Di puncak tugu monumen nasional terdapat lidah api yang dilapisi emas, lidah api ini melambangkan

Jakarta -

Monumen Nasional atau Monas adalah landmark ibu kota negara Indonesia. Bangunan ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan.

Dikutip dari Album Budaya Direktori Museum Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pembangunan Tugu Monumen Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 214 tahun 1959 tentang Pembentukan Panitia Monumen Nasional. Pembangunan diketuai oleh Kolonel Umar Wirahadikusumah, Komandan KMKB Jakarta Raya.

Namun, pembangunan Monas baru terwujud saat Indonesia genap berusia dua windu atas dasar gagasan presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Soekarno meletakkan batu pertama pada 17 Agustus 1961.

Rancang bangunan Monumen Nasional dibuat oleh arsitek kenamaan Indonesia, Soedarsono, dan Prof. Dr. Ir. Roosseno sebagai penasihat konstruksi.

Berikut beberapa hal tentang Monumen Nasional atau Monas:

1. Ciri Khas Tugu Monumen Nasional

Arsitektur Monas dan dimensinya mengandung banyak lambang khas budaya Indonesia. Seperti bentuk tugu yang menjulang tinggi melambangkan lingga (alu/antan), dan pelataran cawan yang memiliki arti yoni (lumpang). Alu dan lumpang adalah alat rumah tangga yang ada di hampir semua rumah pribumi.

Lingga dan yoni juga melambangkan positif dan negatif, seperti pria dan wanita, air dan api, siang dan malam, atau langit dan bumi sebagai lambang alam yang abadi.

Salah satu ikon terkenal dari Monas adalah pelataran puncak tugu api yang tak pernah padam. Hal itu melambangkan tekad bangsa Indonesia untuk berjuang yang tidak akan pernah surut.

Lalu, tinggi pelataran cawan 17 meter dan tinggi ruang Museum Sejarah 8 meter, serta luas pelataran cawan yang berbentuk bujur sangkar berukuran 45 meter x 45 meter menjadi pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945 (17-8-1945).

2. Bagian-Bagian Utama Tugu Monumen Nasional

Ada beberapa tempat menarik yang bisa detikers kunjungi di Monas, yaitu:

a. Ruang Museum

Pertama, ada ruang Museum Sejarah yang terletak 3 meter di bawah permukaan halaman Tugu Monas. Dinding, tiang, dan lantai keseluruhannya berlapiskan marmer.

Di ruangan ini, ada 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan peristiwa sejarah zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, zaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan, dan masa pembangunan Orde Baru.

b. Ruang Kemerdekaan

Selanjutnya, Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam Cawan Tugu Monas. Di dalamnya ada empat atribut kemerdekaan Republik Indonesia, seperti peta kepulauan negara, bendera Sang Saka Merah Putih, lambang negara Bhinneka Tunggal Ika, dan Pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.

c. Relief Sejarah Indonesia

Lalu ada relief sejarah Indonesia berbentuk timbul yang bisa ditemukan di sekeliling monumen. Relief ini menggambarkan sejarah Indonesia mulai dari masa penjajahan Belanda, perlawanan Rakyat Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.

d. Pelataran Puncak

Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional ada pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu Monas. Dengan elevator berkapasitas 11 orang, pengunjung dapat mencapai Pelataran Puncak yang luasnya 11x11 meter persegi dan cukup menampung 50 orang.

Di sini, pengunjung dapat melihat pemandangan seluruh penjuru Jakarta dari ketinggian dengan menggunakan teropong.

e. Lidah Api Kemerdekaan

Terakhir, ada Lidah Api di Pelataran Puncak yang dibuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter.

Seluruh permukaan Lidah Api dilapisi emas seberat kurang lebih 50 kg. Jika dilihat dari bawah, ketinggian dari halaman tugu Monas sampai ke puncak Lidah Api adalah 132 meter.

Wah, menarik banget ya tempat-tempatnya? Jika detikers tertarik berkunjung, langsung saja ke Monumen Nasional dan tetap mematuhi protokol kesehatan ya!

Simak Video "Sejumlah Motor Mogok Usai Terobos Banjir di Jalan Kapten Tendean Jaksel"


[Gambas:Video 20detik]
(nwy/nwy)

Pasti sudah tidak asing ya dengan bangunan ikonik satu ini? Yes betul, Monas! Monas atau Monumen Nasional ini menjadi salah satu bangunan yang mayoritas masyarakat di Indonesia sudah mengenalnya atau bahkan sudah pernah mengunjunginya. Memang tidak pernah sepi, apalagi ketika hari libur sekolah dan saat weekend. Areanya yang sangat luas membuat masyarakat bisa melakukan banyak hal, bahkan tak sedikit para pelaku pekerja wisata yang ada di sekitar Monas yang menawarkan jasanya seperti berfoto atau oleh-oleh khas Monas.

