Cara cara yang digunakan dalam mengemas makanan khas daerah yaitu

Makanan khas daerah membutuhkan kemasan agar dapat melindungi makanan dari kotoran agar makanan tersebut tetap layak dikonsumsi. Sumber: Shutterstock

Pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses pengolahan makanan. Sama halnya dengan makanan lainnya, makanan khas daerah tentunya membutuhkan proses pengemasan.

Makanan khas daerah membutuhkan kemasan agar dapat melindungi makanan dari kotoran agar makanan tersebut tetap layak dikonsumsi. Selain itu, kemasan juga bisa menjadi daya tarik masyarakat untuk membeli sebuah produk makanan.

Makanan tradisional khas daerah biasanya memiliki kemasan yang berbeda dengan kemasan makanan lainnya. Apa saja kemasan yang digunakan untuk makanan khas daerah? Berikut penjelasannya.

Bahan Kemasan untuk Makanan Khas Daerah

Melansir dari buku Arts and Beyond: Prosiding Konferensi Nasional Pengkajian Seni yang diterbitkan oleh Universitas Gadjah Mada, bahan kemasan untuk makanan khas daerah pada umumnya disebut kemasan tradisional.

Biasanya, bahan kemasan tradisional berasal dari pemanfaatan bahan-bahan baku dari alam, seperti kayu, daun, bambu, kulit kelapa, dan sebagainya.

Pada daerah Bali, bahan kemasan tradisional adalah wujud dari tradisi agama Hindu yang memuat nilai-nilai tertentu. Kemasan-kemasan tradisional tersebut digunakan masyarakat Bali untuk pemujaan semata.

Namun, seiring berkembangnya zaman, makanan-makanan khas daerah mulai menggunakan kemasan tradisional, bukan hanya untuk sajian ritual, melainkan juga untuk diperjualbelikan.

Bahan kemasan untuk makanan khas daerah pada umumnya disebut kemasan tradisional. Contohnya, seperti daun pisang. Sumber: Flickr.com

Dikutip dari modul pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kelas XI: Sistem Pengolahan Makanan Khas Asli Daerah yang disusun oleh Fauziah Asri Latifah, S.Si, M.Pd, berikut beberapa contoh kemasan tradisional yang biasa digunakan untuk mengemas makanan khas daerah:

Daun pisang merupakan salah satu kemasan tradisional yang paling sering digunakan oleh masyarakat untuk mengemas makanan tradisional.

Bagi masyarakat Indonesia, makanan yang dibungkus dengan daun pisang adalah hal yang biasa. Bahkan, daun pisang dipercaya dapat memberikan aroma wewangian secara alami.

Contoh makanan khas daerah yang biasanya dibungkus atau dikemas menggunakan daun pisang adalah Lontong, Kue Nagasari, Lemper, dan sebagainya.

Selain daun pisang, daun kelapa termasuk bahan kemasan tradisional yang sering digunakan untuk membungkus makanan-makanan khas daerah.

Lepet ketan merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari Jawa yang dibungkus menggunakan daun kelapa kemudian diikat untuk menjaga kualitas makanan di dalamnya.

Kemasan tradisional selanjutnya adalah bambu. Bambu biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengemas makanan tradisional.

Contoh makanan tradisional yang dibungkus menggunakan bambu adalah Lemang, Kue Putu, Nasi Jaha, dan lain-lain.

Lemang merupakan salah satu makanan tradisonal yang dibungkus menggunakan bambu. Sumber: Kumparan/Acehkini

Daun pandan tidak hanya digunakan sebagai bahan masakan, tetapi juga digunakan untuk membungkus makanan-makanan khas daerah. Salah satu makanan khas daerah yang dibungkus menggunakan daun pandan adalah Kue Pelita Bungkus Pandan.

Kemasan tradisional lainnya adalah kulit jagung. Pada umumnya, kulit jagung dipercaya dapat mempertahankan kualitas makanan. Contoh makanan tradisional yang dikemas menggunakan kulit jagung adalah Lepet Jagung.

Pengemasan yang pertama yang diketahui adalah pengemasan dengan menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia pada saat itu seperti.

  1. Keranjang dari alang-alang
  2. Kantong kulit atau bola tas
  3. Kotak kayu
  4. Vas tembikar
  5. Keramik amphorae
  6. Tong kayu
  7. Tas anyaman
  8. Dan masih banyak lagi.

Makanan tradisional suatu daerah mungkin berbeda dengan makanan khas dari daerah lain, sebagai contoh produk fermentasi dari ubi kayu di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal sebagai tape, sementara di Jawa Barat dikenal sebagai Peuyeum.


Perbedaan sebutan atau nama terhadap produk pangan tradisional serupa di berbagai daerah juga diikuti dengan perbedaan penggunaan kemasan untuk produk yang dimaksud.


