Dalam hal penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal dilakukan dengan cara

Inilah cara penentuan awal bulan Ramadhan

Antara/Iggoy el Fitra

Jamaah Tarekat Syattariyah melakukan tradisi menilik bulan (hilal), di Pantai Ulakan, Padangpariaman, Sumatera Barat, Rabu (14/4/2021). Sebagian Jamaah Syattariyah Sumbar menentukan jatuhnya 1 Ramadhan dengan menilik bulan menggunakan mata telanjang di pantai berdasarkan penghitungan hisab takwim khamsiah, dan mereka akan mulai berpuasa pada Kamis (15/4/2021).

Rep: Imas Damayanti Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penentuan masuknya bulan Ramadhan dapat dilakukan dengan dua cara. Yakni dengan metode hisab atau perhitunan hilal secara matematis dan astronomis dan yang kedua dengan cara rukyat hilal yaitu aktivitas mengamati visibilitas hilal.

Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim menjelaskan bahwa cara hisab bisa dilakukan dengan menggenapkan bilangan bulan sebelumnya yaitu Syaban. Jika bulan Syaban telah sempurna selama 30 hari. Maka hari ke-31 adalah hari pertama bulan Ramadhan secara pasti.

Sedangkan dengan metode rukyat, jika hilal terlihat pada malam ke-30 dari bulan Syaban, maka hitungan telah masuk pada bulan Ramadhan dan puasa pada saat itu telah wajib dilaksanakan. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-baqarah ayat 185, “Faman syahida minkumussyahra falyasumhu,”. Yang artinya, “Karena itu, barang siapa di antara kalian menyaksikan bulan tersebut, maka hendakah ia berpuasa pada bulan itu,”.

Adapun kepastian mengenai telah terlihatnya hilal cukup dengan kesaksian satu orang atau dua orang yang adil. Sebab Rasulullah SAW membolehkan kesaksian satu orang atas terlihatnya hilal bulan Ramadhan. 

Sedangkan rukyat hilal untuk bulan Syawal untuk mengakhiri puasa tidak dapat ditetapkan kecuali dengan kesaksian dua orang yang adil. Sebab Rasulullah SAW tidak membolehkan kesaksian satu orang melalui rukyat hilal untuk menentukan bulan Syawal.

Dijelaskan pula bahwa orang telah melihat hilal Ramadhan maka ia wajib berpuasa meskipun kesaksiannya tidak diterima. Tetapi orang yang melihat hilal Syawal dan kesaksiannya tidak diterima, maka ia tidak boleh mengakhiri puasanya.

Hal ini sebagaimana sabda Nabi, “As-shaumu yauma tashumuna wal-fithru yauma tufthiruna wal-adhaa yauma tudhahuna,”. Yang artinya, “Puasa ialah hari pada saat kalian berpuasa, Al-Fithr (Idul Fitri) adalah hari pada saat kalian berbuka, dan Al-Adha (Idul Adha) adalah hari pada saat kalian berkurban,”.

  • Ramadhan
  • Awal Ramadhan
  • Hilal Ramadhan

Dalam hal penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal dilakukan dengan cara

CARA menentukan awal bulan Ramadhan sama halnya seperti awal bulan lainnya dalam kalender Hijriah, baik Sya’ban, Syawal, dan lainnya. Namun, yang menjadi perhatian besar umat Islam adalah penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal.

 

Kedua bulan tersebut menjadi penting karena terdapat sebuah amaliah yang sangat istimewa bagi umat Islam yakni puasa wajib yang dilakukan satu tahun sekali, dan awal bulan Syawal yakni hari Raya Idul Fitri.

 

Dalam penghitungan awal Ramadhan dan Syawal di Indonesia umumnya menggunakan dua metode yaitu hisab dan rukyatul hilal. Metode hisab adalah metode penghitungan yang digunakan untuk mengetahui kapan awal masuk bulan dalam kalender Hijriah.

Dalam hal penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal dilakukan dengan cara

Perbesar

Berdoa / Sumber: iStockphoto

Liputan6.com, Semarang Ramadhan 1443 Hijriah sebentar lagi akan tiba, lalu bagaimana cara menentukan awal puasa Ramadan?

Di Indonesia sendiri terdapat dua cara untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan, yakni dengan metode Hisab dan Rukyat. Keduanya ditentukan berdasarkan peredaran bulan. Sehingga untuk menentukan kapan hari pertama berpuasa akan dilihat dari penampakan hilal atau bulan sabit muda.

Dalam hal penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal dilakukan dengan cara

Perbesar

Tim hisab rukyat Kanwil Kemenag DKI Jakarta memantau hilal 1 Ramadan 1440 H menggunakan teleskop dari atap Gedung Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Minggu (5/5/2019). Pemantauan hilal dilakukan di 102 titik Rukyatul Hilal dari 34 provinsi di Indonesia denga motode rukyat. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Hisab merupakan perhitungan yang dilakukan secara astronomis dan matematis dengan memperhatikan letak secara geometris matahari, bulan, bumi dan benda-benda langit lainya.  Di Indonesia terdapat beberapa rujukan atau kitab yang berisikan rumus untuk menghitung awal bulan puasa tersebut secara astronomis. 

Tak hanya untuk menentukan awal bulan puasa, metode ini juga digunakan untuk menentukan waktu salat, idulfitri, juga waktu untuk haji. 

Dalam hal penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal dilakukan dengan cara

Perbesar

Tim Rukyat Hilal AL Husna MAJT Semarang mengintip hilal di Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah, Selasa (15/5 ). Meski bulan di ufuk titik tengah belum terlihat, penentuan Ramadan masih menunggu Sidang Isbat Kementerian Agama. (Liputan6.com/Gholib)

Sementara Rukyat adalah sebuah metode penentuan Ramadan melalui pengamatan secara fisik hilal (bulan sabit). Metode ini digunakan juga untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah, Ramadhan dan juga bulan Syawal.  Hilal adalah penampakan bulan baru yang menjadi pertanda awal bulan untuk kalender Hijriah. Sementara Rukyat adalah metode yang digunakan untuk memperhatikan bulan di ufuk barat. 

Di Indonesia dalam penentuan bulan puasa dengan metode Rukyat Kemenag menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat Islam, BMKG pakar Lapan dan juga pesantren yang telah melakukan perhitungan. 

Perhitungan tersebut dilakukan guna menghindari jika saja terjadi “salah melihat”. 

Awal bulan puasa ditentukan jika kenampakan hilal berada di ketinggian 2 derajat. Berdasarkan kalender Hijriah, perhitungan dimulai ketika matahari terbenam atau waktu magrib dan menunggu munculnya bulan sabit. 

Lanjutkan Membaca ↓

Dalam hal penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal dilakukan dengan cara