Berapa lama batuk berdahak pada bayi sembuh

Suara.com - Moms Jangan Panik saat Bayi Batuk Terus-menerus, Ini Cara Mengatasinya

Batuk pada bayi memang sering terjadi. Sebagai respon tubuh alami batuk yang sesekali terjadi merupakan hal normal. Namun apabila batuk pada bayi berlangsung terus-menerus maka dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan terterntu.

Sebagai orang tua, penting untuk mengatahui jenis batuk yang umum dialami oleh bayi. Pasalnya, setiap jenis batuk memiliki faktor penyebab yang berbeda-beda sehingga metode penanganan maupun jenis obat batuknya pun berbeda. Selain itu, batuk pada bayi juga dapat menjadi gejala dari penyakit tertentu yang bisa membahayakan kesehatan bayi.

Berikut ini adalah penjelasan jenis-jenis batuk pada bayi beserta gejala dan penyebabnya, sebagaimana yang dilansir Hello Sehat dari Parents.

Baca Juga: Minum Air Pegunungan, Anak ini Batuk Berdarah Sampai 10 Hari, Apa Sebabnya?

Berapa lama batuk berdahak pada bayi sembuh
Ilustrasi bayi mengisap empeng (Pixabay/Ben_Kerckx)

1. Batuk gejala pilek atau flu

Hidung beringus dan sakit tenggorokan dapat menjadi indikasi bahwa si kecil akan terserang pilek atau flu. Selain itu, bayi bisa saja mengalami batuk. Dua jenis batuk yang umum dialami oleh bayi ketika terserang flu di antaranya:

Batuk Berdahak

Batuk berdahak merupakan jenis batuk pada anak yang disertai oleh keluarnya dahak. Pada bayi, batuk ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri yang terjadi di saluran pernapasan.

Infeksi tersebut menyebabkan saluran nafas memproduksi lendir berlebih sehingga menghambat udara untuk mengalir di saluran pernapasan. Kelebihan dahak pun merangsang terjadinya batuk. Saat bayi mengalami pilek atau flu, mereka lebih berisiko mengalami batuk berdahak.

Baca Juga: Suara Hilang Akibat Batuk, Inilah yang Sedang Terjadi pada Tubuh Anda

Batuk Kering

Berbeda dengan batuk berdahak, batuk kering tidak disertai dengan keluarnya dahak. Jenis batuk pada bayi ini biasanya dipicu oleh alergi dan virus pilek atau flu. Kondisi tersebut menyebabkan peristiwa post-nasal drip yang mana membuat hidung menghasilkan lendir berlebih sehingga jatuh ke bagian belakang tenggorokan dan merangsang terjadinya batuk.

2. Batuk Croup

Batuk croup adalah infeksi pernapasan yang terjadi ketika laring atau kotak suara, batang tenggorokan (trakea), dan bronkus, yaitu saluran udara ke paru-paru mengalami iritasi dan membengkak. Pembengkakan pada sejumlah saluran pernapasan ini dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan sehingga bayi sulit untuk bernapas dan bayi akan mengeluarkan batuk seperti gonggongan.

Gejalanya akan berupa panas, demam, adanya ingus di dalam hidung. Pada kondisi tertentu, saat batuk pada bayi semakin parah bisa menyebabkan si kecil sesak napas sehingga kulitnya lama kelamaan memucat atau membiru karena kekurangan oksigen.

Selain disebabkan oleh infeksi influenza, parainfluenza RSV, campak, dan adenovirus, batuk pada bayi ini juga bisa diakibatkan oleh alergi dan asam lambung yang naik. Batuk ini bisa menyerang bayi berumur 3 bulan, tapi juga rata-rata dapat menyerang anak usia 5 sampai di atas 15 tahun.

3. Batuk Rejan

Bayi merupakan golongan usia yang paling rentan terkena batuk rejan (pertusis) atau yang lebih populer dikenal dengan batuk seratus hari. Selain batuk berkepanjangan, batuk rejan juga ditandai dengan tarikan napas yang mengeluarkan suara bernada tinggi “whoop” atau mengi (berbunyi ngik ngik). Batuk pada bayi ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang menginfeksi saluran pernapasan.