Nah dibalik itu semua, ternyata ada fakta-fakta menarik yang tersimpan dibalik tugu Monas ini. Yang pertama adalah mengenai rancangan bangunan yang memiliki arti. Tugu Monas dibangun tidak hanya sekedar bangunan tinggi yang menjadi pusat perhatian, namun sebenarnya tugu Monas ini melambangkan Lingga dan Yoni. Lingga adalah tiang tanda kelaki-lakian yang memiliki arti kesuburan dan Yoni adalah landasan obelisik yang memiliki arti perempuan yang feminism. Ide ini berasal dari Soekarno sendiri, dan Monas juga sering disandingkan dengan lambing alu dan lesung untuk menumbuk padi. Ukuran Monas melambangkan tanggal Kemerdekaan RI, yaitu tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter. Sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 meter. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar berukuran 45x45 meter.

Yang kedua adalah, tugu Monas ini tidak sekedar tugu biasa. Fasilitas di area Monas kian ditingkatkan. Seperti yang disinggung di atas sebelumnya, area Monas kini menambah fasilitas hiburan seperti lapangan olah raga, air mancur menari, pujasera. Pengaturan keamanan dan pembersihan tugu pun rutin dilakukan. Jadilah Monas yang bukan hanya sekedar tugu, melainkan destinasi wisata andalan khususnya untuk warga Jakarta untuk berlibur dan menikmati ruang terbuka hijau di tengah pusat Jakarta.

Terakhir yang paling menarik adalah puncak tugu Monas. Ya Banyak orang yang menyangka bahwa pucuk yang ada di atas Monas adalah emas asli, ternyata tidak. Mengutip dari buku Tugu Nasional Laporan Pembangunan 1997, yang diterbitkan oleh Pelaksana pembina Tugu Nasional, Jumat (31/1/2020). Bagian atas yang terletak di puncak monas dinamakan Lidah api yang terletak di atas atap pelataran puncak, berbentuk kerucut setinggi 14 meter ini, seluruhnya terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh permukaan luarnya dilapis emas murni (Gold Foiled).

Jadi Bagian yang ada di puncak monas bukan emas asli melainkan perunggu yang dilapisi oleh emas murni seberat 35kg ya Teman Lakuemas! Dalam rongga lidah api ini terdapat ruang mesin elevator yang juga dilindungi dengan sungkup untuk mencegah percikan air hujan yang datangnya dari celah-celah lidah api. Ketinggian sampai titik puncak lidah api adalah 132 meter dari halaman Tugu, sedangkan tinggi dari pelataran puncak ketitik puncak lidah api adalah 17 meter. Untuk menjaga keamanan terhadap gangguan petir, maka pada titik puncak lidah api ditempatkan tiang penangkal petir.

Wah keren kan Teman Lakuemas ? Ternyata tugu Monas Jakarta ini banyak menyimpan keunikan. Apalagi tentang puncak Monas yang kebanyakan masyarakat sekitar kita mengira itu terbuat dari emas, namun ternyata tidak. Bicara soal emas, pasti sudah tahu dong bahwa Lakuemas satu-satunya yang bisa menjamin emas tabungan kita adalah emas asli dan semuanya diback up di kantor pusat Lakuemas. Proses menabung yang super gampang membuat anti worry worry club deh ! kapan lagi nabung emas bisa dari 50.000 aja dan ditambah banyak promo. Teman Lakuemas bisa kunjungi website Lakuemas di www.lakuemas.com dan cobain cepatnya bertransaksi di aplikasi Lakuemas ! dijamin ga rugi dan jadi melek nabung sejak sekarang.

