Jelaskan peran sultan hamengkubuwono ix dalam mempertahankan kemerdekaan

Abdurrahman, Dudung. (2011). Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak.

Atmakusumah. (1982). Tahta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengkubuwono IX. Jakarta: Gramedia.

Buwono V, Sultan Hamengku. (1847). Serat Wuruk Respati.

Darban, Adaby. (1998). Biografi Pahlawan Nasional Sultan Hamenku Buwana IX. Jakarta: Depdikbud.

Eswe, M.A. Rumawe. (2008). Ngarsa Dalem Dundum Warisan. Yogyakarta: LKiS.

G. Moedjanto. (1994). Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Yogyakarta: Kanisius.

Jandra, Mifedwil, et al. (2006). Konsep Moral dan Pendidikan dalam Manuskrip Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: YKII UIN Sunan Kalijaga.

Jirhanudin. (2010). Perbandingan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kansil, C.S.T. (1993). Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Karim, M. Abdul. (2007). Islam Nusantara. Yogyakarta: Gramasurya.

Karim, M. Abdul. (2014). Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Bagaskara Yogyakarta.

Margana, S. (2004). Kraton Surakarta dan Yogyakarta 1769-1874. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan The Toyota Foundation.

Maryam, Siti. (2002). Sejarah Peradaban Islam, Dari Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: LESFI.

Munslow, Alun. (2003). The New History. England: Pearson Education Limited.

Nurhajarini, Dwi Ratna, et al. (2012). Yogyakarta dari Hutan Beringin ke Ibukota Daerah Istimewa. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional. Yogyakarta.

Pangesti, Rama Ageng. (2007). Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Penerbit Cahaya Ningrat.

Poerwokoesoemo, Soedarisman. (1981). Sebuah Tinjauan tentaang Pepatih Dalem. Yogyakarta: Proyek Javanologi.

Pour, Julius dan Nur Adji (Eds.). (2012). Sepanjang Hayat Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan IX. Jakarta: PT Kompas Media Indonesia.

Purwadi. (2006). Sejarah Kanjeng Sultan Hamengku Buwono IX. Yogyakarta: Hanan Pustaka.

Setiawan, Otong. (2001). Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Penerbit Yrama Widya.

Soeratnoet, Chamamah. et al. (ed). (2004). Kraton Yogyakarta: the History and cultural heritage (2nd print). Yogyakarta and Jakarta: Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat and Indonesia Marketing Associations.

Suwarno, P.J. (1994). Hamengku Buwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta 1942-1974: Sebuah Tinjauan Historis. Yogyakarta: Kanisius.

Tim Penyusun. (2017). Sejarah Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta tanpa penerbit.

Yatim, Badri. (1995). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yunita et al. (2004). Karya Tulis Ilmiah Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Yuniyanto, Tri. (2010). Daulat Raja Menuju Daulat Rakyat: Demokratisasi Pemerintahan di Yogyakarta. Surakarta: Penerbit Cakra Books.

Yusuf, Mundzirin. (2014). Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: SUKA Press.

5. Bagaimana peran Sultan Hamengkubuwono IX dalam mempertahankan keutuhan negara dan bangsa Indonesia? Jawab: Pada waktu Sultan Hamengku Buwono IX dinobatkan menjadi raja Yogyakarta pada tahun 1940, beliau dengan tegas menunjukkan sikap nasionalisnya. Sikap tersebut diperkuat ketika tidak sampai tiga minggu setelah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Kerajaan Yogyakarta adalah bagian dari negara Republik Indonesia. Sultan Hamengku Buwono IX mengirim ucapan selamat kepada Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden. Sejak awal kemerdekaan, Sultan Hamengku Buwono IX banyak memberikan fasilitas bagi pemerintah RI yang baru terbentuk untuk menjalankan roda pemerintahan, misalnya markas ibu kota RI pernah berada di Yogyakarta atas saran beliau. Pada waktu perang kemerdekaan, Sultan Hamengku Buwono IX memberi bantuan logistik dan perlindungan bagi kesatuan-kesatuan TNI. Sultan Hamengku Buwono IX pernah menolak tawaran Belanda yang akan menjadikannya raja seluruh Jawa setelah Agresi Militer Belanda II.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama


Page 2

Fokus masalah dalam skripsi ini adalah: Bagaimana runtutan peristiwa-rnperistiwa yang terjadi pasca kemerdekaan (Perang Kemerdekaan), Bagaimana rnpemerintahan HB IX di Kasultanan Yogyakarta selama ia menjadi seorang Sultan, rndan Bagaimana peranan HB IX dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. rn Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan rnmetode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah merupakan proses untuk rnmenguji serta menganalisis kesaksian sejarah dengan tujuan untuk menemukan data rnyang autentik dan dapat dipercaya. Sedangkan, pendekatan yang digunakan oleh rnpenulis adalah pendekatan sosiologi. rn Adapun penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1. Peristiwaperistiwa yang rnterjadi pasca kemerdekaan di antaranya, peristiwa perjuangan diplomasi dan rnperjuangan fisik. Perjuangan diplomasi seperti, perundingan Linggarjati, perundingan rnRenville, persetujuan Roem-Royen dan sebagainya. Sedangakan, perjuangan fisik rnialah Agresi Militer Belanda I dan II dan Serangan Umum 1 Maret 1949. 2. rnpemerintahan Kasultanan Yogyakarta mengalami perubahan ketika dipimpin oleh HB rnIX. Pendidikan Barat yang ditempuhnya, membuat ia melakukan pembaharuan di rndalam pemerintahan Yogyakarta. 3. Peranan HB IX dalam mempertahankan rnkemerdekaan RI sangatlah besar. Ia mampu menemukan trobosan-trobosan baru rnuntuk membuka jalan buntu yang dialami oleh Indonesia pada waktu perang rnkemerdekaan, di antaranya bidang sosial dan ekonomi, pendidikan dan masih banyak rnlagi. Mulai sikapnya yang tegas mendukung RI sejak proklamasi sampai rnkeberaniannya menghadapi tekanan-tekanan dari tentara Belanda yang menduduki rnYogyakarta sebagai ibukota RI dalam masa perang kemerdekaan tersebut.

Tidak tersedia versi lain

Latar belakang penelitian ini yaitu setelah bangsa Indonesia merdeka hingga terjadinya perubahan bentuk negara Indonesia yang semula sejak KMB (Konferensi Meja Bundar) adalah negara federal kembali menjadi bentuk negara kesatuan (1945-1950). Kondisi Indonesia yang masih kacau baik bidang sosial, politik dan ekonomi mendorong Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengaplikasikan tindakan penyelamatan Republik Indonesia. Sikap demokrasi dan optimis Sultan Hamengku Buwono IX yang dipelajarinya sejak kecil menjadi landasan untuk memutuskan berbagai tindakan. Proses pengamanan masa awal kemerdekaan hingga akhir Agresi II, penataan negara dimasa peralihan untuk mempersiapkan KMB, penandatangan penyerahan kedaulatan KMB di Jakarta, dan menjaga pertahanan negara pasca KMB dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono IX. Hal ini mengakibatkan proses integrasi antara negara-negara bagian RIS bersama RI. Penelitian ini mengkaji beberapa masalah ; (1) bagaimana latar belakang Hamengku Buwono IX mempertahankan kemerdekan Republik Indonesia; (2) bagaimana tindakan Hamengku Buwono IX dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945-1950. Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah: (1) mengkaji secara mendalam latar belakang Hamengku Buwono IX mempertahankan kemerdekan Republik Indonesia; (2) mengkaji secara mendalam tindakan atau strategi Hamengku Buwono IX dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945-1950. Adapun manfaat yang ingin dicapai peneliti adalah (1) bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk mendalami materi sejarah pada masa 1945-1950 dan tokoh Sultan Hamengku Buwono IX; (2) bagi calon guru sejarah, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan materi mengenai sejarah Indonesia masa 1945-1950 dan peranan tokoh Sultan Hamengku Buwono IX; (3) bagi pemuda, penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan semangat untuk mencintai Republik Indonesia, menjaga persatuan, dan menghargai pengorbanan para pahlawan; (4) bagi almamater, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tambahan, referensi dan pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat sebagai salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dan menambah khasanah kepustakaan Universitas Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang langkah-langkahnya adalah Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Konflik milik Lewis Coser, sementara pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan sosiologi politik. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) Sultan Hamengku Buwono IX berhasil membantu Republik Indonesia untuk memindah ibukota ke Yogyakarta untuk menghindari konflik dengan Belanda di Jakarta. (2) Selain memindahkan ibu kota, Sultan memberikan berbagai fasilitas dan hartanya untuk berkorban mempertahankan Republik Indonesia. (3) Ketika Belanda menduduki Yogyakarta pada Agresi Militer II, Sultan Hamengku Buwono IX lewat serangan umum yang dirancangnya berhasil membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada dan harus dilanjutkan dalam meja perundingan. (4) Sultan mempersiapkan masa peralihan menuju KMB dan menjadi penerima mandat penandatangan penyerahan kedaulatan KMB di Jakarta. Bentuk federal yang tercipta dari KMB menciptakan suatu konflik di berbagai daerah Indonesia. Terdapat kelompok yang mendukung bentuk negara kesatuan dan kelompok federal yang lebih menginginkan Republik Indonesia Serikat harus tetap berdiri. Konflik yang terus berlanjut akhirnya menimbulkan pemberontakan dari Westerling di negara bagian Pasundan. Pemberontakan Weterling berhasil diketahui dan dicegah oleh Sultan Hamengku Buwono IX. Tokoh federalis yang juga bekerjasama dengan Westerling, yaitu Sultan Hamid II berhasil ditangkap. Sehingga membuat gerakan penyatuan di berbagai daerah negara bagian semakin kuat dan terwujud pada 17 Agustus 1950.