Gejalanya yang muncul dapat berupa panas, demam, adanya ingus di dalam hidung. Bakteri ini biasa menjangkiti bayi berusia enam bulan hingga tiga tahun. Saat mengalami batuk ini, bayi juga berpotensi untuk terkena komplikasi yang menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti paru-paru basah pneumonia, epilesi, dan pendarahan pada otak.

Karena disebabkan oleh bakteri, maka batuk rejan dapat diatasi dengan mengonsumsi antibiotik, yakni erythromycin, tentunya melalui resep khusus dari dokter. Tindakan pencegahan dari dini seperti memberikan vaksin DTap juga bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penularan batuk rejan.

4. Batuk gejala bronkiolitis

Banyak hal yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya penyempitan di saluran pernapasan, termasuk polusi dan iritan yang berasal dari lingkungan sekitar. Kondisi ini dapat mengarah pada infeksi saluran pernapasan yang dinakaman bronkiolitis yang biasanya dialami bayi berusia sekitar satu tahun. Jika infeksi semakin parah, bronkiolitis dapat mengancam keselamatan jiwa si kecil.

Selain itu, batuk pada bayi ini juga bisa disebabkan oleh cuaca yang dingin. Hal ini terjadi karena saluran udara kecil ke paru-paru terinfeksi dan berlendir. Bayi menjadi kesulitan bernapas. Gejala yang muncul berupa adanya ingus di dalam hidung, batuk kering, kehilangan selera makan. Lama-lama akan mengakibatkan pilek, infeksi telinga, batuk croup, dan pneumonia.

5. Batuk gejala pneumonia

Pneumonia meruapakan peradangan paru-paru yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun juga bisa disebabkan oleh virus. Kondisi ini menyebabkan paru-paru memproduksi dahak berlebih sehingga terjadi penumpukan dahak di area paru-paru. Oleh sebab itu pneumonia juga dikenal dengan paru-paru basah.

Penyakit ini bisa memicu gejala batuk pada bayi. Selain itu, bayi yang batuk akibat penyakit pneumonia juga biasanya disertai oleh dahak yang cukup pekat dan memperlihatkan warna hijau kekuningan. Dalam kondisi parah, batuk pada bayi juga bisa disertai darah sehingga memerlukan penanganan medis sesegera mungkin. Pengobatan penyakit ini bergantung dari penyebabnya. Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri bisa disembuhkan dengan antibiotik.

6. Batuk akibat asma

Batuk ini biasanya dialami oleh bayi yang mengidap penyakit asma. Asma sendiri terjadi ketika terdapat penyempitan saluran udara akibat peradangan. Faktor pemicu terjadinya batuk pada bayi ini bisa disebabkan oleh fakto-faktor yang juga mengakibatkan kambuhnya asma.

Gejala yang muncul umumnya bayi terlihat kesulitan untuk bernapas dengan retraksi atau tarikan pada dada, dan diikuti dengan gejala-gejala yang biasa terjadi ketika mengalami flu, yaitu hidung gatal dan tersumbat, keluhan ini dapat disertai dengan mata berair. Batuk pada bayi ini dapat berlangsung di siang hari, namun biasanya akan memburuk di malam hari atau pada saat suhu di sekitar berubah dingin.

Klik halaman berikutnya untuk mengetahui cara mengatasinya.

Parenting

Annisa Karnesyia   |   Haibunda

Minggu, 07 Mar 2021 09:08 WIB

Berapa lama batuk berdahak pada bayi sembuh
caption

Jakarta -

Batuk berdahak pada bayi usia 0-12 bulan bisa terjadi kapan saja, Bunda. Kondisi ini bisa bikin bayi rewel hingga menolak makan.

Menurut dokter spesialis anak, dr.Melisa Anggraeni, M.Biomed, Sp.A, penyebab batuk berdahak bayi usia 0-6 bulan bisa berbeda dengan bayi 6-12 bulan. Angka kejadian batuk di bawah usia 6 bulan termasuk jarang dibandingkan di atas 6 bulan.

