Show Kelas VIII SMPMTs Semester 1 126 Teater tradisional diklasiikasikan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Teater RakyatCiri teater rakyat yaitu: improvisasi, sederhana, spontan, dan me nyatu dengan kehidupan rakyat. Contoh-contoh teater rakyat : a Makyong dan Mendu dari daerah Riau dan Kalimantan Barat. b Randai dan Bakaba dari Sumatra Barat. c Mamanda dan Bapangdung dari Kalimantan Selatan. d Arja, Topeng Prembon, dan Cepung dari Bali. e Ubrug, Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Tarling dan Ketuk Tilu dari Jawa Barat. f Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco dari Jawa Tengah. g Kentrung, Ludruk, Ketoprak, topeng Malang, Reog dan Jemblung dari Jawa Timur. h Cekepung dari Lombok. i Dulmuluk dan Sumatra selatan dan Sinrili dari Sulawesi Selatan. j Lenong, Blantek, dan Topeng Betawi dari Jakarta.2. Teater KlasikTeater klasik lahir dan berkembang dari lingkungan keraton. Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang ter latih, gedung pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat penontonnya, lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Karena lahir dan ber kembang dari lingkungan keraton yang sangat menjunjung tinggi tata krama maka Sumber gambar: silakminangpandekcupak. blogspot.com Gambar 7.3 Pementasan teater Randai dari Minang kabau. Sumber gambar: ladangseni.wordpress.com Gambar 7.4 Pementasan teater Mamanda dari Kalimantan Selatan. Sumber: ladangseni.wordpress.com Gambar 7.5 Pementasan Ludruk. Di unduh dari : Bukupaket.com Seni Budaya 127 sifat teater klasik bersifat feodalistik. Contoh teater klasik; Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek. Unsur cerita dalam teater klasik ber sifat statis, tetapi me miliki daya tarik. Di perlu kan kreativitas seorang dalang atau pelaku teater klasik untuk dapat meng hidup kan lakon dalam pertunjukan.3. Teater Transisi.Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat, contoh teater transisi : a Komidi Stambul b Sandiwara Dardanela c Sandiwara Srimulat d Sandiwara Miss Cicih. Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bah kan sudah menjadi bagian yang tidak ter pisah kan. Kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa ritual keagamaan, tingkat-tingkat hidup, siklus hidup kelahiran, per - tumbuhan dan ke matian, juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan ke- khasan dalam tata cara penyampaiannya. Se- bagian besar daerah di Indonesia mem punyai kegiatan berteater yang tumbuh dan ber kembang secara turun te mu run. Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya agraris ber tani yang tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan, siklus ke hidupan maupun hiburan, misalnya untuk memulai menanam padi harus di adakan upacara khusus untuk me minta bantuan leluhur agar padi yang ditanam subur, berkah, dan terjaga dari berbagai gangguan. Ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka dilaksanakan upacara panen. Peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang kelahiran, khitanan, naik pangkat, Dalam status dan kematian selalu ditandai dengan peristiwa- Sumber gambar: antaranews.com Gambar 7.6 Teater Randai di Mi nang kabau. Sumber gambar: indonesiakaya.com Gambar 7.7 Ketoprak merupakan salah satu teater yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur Sumber gambar: Kemdikbud.2013 Gambar 7.8 Pementasan Lenong Topeng Betawi. Di unduh dari : Bukupaket.com Kelas VIII SMPMTs Semester 1 128 peristiwa teater dengan penampilan berupa tarian, nyanyian maupun cerita, dengan acara, tata cara yang unik dan menarik. Media ekspresi yang dipergunakan berbentuk laku, gerak, suara, dan bunyi yang dilakukan secara terpadu. Wujud pertunjukan tidak hanya dilakukan dengan dialog dan laku tetapi dilakukan juga dengan “gerak” atau menari dan menyanyi, serta diiringi oleh musik yang merupakan kesatuan. Untuk lebih mengenali dan memahami teater Tradisional. Tabel berikut ini dapat digunakan untuk mengidentiikasi ciri-ciri umum dan fungsi-fungsi teater Tradisional. Ciri dan Fungsi Teater Tradisional. Ciri-Ciri Umum Teater Tradisional Fungsi – Fungsi Teater Tradisional 1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari. 1. Pemanggil kekuatan gaib 2. Penyajian dengan dialog, tarian, dan nyanyian. 2. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir ditempat terselenggaranya pertunjukan 3. Unsur lawakan selalu muncul 3. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat. 4. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus yaitu tertawa dan menangis. 4. Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya. 5. Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional . 5. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang seperti keberhasilan menempati suatu kedudukan, jabatan kemasyarakatan, Jadi kepala suku atau adat. 6. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab bahkan terlibat dalam pertunjukan dan berdialog langsung dengan pemain. 6. Pelengkap upacara untuk saat-saat terten- tu dalam siklus waktu. Upacara kelahiran, kedewasaan dan kematian. 7. Mempergunakan bahasa daerah. 7. Sebagai media hiburan. Fungsi hiburan ini yang lebih menonjol di kalangan teater rakyat. 8. Tempat Pertunjukan terbuka dalam bentuk arena dikelilingi penonton. Di unduh dari : Bukupaket.com Seni Budaya 129 Buku ini tidak akan membahas teater yang memiliki fungsi sebagai ritual. Teater yang akan dibahas adalah teater yang ber sifat drama artinya mengandung unsur cerita, penokohan, d a n p e m a n g g u n g a n . Teater tradisional yang akan dibahas adalah teater sebagai media hiburan. Hiburan yang dapat memberikan tontonan sekaligus tun tu nan. Ketika kamu menonton teater, kamu bisa mendapatkan berbagai pe ngalaman dan pelajaran tentang kehidupan.B. Keunikan Seni Peran Teater Tradisional
Salam sahabat pendidikan dimanapun berada, berikut kita akan mengurai penjelasan tentang pengertian seni peran, ragam seni peran, teknik seni peran, kreativitas seni peran, dan unsur seni peran, yang akan menjadi inti pembahasan kita pada kesempatan kali ini dan untuk lebih jelasnya mari kita simak ulasan singkat berikut ini. Seni peran dengan watak peran yang hadir memiliki sifat;
Mengapa Seni peran disebut sebagai unsur penting dalam pementasan teater? sebab tanpa kehadiran seni peran yang dilakukan seorang atau banyak orang selaku pemeran di suatu pentas maka tidak mungkin terjadi peristiwa yang disebut dengan “teater”. Oleh karena itu, pembelajaran pertama dan yang paling utama dalam seni teater yang kamu harus pahami yaitu teori, konsep, teknik dan prosedur tentang seni peran.
Pengeritan Seni Peran secara etimogi berasal dari kata “ to act to” yang artinya berbuat, bertindak, melakukan atau berbuat menjadi atau berbuat seakan – akan menjadi di luar dirinya. Dari kalimat/kata “ to act ” lahirlah istilah actor dan actris. Actor adalah istilah penamaan untuk pemeran, pelaku atau pemain untuk pria sedangkan istilah actris yaitu istilah penamaan untuk pemain atau pemeran wanita. Oleh karena itu berbicara mengenai pemain yang memiliki padanan; aktor, aktris, pelaku, atau pemeran kehadirannya tidak dapat lepas dari seni peran. Keberagaman seni teater yang kita miliki dan yang kita ketahui, baik teater yang bersifat tradisional maupun non tradisional (transisi, modern, dan kontemporer) memiliki jenis dan bentuk pementasan yang khas yang berhubungan erat dengan kehidupan secara adat dan upacara yang mengantarkan pada pembahasan seni peran dalam teater tradisional. Perlu Kamu ketahui pula bahwa teater tradisional yang bertumbuh kembang di daerah bersifat khas dan unik yang jika dilihat dari unsur-unsur pembentuk seninya dapat dibedakan menjadi dua bentuk pementasan, yakni teater tradisional rakyat dan teater tradisinal istana yang jika dikaitkan dengan media exprsinya maka dapat pula dibedakan menjadi dua yaitu terater manusia dan teater boneka. Berdasarkan struktur pementasannya teater tradisional, mulai dari pementasan musik, tarian pembukaan, bodoran/lawakan, babak drama/lakon yang dibawakan hingga musik penutup dalam membawakan seni perannya, maka dapat dibedakan menjadi tiga jenis gaya berikut ini. Dalam teater tradisional rakyat, menurut Sembung, (1992:33) dapat dikatagorikan dalam tiga jenis, yaitu;
Seni peran dengan gaya komikal biasanya hadir ketika pelawak mulai muncul atau tampil dalam adegan comic relief (bagian komik).
