Faktor-Faktor Pendorong Lahirnya Nasionalisme Nasionalisme yang berkembang dalam diri bangsa Indonesia merupakan dampak dari penjajahan yang berlangsung selama ratusan tahun. Strategi perjuangan yang dijalankan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 mengalami kegagalan. Seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia maka dalam masyarakat lahir golongan baru, yaitu golongan cendekiawan. Golongan ini menjadi agen pembaha-ruan dalam perjuangan bangsa Indonesia, maka lahirlah pergerakan nasional Indonesia. Faktor-faktor yang melahirkan pergerakan nasional adalah sebagai berikut:
Akar-Akar Nasionalisme yang Terkandung Dalam Organisasi Pergerakan Nasional Pergerakan nasional ditandai dengan munculnya perubahan perjuangan bangsa Indonesia untuk mengusir bangsa barat. Hal ini ditandai dengan munculnya organisasi pergerakan naisonal, diantaranya sebagai berikut: Organisasi pergerakan nasional bangsa Indonesia yang pertama adalah Budi Utomo yang didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908. Selanjutnya tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Pada awal pembentukannya organisasi ini bersifat sosial budaya, karena diawali dengan tujuan hendak meningkatkan martabat dan kecerdasan bangsa Bumi Putera. Untuk mencapai cita-cita tersebut, Dr. Wahidin Sudirohusodo berencana mendirikan “dana belajar” bagi anak-anak pribumi yang tidak mampu. Upaya tersebut kemudian mendapat dukungan dari mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Inlandse Artsen). Pada tahun 1911 di Laweyan (Surakarta) didirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) oleh saudagar kaya raya yang bernama H. Samanhudi. Latar belakang didirikan SDI adalah terjadinya persaingan perdagangan antara pedagang pribumi dan pedagang Cina atau Tionghoa. Tujuan SDI untuk menghimpun pedagang pribumi agar mampu bersaing dengan pedagang asing. H. SamanhudiSarekat Islam pada awalnya bernama Sarekat Dagang Islam yang didirikan pada tahun 1911 di Solo oleh R.M.Tirtoadisuryo. Pada tahun 1912 diganti menjadi SarekatIslam oleh H. Samanhudi. Latar-belakang ekonomi danpolitis didirikannya Sarekat Islam adalah sebagai bentukperlawanan terhadap golongan pedagang Cina yangmelakukan monopoli perdagangan batik, dan dalam rangkamenghadapi semua bentuk penindasan, penghinaan,serta kesombongan rasialis baik dari orang-orang Cinamaupun kolonialis Belanda. TirtoadisuryoIndische Partïj (IP) didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung. Tokoh pendiri IP sering juga disebut “Tiga Serangkai” yaitu E.F.E. Douwes Dekker (Setyabudi), Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) dan Cipto Mangunkusumo. Dilihat dari anggaran dasar dan program kerjanya, IP bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan jiwa integrasi semua golongan untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa nasional, serta mempersiapkan diri ke arah kehidupan rakyat merdeka.
Pada permulaan abad ke 20, sudah ada sejumah orang Indonesia yang tinggal di Negeri Belanda. Mereka mendirikan Indische Vereneging dengan tokoh pendirinya yaitu R. Panji Sosrokartono, RM. Notosuroto dan R. Husendjajadiningrat. Perkumpulan tersebut merupakan perkumpulan sosial yang memperhatikan kepentingan anggotanya yang ada di luar negeri. Sedangkan untuk media komunikasi diterbitkan majalah Hindia Putera.
PNI didirikan di Bandung tanggal 4 Juli 1927 sebagai penjelmaan dari Algemene Studie Club. Tokoh-tokoh pendirinya yaitu Ir. Soekarno, Dr. Tjiptomangunkusumo, Soejadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisuryo, Mr. Boediarto, Mr. Soenario, Mr. Sartono, dan Dr. Samsi. Dalam anggaran dasarnya, tujuan PNI adalah mencapai Indonesia Merdeka. Asas PNI adalah self-help (menolong diri sendiri) dan macht vorming (kekuatan sendiri); bersifat non-kooperatif dengan kaum imperialis. Sedangkan ideologinya adalah marhaenisme (nama seorang petani di Bandung Selatan) yang mendasarkan kekuatan pada rakyat kecil seperti petani, buruh, dan pedagang kecil yang mampu berdikari dan tidak bergantung kepada orang lain. Asas PNI, mengadopsi dari ajaran atau gerakan Mahatma Gandhi (swadesi, satyagraha, hartal), sedangkan ideologi Marhaen mengadopsi dari gerakan proletariat kaum sosialis. Tokoh tokoh PNIPada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Tujuannya adalah memajukan pendidikan bangsa Indonesia agar mempunyai harga diri yang sama dengan bangsa lain yang merdeka. Meskipun tidak bergerak dibidang politik, tetapi Perguruan Taman Siswa termasuk organisasi yang mempunyai andil dalam pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan.