Pada usia 0-6 bulan, penyakit infeksi sebenarnya jarang terjadi karena dia masih dapat ASI eksklusif. Selain itu, bayi di usia ini masih jarang keluar rumah dan terpapar virus.


"Seandainya bayi usia 0-6 bulan itu terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), berarti pasti penyebabnya adalah infeksi dari lingkungan," kata Melisa kepada HaiBunda, belum lama ini.

Si Kecil mungkin tertular sakit dari orang dewasa atau anak-anak kecil di sekitarnya. Sakit batuk berdahak juga bisa disebabkan kondisi lingkungan yang buruk atau binatang peliharaan, Bunda.

"Anak bisa tertular penyakit dari lingkungan yang tidak sehat, contohnya ada binatang peliharaan yang menyebarkan penyakit atau lingkungan kurang bersih atau tinggal di tempat pembuangan sampah, lalu menyebabkan radang paru," ujar Melisa.

Selama lingkungan tempat tinggal anak bersih, Bunda enggak perlu khawatir anak bisa batuk berdahak ya. Lingkungan yang bersih dan tidak terpapar bakteri atau virus, jarang membuat anak sakit.

Berbeda dengan bayi di bawah 6 bulan, bayi di atas 6 bulan lebih mudah terserang sakit batuk berdahak. Aktivitas anak yang sudah mulai aktif membuatnya gampang terpapar virus, bakteri, hingga jamur.

"Bayi usia 6-12 bulan itu lebih aktif, bisa merangkak, berjalan kemana-mana, memasukkan tangan ke mulut, dan mengeksplorasi lingkungan. Bisa jadi dia sakit batuk karena faktor lingkungan, infeksi virus atau bakteri yang masuk mulut atau tertular dari orang di sekitarnya," kata Melisa.

Mengeluarkan dahak pada bayi 0-12 bulan memang enggak mudah. Simak cara aman mengeluarkan dahak pada bayi di usia ini di halaman selanjutnya.

Simak juga daftar obat tradisional untuk atasi batuk dan pilek pada anak, di video berikut:

(ank/som)

Selain itu, gejala lain yang muncul bisa berupa demam dan hidung meler.

Adapun bayi di bawah usia 6 bulan lebih mungkin mengalami komplikasi dari pertusis, seperti pneumonia dan ensefalopati.

Pemberian vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus) dapat membantu mengurangi risiko penularannya pada bayi.

4. Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah infeksi paru-paru yang umum terjadi pada anak-anak dan bayi di bawah usia 12 bulan.

Umumnya, kondisi ini terjadi karena infeksi virus dan sering kali memuncak saat cuaca dingin.

Gejala bronkiolitis mirip dengan flu biasa, seperti hidung meler dan demam ringan. Namun, lambat laun, bayi menjadi batuk, mengi, dan kesulitan bernapas.

Adapun gejala ini sering terjadi selama beberapa hari atau bahkan minggu.

Sebagian besar kasus bronkiolitis pada bayi pun umumnya bersifat ringan. Namun, jika infeksi semakin parah, bronkiolitis dapat mengancam keselamatan jiwa si kecil.

5. Pneumonia

Banyak infeksi pada paru-paru yang dimulai dengan gejala seperti flu. Selain bronkiolitis, pneumonia juga bisa menjadi penyebabnya.

Pneumonia merupakan infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Kondisi ini menyebabkan paru-paru memproduksi dahak berlebih, sehingga memicu batuk pada si kecil.

Selain itu, pneumonia pada anak bayi juga sering disertai dengan demam tinggi, meriang, sulit bernapas, nyeri dada (terutama saat batuk), dan kelelahan yang tak biasa.

Untuk mengatasinya, dokter mungkin akan memberikan antibiotik untuk bayi Anda.

6. Asma

Bayi yang mengidap asma juga umumnya mengalami batuk saat gejalanya muncul.

Selain batuk, gejala asma yang muncul pada bayi bisa berupa sesak napas, mengi, mudah lelah, bayi menjadi rewel, hingga muncul warna biru pada kulit dan kuku bayi.

Batuk pada bayi ini dapat berlangsung di siang hari. Namun, biasanya gejala akan memburuk pada malam hari atau saat suhu di sekitar berubah dingin.

Adapun asma itu sendiri terjadi ketika saluran udara menyempit akibat peradangan.

Sementara itu, beberapa faktor dapat memicu kekambuhan gejala asma pada anak, seperti asap, bau yang menyengat, bulu, serbuk sari, atau tungau debu.

Bagaimana cara mengatasi batuk pada bayi?

Mengatasi batuk pada bayi tidak bisa dilakukan sembarangan.

Melansir laman Baby Center, pemberian obat batuk over-the-counter (OTC) atau yang dibeli bebas di apotek tidak dianjurkan untuk bayi.

Bahkan American Academy of Pediatrics menyebut, Anda bisa mengobati batuk pada si kecil secara alami dan tanpa obat-obatan.

Bagaimana caranya? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu meredakan batuk pada bayi Anda.

1. Meningkatkan cairan tubuh

Cairan tambahan dapat membantu meringankan batuk pada si kecil. Anda bisa memberinya air putih atau jus.

Namun, pada bayi di bawah usia 6 bulan, pemberian ASI ekstra sangat dianjurkan, karena ASI dipercaya dapat meningkatkan imunitas bayi.

2. Berikan madu

Bila si kecil sudah berusia 1 tahun, Anda bisa memberikannya satu sendok teh madu sebelum tidur.

Madu dapat melapisi tenggorokan anak, sehingga rasa sakit akibat batuk bisa berkurang. Namun, jangan berikan madu untuk bayi karena bisa memicu botulisme yang mengancam jiwa.

3. Menaikkan kepala bayi

Untuk membantu meredakan batuk, naikkan sedikit kepala bayi Anda saat tertidur, seperti menggunakan bantal yang tidak terlalu tebal atau handuk yang sudah dilipat.

Namun, sebaiknya lakukan cara ini jika bayi Anda sudah berusia lebih dari 1 tahun.

4. Pilih makanan yang meringankan batuk

Jika bayi Anda sudah berusia 6 bulan ke atas, Anda bisa memberinya makanan yang dapat membantu meringankan batuk.

Misalnya, sup ayam hangat atau buah-buahan yang mengandung vitamin C untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

5. Istirahat yang cukup

Pastikan bayi Anda mendapat istirahat yang cukup. Coba menidurkan bayi Anda pada posisi yang ia suka.

Bila ia mudah tertidur di gendongan Anda, sebaiknya Anda tidak membaringkannya hingga ia tertidur. Jika ia mudah tidur di ranjangnya, Anda bisa baringkan di ranjangnya.

6. Menggunakan humidifier

Anda juga bisa menggunakan humidifier untuk membantu melembapkan udara.

Adapun hal ini bisa membantu mengurangi pembengkakan pada saluran napas bayi Anda.

Selain humidifier, Anda juga bisa menggunakan uap dari air panas yang ditaruh di dalam baskom.

Bila cara di atas tak cukup untuk meredakan batuk, Anda bisa memberikan paracetamol atau ibuprofen untuk anak Anda, terutama jika ia demam.

Namun, pastikan bayi Anda sudah berusia di atas 6 bulan, atau sebaiknya konsultasikan pada dokter anak Anda.

Haruskah saya membawanya ke dokter?

Anda sebaiknya pergi ke dokter jika bayi Anda berusia di bawah 4 bulan dan mengalami batuk.

Selain itu, Anda juga harus mengunjungi dokter jika si kecil mengalami kondisi berikut saat batuk.

  • Batuk disertai demam yang tak kunjung reda setelah lima hari.
  • Batuk semakin memburuk, Anda bisa perhatikan dari suaranya.
  • Bayi demam hingga mencapai sekitar 40° Celsius.
  • Batuk terjadi terus menerus sepanjang hari dan malam.
  • Kesulitan bernapas.
  • Berkeringat pada malam hari.
  • Berat badan bayi menurun.
  • Dahak yang keluar berwarna kuning, hijau, atau mengandung darah.
  • Batuk sangat keras hingga bayi muntah.

Jika ada gejala yang mengkhawatirkan terkait batuk pada bayi, segera konsultasikan lebih lanjut ke dokter.