Mengapa keindahan gaya bahasa ilustrasi dan uraian penjelasan yang

Bahasa dalam karya sastra mengandung unsur keindahan. Keindahan adalah aspek dari estetika. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Zulfahnur, Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang menarik dalam sebuah bacaan. Setiap penulis mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang ditulisnya. Hal ini selaras dengan pendapat Pratikno (1984: 50) bahwa sifat, tabiat atau watak seseorang itu berbeda-beda. Gaya bahasa ialah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efekefek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis pada hakikatnya adalah cara menggunakan bahasa yang setepat-tepatnya untuk melukiskan perasaan dan pikiran penulis yang berbeda dari corak bahasa sehari-hari dan bersifat subyektif. Majas dibagi menjadi 4 kelompok yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa sindiran, gaya bahasa penegasan dan gaya bahasa pertentangan. Sudjiman (1998: 13) menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Karya sastra adalah sebuah wacana yang memiliki kekhasan tersendiri. Seorang pengarang dengan kreativitasnya mengekspresikan gagasannya dengan menggunakan bahasa dengan memanfaatkan semua media yang ada dalam bahasa. Gaya berbahasa dan cara pandang seorang pegarang dalam memanfaatkan dan menggunakan bahasa tidak akan sama satu sama lain dan tidak dapat ditiru oleh pengarang lain karena hal ini sudah menjadi bagian dari pribadi seorang pengarang. Kalaupun ada yang meniru pasti akan dapat ditelusuri sejauh mana persamaan atau perbedaan antara karya yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat diketahui mana karya yang hanya sebuah jiplakan atau imitasi. Pemilihan bentuk bahasa yang digunakan pengarang akan berkaitan fungsi dan konteks pemakaiannya. Pemakaian gaya dalam sastra selalu dikaitkan dengan konteks yang melatar belakangi pemilihan dan pemakaian bahasa. Semua gaya bahasa itu berkaitan langsung dengan latar sosial dan kehidupan di mana bahasa itu digunakan. Melalui gaya bahasa pembaca dapat menilai kepribadian dan kemampuan pengarang, semakin baik gaya bahasa yang digunakan, semakin baik pula penilaian terhadapnya. Sering dikatakan bahwa bahasa adalah pengarang yang terekam dalam karya yang dihaslkannya. Oleh sebab itu setiap pengarang mempunyai gayanya masing-masing. Beberapa ragam majas dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:  Gaya bahasa perbandingan, terdiri dari: Metafora, personifikasi, asosiasi, alegori, parable, metonomia, litotes, sinekdopke (dibagi menjadi 2, pares pro toto dan totem pro tate), eupisme,    hiperbola, alusio, antonomasia, perifrase, simile, sinestesia, aptronim, hipokorisme, dipersonifikasi, disfemisme, fabel, eponym, dan simbolik. Gaya bahasa sindiran, terdiri dari: Ironi, sinisme, sarkasme, innuendo, dan satire. Gaya bahasa penegasan, terdiri dari: Pleonasme, repetisi, paralelisme, klimaks, anti-klimaks, inversi, elepsi, retoris, koreksio, asimdeton, polisindeton, interupsi, eksklamasio, enumerasio, preterito, apofagis, pararima, aliterasi, tautologi, sigmatisme, antanaklasis, alonim, kolokasi, silepsis, dan zeugma. Gaya bahasa pertentangan, terdiri dari: Paradoks, oksimoron, antithesis, kontradiksio interminis, anakronisme. Pola Penyajian Informasi Lisan Beberapa pola penyajian atau penyampaian informasi secara lisan adalah seperti berikut. 1. Pola Contoh Parafrasa dengan pola contoh dikembangkan memerinci atau memberikan ilustrasi untuk menjelaskan ide pokoknya. Contoh: Pohon pisang merupakan pohon yang banyak fungsinya. Selain buahnya, daun dan batangnya dapat dimanfaatkan. Daun pisang dapat digunakan untuk membungkus, sedangkan batangnya dimanfaatkan untuk membuat perhiasan dalam pernikahan. 2. Pola Proses Parafrasa diuraikan dalam bentuk proses, dengan memerinci cara kerja, langkah-langkah atau tahapan pelaksanaan. Parafrasa dengan pola ini berbentuk uraian ekspositoris Contoh: Berikut ini adalah proses pembuatan lumpia. Pertama, tumis bawang bombai dan bawang putih sampai harum. Kedua, masukkan daun bawang dan ayam cincang, masak selama kurang lebih tiga menit. Ketiga, masukkan jagung manis, jamur kancing, bayam, lada, gula pasir, dan bumbu penyedap secukupnya. Keempat, aduk sampai rata jagung dan bumbu-bumbu tersebut sampai layu. Terakhir, masukkan larutan maizena sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk kurang lebih lima menit dan sisihkan. 