Berbagai jenis kemasan makanan tradisional yang sering kita jumpai seperti kemasan dari daun pisang, kelobot jagung atau pelepah daun jagung, daun kelapa atau enau atau aren, daun jambu air dan daun jati.


Berikut ini adalah beberapa cara pengemasan makanan, seperti pada tabel di bawah ini.

Cara Mengemas Makanan Dan Bahan Kemasan Tradisional
Cara mengemas Bahan kemasan Nama Makanan
Menggulung Daun pisangDaun bambu

Daun atau kelobot jagung

LontongBacang

Dodol

Melipat Daun pisang
Daun jambu
Nagasaritempe

Tape

Membalut Daun pisang
Daun kelapa
Lemper
leupeut
Menganyam Daun kelapa Ketupat


Pengemasan bertujuan untuk melindungi makanan dari kerusakan, juga merupakan daya pikat bagi orang agar tergiur menikmatinya.


Dalam perkembangannya, manusia mulai menggunakan bahan kemasan yang dibentuk secara khusus untuk keperluan mengemas, yaitu dengan dibuatnya bahan kemasan dari kaca, kemudian dari perunggu.


Salah satu jenis makanan khas daerah yang dikemas dengan daun pisang seperti lontong.


Lontong termasuk makanan yang terbuat dari beras dan merupakan hasil inovasi yang bertujuan untuk menikmati nasi dalam bentuk lain.


Secara umum lontong merupakan makanan yang dimasak dan dikemas dengan menggunakan daun pisang. Tapi sekarang, karena sudah semakin langka atau sulitnya mendapatkan daun pisang, kemasan lontong kini dikreasikan dengan memakai plastik.


Mungkin rasa lontong dengan bungkus atau kemasan plastik tidak lagi seenak yang dibungkus menggunakan daun pisang.


Untuk mereka yang mempunyai banyak pohon pisang di kebun, memakai daun pisang sebagai bungkus lontong mungkin menjadi pilihan yang cukup baik. Tapi perlu diingat, tidak semua daun pisang baik digunakan untuk mengemas, dikarenakan sifat fisik yang berbeda terutama sifat fleksibilitas.


Cara penggunaannya dapat secara langsung atau melalui proses pelayuan terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk lebih melenturkan daun sehingga mudah untuk dilipat dan tidak sobek atau pecah.


Sama halnya pada pengemasan tape ketan. Tape ketan banyak mengandung air, sehingga dengan permukaan yang licin, rendah menyerap panas, kedap air dan udara, maka cocok untuk digunakan untuk mengemas.

Berikut ini adalah resep serta cara memasak atau membuat lontong dengan daun pisang.

a. Bahan-bahan:


  1. Untuk bahan utama membuat lontong
    1. Beras ½ kg
    2. Daun pisang untuk membungkus, secukupnya
    3. Air untuk merebus, secukupnya
    4. 500 ml Santan
  2. Untuk bahan isi (dapat diganti sesuai dengan selera)

b. Cara memasak atau membuat lontong dengan daun pisang
  1. Pertama-tama buat bahan untuk isi lontong. Kupas kentang dan wortel. Kemudian potong-potong sebesar dadu. Kukus kentang dan wortel tersebut hingga empuk.
  2. Langkah selanjutnya buat bahan utama pembuatan lontong. Rebus santan hingga mendidih. Masukkan beras yang sudah dicuci bersih. Tambahkan garam. Aduk-aduk terus sampai santan dalam panci kering
  3. Siapkan daun pisang yang tidak terlalu tua sebagai pembungkusnya. Buang bagian sisi daun pisang. Bersihkan daun pisang dengan lap kering. Lalu potong-potong ukuran lontong sesuai selera, biasanya ukuran kurang lebih 30x20 cm.
  4. Langkah selanjutnya, ambil selembar daun pisang. Letakkan satu sendok adonan lontong di atas daun tersebut. Pipihkan aronan beras di atas daun dengan menggunakan sendok. Masukkan bahan isi. Kemudian tutup dengan adonan beras.
  5. Rapihkan adonan beras yang telah diisi hingga berbentuk silinder. Gulung daun sampai habis.
  6. Kemudian tutup salah satu ujung gulungan daun pisang tersebut dengan melipat kedua sisinya. Buatlah dalam jumlah banyak.
  7. Langkah selanjutnya adalah memasak lontong tersebut dengan cara mengukus. Masukkan air ke dalam panci. Susun bakal lontong tersebut di dalam panci. Kemudian kukus lontong selama kira-kira 2 jam.
  8. Jika lontong telah matang, angkat lontong dan tiriskan airnya hingga hilang atau menetes agar lontong padat, kenyal dan tidak mudah basi.