Ketua Partai Indonesia Raya adalah Dr. Soetomo, dan memiliki tujuan antara lain mencapai Indonesia mulia dan sempurna berdasarkan demokrasi dan naisonalisme.
GAPI didirikan pada 21 Mei 1939 dibawah pimpinan Muh. Husni Thamrin. GAPI merupakan gabungan dari organisasi kebangsaan yang terdiri dari Parindra, PNI, Pasundan, PSSI, Persatuan Minahasa, dan Gerindo. Adapun azas kegiatan GAPI adalah hak menentukan nasibnya sendiri, persatuan nasional seluruh bangsa Indonesia berdasarkan demokrasi dalam bidang sosial, politik dan ekonomi, serta mengadakan kesatuan aksi seluruh pergerakan nasional. Meski hidup sebagai warga negara Indonesia, bukan berarti hal itu membuat rasa kebangsaan dan nasionalisme muncul dengan sendirinya. Untuk memunculkan rasa tersebut, diperlukan tekad yang kuat dan semangat juang tinggi. Dengan begitu, rasa kebangsaan itu bisa dirasakan sekaligus juga tertanam di dalam diri sendiri. Melihat hal tersebut, tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa memang ada beberapa faktor baik internal dan eksternal yang memicu munculnya rasa kebangsaan tersebut. Melansir jurnal Nasionalisme dari Pusat dan Pelatihan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, beberapa unsur yang mempengaruhi munculnya rasa kebangsaan adalah perasaan nasional, bahasa, dan agama. 1. Lahirnya kaum terpelajar Di tahun 1908 hingga 1928 banyak pemuda Indonesia yang memiliki visi meningkatkan kesadaran nasional. Salah satunya adalah kelompok pelajar STOVIA yaitu, dr. Soetomo yang kompak mendirikan organisasi pergerakan nasional, yakni Boedi Oetomo. Berdirinya Boedi Oetomo menjadi tonggak rakyat Indonesia untuk bangkit menumbuhkan rasa kebangsaan. Hal ini yang menjadi sebab mengapa kaum terpelajar menjadi salah satu faktor internal dari rasa kebangsaan. 2. Adanya penderitaan yang dialami oleh seluruh rakyat Indonesia Ilustrasi rakyat Indonesia melakukan romusha. Dok. flickr.comDi masa penjajahan Jepang, rakyat Indonesia mengalami penderitaan dan kesengsaraan yang cukup panjang karena gerakan romusha. Romusha adalah sistem yang membuat rakyat Indonesia, seperti petani harus bekerja secara paksa di tahun 1942 hingga 1945. Kenangan dari penderitaan yang dialami rakyat Indonesia ini otomatis membangun rasa kebangsaan di dalam dirinya. Tujuannya agar rakyat Indonesia bisa mengerti arti dari rasa bela negara. 3. Pengaruh golongan peranakan Selain masyarakat Indonesia, ada juga pengaruh dari golongan peranakan atau ras campuran seperti Tionghoa-Indonesia atau Indonesia-Melayu. Di Pemalang saat awal revolusi, berdiri Laskar Pemuda Tionghoa (LPT) yang diketuai oleh Tan Jiem Kwan. Peran LPT sendiri sangat penting untuk memerdekakan Indonesia. Salah satunya berhasil merebut beberapa senjata Jepang yakni 2 pistol, 2 karaben, dan beberapa granat. Bahkan, beberapa orang dari LPT juga ikut memasok makanan serta senjata untuk para tentara Indonesia di masa penjajahan. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh golongan peranakan juga penting dalam memunculkan rasa kebangsaan. 4. Adanya keinginan melepaskan diri dari imperialisme Imperialisme adalah perluasan kekuasaan suatu negara. Saat masa penjajahan, ada berbagai dampak yang dirasakan akibat dari imperialisme. Salah satu dampak yang cukup dirasakan, yaitu di bidang sosial. Misalnya saja perubahan pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa kolonial, munculnya golongan buruh dan majikan, hingga terjadinya pemerasan serta penindasan di masyarakat. Dampak-dampak tersebut yang membuat masyarakat Indonesia ingin melepaskan diri dari imperialisme. Selain bisa menciptakan kedamaian di antara masyarakat, hal ini juga menumbuhkan rasa kebangsaan. |