3. Pola Sebab Akibat Parafrasa dengan pola ini diawali dengan mengemukakan atau menggambarkan hal-hal yang menunjukkan sebab dan akhiri dengan suatu akibat. Contoh: Mencuci dengan sabun deterjen dapat memudarkan warna tekstil atau bahan pakaian. Memudarnya warna pakaian terlihat seperti lusuh dan usang. Pakaian lusuh tidak layak untuk dipakai. Akibatnya, banyak orang tidak menggunakan lagi sabun deterjen untuk mencuci pakaian. 4. Pola Urutan/Kronologis Parafrasa pola ini pemaparannya diuraikan berdasarkan urutan waktu dan rangkaian kejadiannya. Parafrasa pada pola urutan/kronologis bersifat narasi. Contoh: Mencuci dengan sabun deterjen dapat memudarkan warna tekstil atau bahan pakaian. Memudarnya warna pakaian terlihat seperti lusuh dan usang. Pakaian lusuh tidak layak untuk dipakai. Akibatnya, banyak orang tidak menggunakan lagi sabun deterjen untuk mencuci pakaian. Pola Pengembangan Paragraf 1. Klimaks-Antiklimaks   Klimaks adalah perincian gagasan cerita dari bawah menuju gagasan cerita yang paling puncak. Bisa juga diartikan sebagai bagian dalam cerita yang mendeskripsikan peristiwa sampai pada konflik yang paling tinggi. Anti klimaks adalah variasi gagasan yang dimulai dari gagasan cerita yang paling tinggi kemudian diikuti dengan gagasan yang lebih rendah secara perlahan-lahan. Bisa juga diartikan sebagai penurunan masalah dalam cerita dari konflik tertinggi kemudian berangsur-angsur menuju ke konflik terendah.da Sudut Pandang Pola sudut pandang ialah pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada persepsi berkaitan dengan posisi atau tempat penulis pada sebuah teks. Perbandingan dan Pertentangan Perbandingan adalah upaya mengamati persamaan yang dimiliki oleh dua benda atau lebih, sedangkan pertentangan lebih banyak menonjolkan perbedaan yang ada pada dua benda atau lebih. Analogi Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Contoh Sebuah gagasan dalam paragraf menjadi terang benderang ketika diperkuat dengan beberapa contoh atau ilustrasi. Contoh dapat diuraikan dalam bentuk narasi atau deskripsi. Pola Klausalitas Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut biasanya juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama, sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya. a. Pola Sebab–Akibat Contoh : Batu akik saat ini sedang menjadi primadona. Bukan hanya dikalangan bapak-bapak saja, bahkan ibu-ibu dan anak-anak pun juga menyukai batu permata ini. Tak heran harga batu akik untuk jenis tertentu sangat mahal dan pedagang batu akik mendapatkan untung yang tinggi. b. Akibat-Sebab Contoh : Banyak pedagang batu akik yang meraup keuntungan yang luar biasa. Hal ini dikarenakan kepopuleran batu akik setahun terakhir ini. Batu akik saat ini sedang menjadi primadona. Bukan hanya dikalangan orang tua saja, bahkan ibu-ibu dan anak-anak pun juga menyukai batu permata ini. Generalisasi Generalisasi adalah menarik kesimpulan dengan cara penalaran secara umum berdasarkan referensi data, atau peristiwa khusus secara representatif. Klasifikasi Klasifikasi adalah usaha mengelompokkan berbagi hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian hubungan di antara berbagai hal itu menjadi satu kesatuan yang utuh. Definisi Luas Paragraf ini menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan. C. Jenis-jenis teks 1. Teks Anekdot Jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yan ditanggapi dengan reaksi. Anekdot mempunyai struktur teks : (1) abstraksi (2) orientasi (3) krisis (4) reaksi (5) koda 2. Teks Deskripsi Jenis teks yang menggambarkan keadaan (sifat, bentuk, ukuran, warna, dsb) sesuatu (manusia atau benda) secara individual dan unik. Teks ini mengutamakan hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Struktur teks nya adalah (1) pernyataan umum (2) uraian bagian-bagian. 3. Teks Diskusi Jenis teks yang berisi tinjauan terhadap sebuah isu dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu sisi yang mendukung dan menentang isu tersebut. Teks diskusi sering disebut teks argumentasi dua sisi. Struktur teks nya adalah : • Isu • Argumentasi • Argumentasi yang menentang • Kesimpulan/rekomendasi 4. Teks Editorial Jenis teks pada koran atau majalah yang merupakan ungkapan wawasan atau gagasan terhadap sesuatu yang mewakili koran atau majalah tersebut. Editorial juga disebut tajuk rencana. 5. Teks Eksemplum Jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi. Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Struktur teks nya adalah : (1) abstrak (2) orientasi (3) insiden (4) interpretasi (5) koda 6. Teks Eksplanasi Jenis teks yang menjelaskan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Pada teks eksplanasi, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya. Struktur teksnya adalah : (1) Pernyataan umum (2) Urutan alasan logis 7. Teks Eksposisi Jenis teks yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau megusulkan sesuatu berdasarkan argumentasi yang kuat. Teks ini berbeda dengan teks diskusi yang berisi dua sisi argumentasi; teks eksposisi hanya berisi satu sisi argumentasi: sisi yang mendukung atau sisi yang menolak. Struktue teksnya adalah : (1) pernyataan pendapat (tesis) (2) argumentasi (3) penegasan ulang pendapat 8. Teks Naratif Teks rekaan yang berisi komplikasi yang menimbulkan masalah yang memerlukan waktu untuk melakukan evaluasi agar dapat memecahkan masalah tersebut. Teks naratif umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, cerita pendek, atau novel. Struktur teksnya adalah : (1) abstrak (2) orientasi (3) komplikasi (4) evaluasi (5) resolusi (6) koda 9. Teks Negosiasi Proses tawar-menawar dng jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yg lain. Struktur teksnya adalah : (1) pembukaan (2) isi (3) penutup 10. Penceritaan (recount) Jenis teks yang berisi pengungkapan pengalaman atau peristiwa yang dilakukan pada masa lampau. Struktur teksnya adalah : (1) orientasi (2) urutan peristiwa (3) reorientasi 11. Teks Prosedural Jenis teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah itu biasanya tidak dapat dibalik-balik, teks tersebut disebut protokol. Struktur teksnya adalah : (1) tujuan yang akan dicapai (2) langkah-langkah  Kritik sastra merupakan penilaian baik atau buruk terhadap karya sastra. Kritik sastra mirip resensi. Akan tetapi, kritik sastra lebih ilmiah dari pada resensi. Kritik sastra dapat menilai isi, bentuk, atau peristiwa yang terdapat dalam sastra. Kritik sastra dapat mengkritik cerpen, novel, roman, drama, atau puisi. Kritik sastra dibagi menjadi kritik sastra ilmiah dan kritik sastra nonilmiah.  Yakob Sumardjo (1986:21) mengatakan bahwa kritik sastra mempunyai tujuan mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan ke tataran lebih baik (tertinggi), di sisi lain bermakna memberikan apresiasi terhadap karya sastra itu secara lebih baik.  Karakteristik kritik sastra :  - Bertujuan untuk menilai karya sastra secara objektif.  - Penilaian berdasarkan kriteria tertentu.  - Mengungkapkan kelebihan dan kekurangan karya sastra dengan menyertakan  bukti-bukti tekstual dari karya yang dikritik.  - Ada simpulan penilaian kritikus terhadap karya sastra yang dikritik.  Kritik sastra merupakan penilaian baik atau buruk terhadap karya sastra. Kritik sastra mirip resensi. Kritik sastra dibagi menjadi kritik sastra ilmiah dan kritik sastra nonilmiah.  Yakob Sumardjo (1986:21) mengatakan bahwa kritik sastra mempunyai tujuan mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan ke tataran lebih baik (tertinggi), di sisi lain bermakna memberikan apresiasi terhadap karya sastra itu secara lebih baik. Secara ringkas, kebiasaan, adat, dan etika dapat didefinisikan sebagai berikut. Membaca novel-novel terbitan tahun 20-an dan 30-an memberi kita banyak pengetahuan. Kita bisa mendapat informasi tentang kehidupan masyarakat pada masa itu seperti kebiasaan, adat, dan etika yang berlaku pada saat itu.  Nilai-Nilai yang Berubah : 1. Alat transportasi kuda. Kini orang menggunakan motor atau mobil sebagai alat transportasi. 2. Hukuman buang atau dikirim ke wilayah lain. Saat ini umumnya penjahat dihukum di penjara di wilayah ia diadili. 3. Kepatuhan kepada adat secara ketat. Di jaman sekarang, orang memilih aturan adat yang bisa dijalankan sesuai dengan kondisi masa kini. 

Nilai-nilai yang tidak berubah : menghormati orang tua, anak membantu meringankan beban orangtua