Seni peran dengan gaya realistik biasanya ditampilkan oleh pemeran lainnya dalam membawakan lakon yang bersumber dari kehidupan sehari-hari (sejarah) / realistik/ realita, sedangkan
Seni peran dengan gaya agung biasanya diperankan dalam membawakan cerita atau lakon kerajaan (babad, mitologi, dst,). Karena lakon yang diperankan pada teater tradisional rakyat tidak berdasar pada naskah tertulis, melainkan pada garis besar cerita atau lakon (bagal, bedrip), maka setiap pemeran tidak menghafalkan dialog untuk kebutuhan pentasnya melainkan dengan melakukan improvisasi (aksi spontan). Jika kita memperhatikan pementasan teater tradisional (rakyat dan istana), setiap pemerannya memiliki kemampuan peran yang ganda dalam membawakan perannya. Disamping memiliki keterampilan dalam gaya khas membawakan peran tokoh lakon cerita, mereka juga terampil dalam bernyanyi, menari, memainkan, dan memahami iringan musik pada pementasannya. Dengan demikian, artinya bahwa seorang pemeran dalam pementasan teater rakyat dituntut untuk tidak hanya sekedar dapat berdialog melalui kata-kata atau gestur tubuh, melainkan pula harus memiliki kemampuan menari, menyanyi, menabuh, dan memahami iringan musik. Seni peran dalam perkembangannya dimasa sekarang ini lebih populer atau lebih dikenal dengan istilah “seni acting”. Seorang pemain dalam melakukan perannya dikenal dengan kata; aktor, aktris, pemain, tokoh, pemeran dan seterusnya. Aktor, aktris, pemain, tokoh, pemeran merupakan inti atau unsur utama dalam seni peran. Maka dari itu, tanpa kehadiran seorang pemain dalam pementasan tidak akan terjadi peristiwa pementasan seni. Namun perlu diingat pula, dalam seni peran, baik itu teater tradisional ataupun teater pengembangan atau teater modern; agar terjadi komunikasi antar para pemain dan penonton maka ada beberapa unsur - unsur penting yang harus diketahui yang antara lain sebagai berikut.
Para ahli teater atau teaterawan memiliki pendapat bahwa seorang aktor, aktris, atau pemain seperti halnya dengan tanah lempung atau tanah liat yang siap untuk dibentuk menjadi apa saja, yang artinya bahwa aktor atau seorang pemain sebagai bahan baku utama mampu menjadi media melalui kepekaan, tubuh, rasa serta suara dalam membawakan peran dalam tuntutan lakonnya (cerita) yang diekspresikan secara estetis melalui simbol atau lambang audio (suara, kalimat, kata-kata), visual (gerakan tubuh) serta penjiwaan (penghayatan terhadap peran) di atas pentas. Dengan demikian kepekaan dan mengolah kesadaran terhadap unsur seni peran yang melingkupinya mampu menampilkan perannya sesuai watak peran dengan takaran yang tepat, sehingga mampu mengundang pesona, decak kagum dalam suatu pementasan. Selain itu, dalam seni peran juga akan dialami dan ditemukan persoalan takaran atau ukuran dalam menciptakan irama permainan apakah lebih mengarah pada akting yang berlebihan atau akting dibawah ukuran standar atau takaran yang seharusnya, sehingga irama permainan menjadi monoton, tidak berkembang, menjemukan, membosankan lawan main dan juga penonton. Dalam seni peran, terjadi kebebasan tafsir, orisinil, bersifat laku jujur atas peran yang diemban para pemainnya. Sebagai contoh, peran yang sama dari satu lakon dari pengarang yang sama, diperankan oleh seseorang dapat terjadi perbedaan penafsiran dalam membawakan seni peran, karena jam terbang dan pengalaman dalam dunia seni peran yang berbeda dan itulah bukti bahwa dalam dunia seni peran terkandung nilai kejujuran tanpa manipulasi. Penghargaan baik tidaknya atau memikat tidaknya seni peran yang dibawakan oleh seseorang hanya dapat diberikan oleh audiensnya (penontonnya), bukan atas penilaian diri sendiri pemain atau aktor lainnya. Berdasarkan jenis dan bentuk teater tradisional tersebut, termasuk di dalam hal seni peran, maka terkait dengan seni peran yang dibawakan para aktor, aktris, pemain, dalam seni peran teater tradisional dapat dikemukakan ciri atau identitas pembentuk seninya yang diantaranya sebagai berikut.
Kita juga harus memahami bahwa belajar seni peran sebagai unsur penting dalam seni teater, juga hendaknya diketahui beberapa unsur terkait seni peran tersebut . Unsur – unsur yang dimaksud yaitu tubuh, suara, rasa, pikir, dan artistik penunjang seni peran. Melalui pembelajaran dan latihan yang sungguh-sungguh dalam penguasaan teknik seni peran dapat memunculkan pemeran yang menganggumkan, memiliki pesona, mengigit, memiliki greget, mengandung ruh dan peran menjadi lebih hidup (menarik hati penonton). Hal inilah yang sejatinya yang harus dilakukan oleh seorang pemain atau aktor dalam seni teater.
Demikian ulasan singakat tentang Pengertian, Unsur, Jenis, Bentuk, dan Ciri Seni Peran Teater Rakyat dan Istana tersebut diatas, semoga bermanfaat dan teriamkasih. |