 Lakuemas! #CaraBaruBeliEmas

  • Home
  • Economy
  • News Property

Meutia Febrina Anugrah, Okezone · Sabtu 10 Mei 2014 06:06 WIB

Khaira Putri | CNN Indonesia

Minggu, 23 Feb 2020 15:02 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Rasanya tidak ada orang menolak untuk dihadiahi emas yang bertengger di puncak Monumen Nasional (Monas). Dipandangi dari bawah saja sudah terlihat aduhai, bagaimana jika bisa membawa pulang bongkahan berharga tersebut.Sempat terlintas dalam benak; apakah pernah ada yang berusaha mencuri emas Monas?Saat berbincang pada pekan kemarin, Staff Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monas Endrati Fariani mengulas kembali sejarah emas Monas yang bernama resmi Lidah Api Monas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dijelaskannya, Lidah Api merupakan pucuk filosofis pembangunan Monas sebagai pengobat semangat kebangkitan Indonesia.Lidah Api Monas tercipta dari perunggu seberat 14,5 ton dan terdiri dari 77 bagian yang disatukan, kemudian bagian luarnya dilapisi oleh emas murni seberat 35 kg yang hampir sebagian besar merupakan pemberian dari pengusaha Aceh Teuku Arkam.Kemudian pada tahun 1995, untuk memperingati 50 tahun Indonesia Merdeka, terjadi penambahan emas murni sebesar 50 kg yang diambil dari dana APBD DKI Jakarta.Yang belum banyak orang tahu, lapisan emas tidak hanya ada pada Lidah Api Monas.Endrati menyebut beberapa atribut di Ruang Kemerdekaan yang terletak di dalam cawan Monas juga dilapisi emas murni, seperti lambang negara Indonesia dan juga lanskap gugusan pulau Indonesia."Tahun 17 Agustus 1965 Lidah Api sudah ada, hanya saja di Ruang Kemerdekaan belum ada," jelasnya.Sementara itu, dalam buku 'Panggung Indonesia' yang ditulis Yuke Ardhiati, secara filosofi dikatakan Soekarno ingin Lidah Api sebagai simbol cita-cita bangsa Indonesia setinggi langit.

Perawatan rumit

Sayangnya, tidak semua orang memiliki akses untuk menyentuh Lidah Api Monas.Dijelaskan Endriati, hal itu cukup riskan, baik untuk keselamatan orang karena ketinggian plus angin kencang maupun kelestarian Lidah Api yang berlapis emas murni.Setelah lebih dari setengah abad, sudah pasti Lidah Api Monas terpapar matahari yang menyebabkan korosi hingga penjamuran pada bagian tubuhnya.Endriati mengaku perawatan dalam koridor konservasi pertama kali dilakukan oleh Pempro DKI Jakarta pada tahun 1995 sekaligus penambahan jumlah lapisan emas.Pada tahun 2014 dan 2016 sempat ada proses perawatan Monas oleh salah satu perusahaan melalui program CSR-nya, namun produk yang digunakan ternyata meninggalkan efek buruk."Pembersihan berbeda dengan konservasi ya. Bagian luar pernah dibersihkan oleh CSR suatu produk, namun dua kali dibersihkan memakai air panas."Penggunaan air panas menimbulkan dampak yang kurang baik, pasalnya nat (perekat) pada tubuh marmer tugu Monas semakin merenggang, sehingga membuat celah untuk jamur tumbuh, ditambah terpaan sinar matahari, angin serta hujan."Jadi sejak itu Monas berjamur," tambahnya.Saat disinggung perihal jadwal Lidah Api dibersihkan, Endrati mengaku pihaknya kini telah melakukan koordinasi dengan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan (Citata) terkait rencana pemeliharaan dan konservasi tubuh Monas secara keseluruhan.Endrati menyebut pembahasan kajian tersebut sudah dibahas sejak tahun 2018 dan akan direalisasikan secepatnya dengan target selesai pada tahun 2021."Kita masih menunggu kajian dari Dinas Citata untuk perawatan emas ini," ujarnya."Harusnya 2021 itu harus selesai, tapi dalam perjalanannya ada saja, kita mau pelan tapi pasti, permintaan pak Gubernur 2021 selesai," tambahnya.Selain itu Endrati mengaku, penambahan emas di Lidah Api pada tahun 1995 membuat lapisan emas tersebut semakin memerlukan perawatan.Perunggu yang dilapisi emas murni itu mulai menampakkan penurunan kualitas."Lidah api pertama dilapisi, entah dicelup atau disemprot saya kurang begitu tahu, cuma yang jelas dia melekat erat. Yang 32 kg emas itu sampai sekarang masih melekat erat.Namun penambahannya itu dilakukan dengan sistem berbeda, emasnya itu dibuat seperti kertas kemudian ditempel, nah itu yang sangat-sangat memerlukan perbaikan khusus," paparnya.Sementara itu untuk perawatan pada lapisan emas di ruang kemerdekaan, Endrati menyebut pihaknya masih menggunakan cara perawatan manual, yakni menggunakan larutan pembersih biasa juga alami."Dulu pernah dicoba dengan buah lerak yang untuk mencuci batik fungsinya agar membersihkan korosi tetapi ternyata juga tidak maksimal," ujarnya.

(ard/ard)

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA