Rasul yang mendapat gelar “al-amin” adalah nabi

GELAR Al Amin Rasulullah SAW sudah cukup dikenal kaum Muslimin. Al Amin merupakan gelar yang ditujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Gelar Al Amin bagi Rasulullah disandangkan oleh penduduk Makkah karena dikenalnya sebagai seorang laki-laki yang penuh amanah, jujur, dan dapat dipercaya.

Berkat fakta gelar Al Amin ini, amanah dan jujur, menarik hati seorang perempuan bernama Khadijah yang kemudian berharap dapat menikahinya. Ia melihat dengan mata kepala sendiri saat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dipekerjakan di usaha dagang yang digelutinya.

Baca juga: Kisah Rasulullah Sangat Amanah, Bahkan ke Orang yang Hendak Membunuhnya 

Amanah atau dapat dipercaya menjadi salah satu karakter unggulan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, sebagaimana dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam yang memiliki sifat terpuji tersebut.

Rasul yang mendapat gelar al-amin” adalah nabi

Amanah yang diberikan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dilaksanakan dengan baik sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada seluruh umat serta Allah Subhanahu wa ta'ala. Hal ini yang akhirnya membuat sosok Rasulullah mendapat gelar Al Amin, atau orang yang dapat dipercaya. Tidak hanya dipercaya oleh kaum Muslimin, melainkan juga meliputi orang-orang kafir.

Baca juga: Rukun Hibah dalam Islam 

Di zamannya, kisah Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam yang begitu amanah tergambar dalam suatu peristiwa di mana Beliau dipercayai sebagai orang yang mampu menjaga barang titipan atau harta berharga bagi siapa pun yang menitipkan kepadanya, termasuk orang-orang kafir, yang diketahui begitu membenci.

"Orang-orang kafir di Makkah menentang Rasulullah, mengingkari Beliau, hingga sepakat untuk membunuh Beliau. Namun ketika mereka memiliki harta berharga, mereka tidak mendapatkan tempat yang mereka percaya untuk menitipkan harta mereka sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam. Mereka percayai Rasulullah dalam menjaga harta berharga milik mereka, dan tidak dikhianati oleh Rasulullah," ungkap Habib Ahmad bin Novel dalam ceramahnya, dikutip dari kanal Youtube Muezza.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Sejatinya jika seseorang ingin menitipkan suatu hal berharga seperti harta, tentu akan memberikannya kepada orang-orang terdekat, bukan orang yang dibencinya atau yang dianggap musuh. Hal ini juga dibarengi dengan sikap yang lebih baik dan santun agar orang yang diberi amanah dalam menjaga harta tersebut tak berniat buruk seperti membawa kabur harta atau menyembunyikannya.

"Tapi lihat, mereka titipkan harta berharga mereka ke Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan di saat bersamaan dengan nyaman mereka menganggu, menganiaya, hingga sepakat membunuh Rasulullah. Tidakkah mereka takut harta mereka dibawa pergi Rasulullah? Jawabannya tidak. Karena mereka sadar betul, sekalipun mereka mengganggu Rasulullah, Beliau tak akan mengkhianati mereka," tambahnya.

Baca juga: Merdunya Al Mulk Dibacakan Hafidz, Putra Ustadz Yusuf Mansur 

Inilah yang disebut dengan kemuliaan yang sesungguhnya, yakni kemuliaan yang diakui oleh musuh sekalipun. Maka ketika mendengar huru hara bahwa para orang kafir tersebut berniat untuk membunuhnya akan datang ke depan rumah beliau dengan pedang di tangannya yang siap menebas, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam langsung melancarkan niatnya untuk berhijrah pergi dari Kota Makkah. Namun di saat itu beliau juga perintahkan Ali bin Abi Thalib untuk mengembalikan harta titipan tersebut kepada mereka, orang-orang kafir, pemilik harta tersebut yang ingin membunuh Rasulullah.

Wallahu a'lam bishawab.

  • #jujur
  • #Amanah
  • #Al Amin
  • #Gelar Al Amin Rasulullah SAW

Al-Amin adalah sebuah gelar yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Gelar Al-Amin bagi Nabi Muhammad SAW disandangkan oleh penduduk Mekkah karena dikenalnya Nabi Muhammad SAW sebagai seorang laki-laki yang penuh amanah, jujur dan dapat dipercaya. Dan karena fakta ini, amanah dan jujur, saja yang menarik hati seorang Khadijah yang kemudian berharap dapat menikahinya, setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri saat dia dipekerjakan di usaha dagang yang digelutinya.[1]

  1. ^ Islam.com. Al-Amin Gelar untuk Muhammad SAW

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Al-Amin&oldid=19180396"

Kaligrafi Nabi Muhammad. Foto: Shutterstock

Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kualitasnya sebagai manusia berakhlak mulia jauh sebelum menjadi Rasul. Hal ini telah diakui olah para penduduk Mekkah yang menyematkan gelar Al Amin atau orang yang dapat dipercaya kepada beliau. Mengapa Rasulullah mendapat gelar tersebut?

Pemberian gelar ini bukan tanpa alasan. Sebagai pedagang, Nabi Muhammad tidak pernah berkata dusta demi keuntungan. Mengutip jurnal Analisis Etika Bisnis dan Marketing Nabi Muhammad SAW tulisan Ubbadul Adzkiya’, Nabi Muhammad digambarkan sebagai pribadi yang sangat baik dan jujur. Beliau selalu mengatakan dengan jujur tentang barang yang dijualnya, termasuk tentang kerusakan atau kejelekan barang tersebut.

Dalam buku Manajemen Bisnis Syariah tulisan Ali Hasan, Rasulullah SAW diceritakan selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan sesuai dengan kualitas yang diminta pelanggan.

Riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Muhammad mendapat julukan Al Amin ketika masyarakat Mekkah merenovasi Ka’bah. Berikut ini adalah kisahnya.

Kisah Renovasi Ka’bah dan Gelar Al Amin Nabi Muhammad SAW

Menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Foto: Shutterstock

Melansir jurnal Kontribusi Pemikiran Muhammad SAW Pra dan Pasca Kenabian Era Makkiah tulisan tulisan Agus Jaya (2011), terjadi banjir besar di Mekkah ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun.

Kaum Quraisy pun bermaksud membangun kembali Ka’bah yang hancur setelah diterjang banjir. Ketika pembangunan Ka’bah telah rampung, terjadi perselisihan sengit mengenai siapa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.

Semua kabilah bertekad untuk bisa meletakkan Hajar Aswad. Kemudian Abu Umayyah bin Mughiroh sebagai orang tertua di antara semua kabilah menawarkan jalan keluar.

“Barang siapa yang pertama kali masuk melalui pintu as-Shofa maka ialah yang berhak untuk mengambil kebijakan tentang peletakkan Hajar Aswad tersebut,” katanya.

Presiden Jokowi mencium Hajar Aswad. Foto: Dok. Istimewa

Ternyata Allah SWT menakdirkan bahwa orang yang pertama kali memasuki pintu masjid adalah Nabi Muhammad SAW. Ketika melihat sang Nabi, mereka berkata: “Ini adalah al-Amin dan kami ridho terhadap keputusannya”.

Mereka pun menjelaskan apa yang terjadi kepada Nabi Muhammad. Beliau kemudian meminta kain lalu mengangkat Hajar Aswad ke atas kain tersebut dengan tanggannya.

Beliau meminta setiap pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut dan kemudian bersama-sama mengangkatnya menuju tempat Hajar Aswad. Nabi Muhammad mengangkat Hajar Aswad dari kain lalu meletakkannya di tempat semula.

Alhasil dengan keputusan yang bijaksana ini, hilanglah perselisihan di antara kaum Quraisy. Julukan Al Amin yang disandang Nabi Muhammad merupakan bukti bahwa beliau adalah orang yang sudah diakui kredibilitasnya di masyarakat Arab.