Berusaha disertai doa dan berserah diri kepada Allah SWT terhadap apa yang telah dilaksananakan Hal ini disebut dengan?

Jakarta -

Islam mengajarkan umatnya untuk bertawakal dalam setiap usaha. Lantas, apa yang dimaksud tawakal sebenarnya?

Sebelum itu, perlu diketahui asal kata dari tawakal. Menurut buku yang bertajuk Tawakal Bukan Pasrah karya H. Supriyanto, Lc., M.S.I, tawakal berasal dari kata Arab wakalah atau wikalah. Keduanya mengandung makna memperlihatkan ketidakmampuan dan bersandar atau pasrah kepada orang lain.

Kata kerja asalnya adalah wakala yang kemudian lebih lazim memakai wazan tawakala tawakkulan yang berarti menyerahkan, menyandarkan, mewakilkan, dan mempercayakan urusannya kepada pihak lain.

Dalam ajaran Islam, tawakal adalah membebaskan diri dari segala ketergantungan selain Allah dan menyerahkan keputusan atas segala sesuatunya hanya kepada Allah SWT. Hal ini pula yang membuat tawakal disebut sebagai perbuatan menyerahkan segala perkara, ikhtiar, dan usaha kita kepada Allah SWT.

Sebagaimana termaktub dalam QS. At Thalaq ayat 3 yang berbunyi:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. At Thalaq: 3).

Ulama Imam Al Ghazali mendefinisikan tawaka sebagai penyandaran diri kepada Allah SWT sebagai satu-satunya al-wakiil (tempat bersandar) dalam menghadapi setiap kepentingan, bersandar kepada-nya saat menghadapi kesukaran, teguh hati ketika ditimpa bencana, dengan jiwa yang tenang dan hati yang tentram.

Implikasi langsung dari keimanan seseorang dapat terlihat dari tawakal. Sebab iman tidak hanya percaya akan keberadaan Allah SWT, namun lebih kepada menaruh kepercayaan kepada-Nya dan menafikan segala sesuatu selain-Nya. Allah berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 12:

وَمَا لَنَا أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا ۚ وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَىٰ مَا آذَيْتُمُونَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ

Artinya: "Dan mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, sedangkan Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh, akan tetap bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang yang bertawakal berserah diri." (QS. Ibrahim: 12).

Simak Video "Tawakal Seratus Persen"


[Gambas:Video 20detik]

Unsplash.com - Definisi ikhtiar dan tawakal

Ikhtiar dan tawakal adalah dua bentuk usaha yang dilakukan umat manusia untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi, yang harus digarisbawahi adalah bahwa terwujudnya keinginan tersebut merupakan kehendak Allah SWT. Karena itulah, manusia diperintahkan untuk bertawakal dan juga berikhtiar untuk mendapatkan keinginannya tersebut.

“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu,” (Ath Tholaq [65] 2-3).

Ikhtiar adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab dengann arti: berusaha. Menurut istilah, sebenarnya ikhtiar merupakan segala perilaku dan perbuatan manusia guna mencapai sesuatu yang sedang ingin diraihnya.

Sedangkan, tawakal merupakan perbuatan lahir dan batin dengan pasrah menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada Allah SWT. Berserah diri sepenuhnya untuk mendapatkan manfaat atau menolak madharat.

Berdasarkan apa yang tertulis di buku Tasawuf Kultural; Fenomena Shalawat Wahidiyah, Sokhi Huda, 2008, betapa pun kuatnya ikhtiar yang kamu jalankan, jangan sampai melemahkan tawakal kepada Allah SWT. Begitupun sebaliknya, kuatnya tawakal kepada Allah SWT jangan sampai melemahkan ikhtiar.

Ikhtiar dan tawakal harus selaras, seimbang, dan berjalan beriringan. Inilah yang menjadi kunci agar kita mendapat pertolongan Allah SWT.

Seimbangnya ikhtiar dan tawakal adalah dengan serius dalam taubat, niat yang lurus dan tulus, bagus dalam ibadah, serta serius dalam memperbaiki diri. Jangan sampai kita sungguh-sungguh dalam doa dan tawakal akan tetapi dalam ikhtiar kita seadanya saja bahkan sampai terkesan terlalu santai.

Ikhtiar dan tawakal juga harus selaras. Seorang muslim sepatutnya bekerja dan berusaha sesuai kemampuannya. Artinya, seseorang harus berusaha menjemput rezeki dan keinginannya hingga mencapai batas maksimal yang mampu dia lakukan. Bila dia telah melakukan hal tersebut, maka orang tersebut disebut telah berikhtiar.

Beriringan dengan ikhtiar tersebut, seorang muslim juga harus bertawakal kepada Allah SWT. Muslim yang baik adalah muslim yang mampu menjaga tawakal dan ikhtiarnya dalam porsi yang proporsional.

Oleh karena itu, maksimalkanlah ikhtiar kita sambil tetap bersandar dan bergantung hanya kepada Allah SWT. Jangan pernah berharap pada penilaian dari sesama manusia, tidak perlu bergantung pada balasan dari sesama makhluk Allah SWT.

Fokuslah saja pada ikhtiar kita semaksimal mungkin, sebaik mungkin, jauhi hal-hal yang tidak Allah sukai dan tawakal, berserah diri kepada-Nya. (DNR)