Dr. Zakir Naik Berhasil menjawab pertanyaan sulit seorang Ateis

Siapa yang tidak kenal Zakir Naik? Pakar perbandingan agama dari India yang piawai dalam berdebat. Ia terkenal dengan kekritisannaya terhadap berbagai agama dan memberikan jawaban meyakinkan untuk pertanyaan menantang yang diajukan oleh khalayak setelah dirinya berceramah.

Pertanyaan tak terduga dan sulit dari peserta yang hadir dengan mudah dan lancar dijawabnya. Sehingga membuat penanya yang atheis, Kristen mau pun Hindu mati kutu dan tidak sedikit yang langsung masuk Islam saat itu juga.

Sebagian terdokumentasi dengan baik dalam siaran Peace TV yang dapat Anda saksikan di youtube. Tiga di antaranya berjudul: Dr Zakir Naik Berhasil Menjawab Pertanyaan Sulit Seorang Ateis; Filipino Christian Sister Reverts to Islam By Dr Zakir Naik 2012 dan Hindu Brother Accept Islam – Dr Zakir Naik.

Dia telah berhasil berpartisipasi dalam beberapa simposium dan dialog dengan tokoh terkemuka dari agama lain. Di depan ribuan publik Muslim dan Kristen Amerika, ia sukses  debat terbuka dengan pemuka Kristen Dr William Campbell (USA), pada topik, “The Qur’an dan Alkitab dalam terang Sains” yang diselenggarakan di kota Chicago, Amerika Serikat, pada 1 April 2000. Beberapa waktu kemudian ia pun dicekal masuk negeri Paman Sam tersebut.

Untung saja di negerinya ia tetap dapat leluasa berbicara. Di depan 50.000 warga Muslim dan Hindu, ia pun berdebat dengan pemuka Hindu Sri Sri Ravi Shankar pada 21 Januari 2006 di Palace Grounds, Bangalore, India. Acara ini mengenai konsep Tuhan dalam Islam dan Hinduisme, tujuannya ialah memberikan kesepahaman antara dua agama besar India, salah satunya dengan pelarangan menyembah berhala.

Maka tak aneh bila dari satu milyar penduduk India, Naik  bertengger di peringkat 82 dari 100 Orang India Terkuat 2009 versi Indian Express terbitan 22 Februari 2009. Sedangkan dalam kategori khusus 10 Guru Spiritual Terbaik India, harian umum terkemuka di India tersebut  menempatkan dia di peringkat ketiga setelah dua pemuka Hindu Baba Ramdev dan Sri Sri Ravi Shankar.

Ahmad Deedat Plus

Siapa sangka dai yang sudah meng-Islam-kan ribuan Hindu dan Kristen tersebut sebelum tahun 1991 hanyalah dikenal sebagai seorang dokter medis yang memperoleh gelar Bachelor of Medicine and Surgery (MBBS) dari University of Mumbai.

Lelaki kelahiran Bombay (sekarang Mumbay), 18 Oktober 1965 menyatakan pilihannya meninggalkan dunia medis karena lebih memilih full menjadi dai.  “Ingin membangkitkan kembali dasar-dasar penting Islam yang kebanyakan remaja Muslim tidak menyadarinya atau sedikit memahaminya dalam konteks modernitas,” ungkapnya yang mengaku sangat terinspirasi oleh pakar kristologi terkemuka dunia Syeikh Ahmad Deedat.

Sejak itu, lelaki yang bernama lengkap Zakir Abdul Karim Naik lebih serius belajar menghafal Alquran dan Shahih Bukhari Muslim serta tentu saja belajar kristologi pada Deedat, hingga akhirnya menguasai Bible dalam berbagai bahasa dan mampu mengoreksi pastur dan pendeta ketika mereka salah dalam mengutip ayat-ayat Injil.

Berkat fadhilah yang diberikan Allah SWT kepadanya, Naik pun dapat mengusai kristologi dan berdebat dengan pemuka Kristen dengan baik hanya dalam empat tahun. Lebih dari itu ia pun dapat ia pun menguasai kitab yang diimani Hindu seperti Weda, Tripitaka, Bhagavad Gita, Upandishads dan lainnya. Serta terbiasa debat dengan para pemukanya.

Maka pada 1994, dengan bangga Deedat pun menggelari murid cerdasnya itu dengan gelar Ahmad Deedat Plus lantaran penguasaan ilmu dan kepiawaiannya dalam berdakwah sudah dapat dianggap menyamai dirinya hanya dalam kurun empat tahun. Padahal sebelumnya, untuk mencapai posisi seperti itu Deedat butuh waktu 40 tahun.

Penghargaannya itu ‘diabadikan’ dalam bentuk plakat. “Son what you have done in 4 years had taken me 40 years to accomplish, Alhamdullilah,” ucap Deedat yang terpatri dalam plakat yang diserahkan kepada Naik pada Mei 2000.

Aktif Berdakwah

Aktivitas dakwahnya semakin moncer. Dalam rentang tahun 1996-2000 saja, Naik telah memberikan lebih dari 600 ceramah umum di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Arab Saudi, UEA, Kuwait, Qatar, Bahrain, Oman, Afrika Selatan, Mauritius, Australia , Malaysia, Singapura, Hongkong, Thailand, Guyana dan lainnya.

Pada 2004, ia ke Selandia Baru lalu kembali ke Australia atas undangan Islamic Information and Services Network of Australasia. Dalam konferensinya di Melbourne, menurut jurnalis Sushi Das, “Naik memuji superioritas moral dan spiritual Islam dan mencerca kepercayaan lain dan bangsa Barat secara umum.” Das juga menambahkan bahwa kata-kata Naik “mendorong jiwa keterpisahan dan memperkuat pemisahan.”

Pada Agustus 2006, ia mendapat penolakan dari anggota parlemen Wales, David Davies, saat hendak mengisi konferensi di Cardiff (Britania Raya) untuk mendebat ajaran Kristen. Davies meminta acara tersebut dibatalkan dengan tuduhan Naik seorang ‘penjual kebencian’ yang pandangannya tidak pantas mendapat perhatian publik.

Saleem Kidwai, Sekretaris Jenderal Muslim Council of Wales, tidak setuju dengan Davies, seraya mengatakan: “orang-orang yang mengenalnya (Naik) tahu bahwa ia adalah salah satu orang paling tidak kontroversial yang pernah ada. Ia berbicara tentang kesamaan antar agama, dan bagaimana kita harus hidup selaras dengan mereka”, dan mengundang Davies untuk membicarakan lebih jauh dengan Naik secara pribadi di konferensi ini. Konferensi tetap berjalan, setelah dewan Cardiff mengatakan bahwa mereka senang apabila ia tidak berceramah dengan pandangan ekstremis.

Setelah sebuah ceramah oleh Paus Benediktus XVI pada September 2006, Naik menantang debat publik langsung dengannya. Sri Paus menerima ajakan ini tapi dengan satu syarat: Zakir Naik harus berpedoman Alquran bukan kitab suci yang diwahyukan secara langsung oleh Tuhan. Sebuah syarat yang langsung mementahkan ajakan debat itu sendiri.

Sampai saat ini, Naik telah mengadakan banyak debat dan ceramah di seluruh dunia. Ia menulis sejumlah buku tentang Islam dan perbandingan agama juga hal-hal yang ditujukan untuk menghapus keraguan tentang Islam. Sejumlah artikelnya juga sering diterbitkan di majalah India seperti Islamic Voice. Setahun sekali, sejak 2007, ia selalu memimpin Konferensi Damai 10 hari di Somaiya Ground, Sion, Mumbai.

Thomas Blom Hansen seorang sosiolog,  menulis bahwa gaya Naik mengabadikan Alquran dan hadits dalam berbagai bahasa, dan bepergian ke berbagai negara untuk membicarakan Islam bersama para teolog, telah menjadikannya sangat terkenal di lingkungan Muslim dan non-Muslim.

Peneliti asal Denmark tersebut juga menyatakan meskipun Naik biasa berbicara kepada ratusan hadirin, dan kadang ribuan hadirin, justru rekaman video dan DVD ceramahnya lebih banyak lagi didistribusikan. Perkataannya biasa direkam dalam bahasa Inggris, untuk disiarkan pada akhir pekan di sejumlah jaringan TV kabel di lingkungan Muslim Mumbai, dan di saluran Peace TV.  [] joko prasetyo dari berbagai sumber