debu, yang malah menyebabkan polusi di dalam ruangan. Begitu pula dengan aktivitas merokok. Oleh karena itu, hindarilah hal-hal tersebut. Patuhi perintah evakuasi Anda disarankan untuk tetap memantau berita mengenai kabut asap. Jika ada instruksi untuk menjalani evakuasi dari pemerintah daerah setempat, taatilah perintah tersebut. Bawalah hanya barang-barang yang diperlukan. Ikuti jalur evakuasi yang sudah ditentukan. Sebab, sejumlah jalur mungkin telah ditutup. Lindungi diri saat membereskan tempat tinggal
Membereskan rumah kembali setelah terjadi kabut asap, bisa membuat Anda terekspos pada abu maupun partikel lainnya. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan iritasi pada mata, hidung, kulit, serta mengakibatkan batuk, dan gangguan kesehatan lainnya. Oleh karena itu, pastikan Anda melindungi tubuh dengan baik, saat membereskan tempat tinggal, setelah kabut asap berlalu. Perlukah berkonsultasi dengan dokter? Jika Anda mengalami asma maupun penyakit paru-paru lainnya, konsumsilah obat sesuai petunjuk dokter. Anda juga disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter, apabila gejala-gejalanya semakin parah. Dr. Yeny Tanoyo, Sp.PD menjelaskan, selain menimbulkan ISPA, kabut asap pun bisa mengakibatkan pneumonia, asma, serta penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Selain itu, dr. Yeny melanjutkan, penelitian menunjukkan, kabut asap dapat meningkatkan kekambuhan penyakit jantung iskemik dan gagal jantung. Sebagai dampaknya, serangan jantung bisa terjadi. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Editor: Wisnubrata |