Bagaimana sikap elit Politik Australia dalam memandang Kedaulatan Indonesia pada awal kemerdekaan

Mengapa terjadi pengurangan anggota militer pada kabinet hatta

Mengapa mereka tokoh-tokoh dari jakarta yang pernah menjabat di pemerintahan (moh natsir, syafrudin prawiranegara,dll) mendukung gerakan prri-permesta … ?

Mengapa terjadinya Pemberantak PRRI​

siapakah Anregurutta Pungngaji Sade atau Gurutta aji sade?​

Kenapa kapal menjadi perdagangan untuk logistik?

Kapankah dilaksanakannya rapat terakhir pki?

Dalam melakukan penelitian, seorang sejarawan memperoleh data-data dari pelaku / saksi atas peristiwa sejarah baik dalam bentuk artefak maupun dokumen … . berarti sejarawan tersebut mendapatkan data berupa ...

mohon d jawab ya teman baik

1.Keistimewaan Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah dalam menggunakan kata-kata yang seimbang dari segi jumlahnya Coba kamu jelaskan ke … mbali segi Kata yang mempunyai jumlah yg sama! 2. Orang-orang yang menolak mengakui bahwa Alquran adalah Firman Allah ditantang untuk membuat satu ayat saja yang semisal Alquran namun tidak ada yang mampu membuatnya Tulislah ayat yang menyatakan demikian! Mohon di bantu besok mau di kumpul

Bagaimana pariwisata indonesia setelah pandemi covid 19

Melbourne -

Wilayah Hindia Belanda, yang dikenal warga Australia saat itu dengan sebutan Netherlands East Indies memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Australia barulah mengenal sebutan Negara Indonesia dan segera menyusun langkah-langkah baru untuk mengakui kedaulatan negara tetangga terdekatnya.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno-Hatta langsung menarik perhatian dunia. Peristiwa tersebut menjadi bentuk pernyataan perlawanan untuk merdeka yang pertama kalinya dari negara jajahan.

Australia, yang saat itu bersekutu dengan Belanda, terpaksa membuat kebijakan baru soal hubungannya dengan Indonesia. Terlebih sebelumnya Australia hanya mengutamakan hubungan politik dan ekonomi dengan Inggris.

Sejarah mencatat Belanda telah berulang kali mencoba melakukan agresi militer untuk merebut kembali kekuasaannya di Indonesia.

Beberapa tokoh nasionalis Indonesia, termasuk yang sedang berada di Australia, mencoba melobi pemerintah Australia.

Sementara di pihak Australia, untuk menunjukkan solidaritasnya, sekitar 4.000 pekerja kelautan bekerjasama dengan pelaut Indonesia melancarkan aksi pemogokan dengan menolak melakukan bongkar muat kapal-kapal Belanda yang membawa persenjataan milik Belanda.

Di tahun 1945, Sutan Sjahrir pernah memberikan pidato yang disampaikan bagi warga Australia. Sjahrir menyatakan Australia sebagai 'teman', dengan merujuk pada pengalaman kedua negara dalam perang Pasifik melawan Jepang. Ia juga mengakui kesuksesan Australia dengan membuat pasukan Jepang mundur.

Dalam pidatonya, Sjahrir juga berjanji bahwa Indonesia yang merdeka akan selalu membantu membela kedaulatan Australia.

Inilah, yang menurut saksi sejarah Joe Isaac sebagai tonggak awal hubungan antara Indonesia dan Australia.

Bagaimana sikap elit Politik Australia dalam memandang Kedaulatan Indonesia pada awal kemerdekaan

PemberitaanSydneyMorningHerald tanggal 25 September 1945 Foto:NationalLibrary of Australia

Professor Joe Isaac pernah menjadi asisten pribadi William Macmahon Ball, seorang dosen senior ilmu politik di Universitas of Melbourne. Pasca Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Macmahon Ball dipercaya memimpin delegasi Australia ke Indonesia.

Joe yang saat itu asisten dosen di jurusan ekonomi di Universitas of Melbourne terpilih mendampingi Macmahon Bell karena memiliki pengetahuan soal bahasa Belanda, Indonesia. Joe juga pernah menulis hubungan perdagangan Australia dan Hindia Belanda untuk tesisnya.

"Delegasi Australia bertemu Soekarno dan kabinetnya, khususnya [Sutan] Sjahrir, perdana menteri saat itu, menjadi awal penting dalam hubungan diplomatik kedua negara," kata Profesor Joe.

Salah satu permintaan yang diajukan PM Sjahrir adalah meminta masukan soal apa yang bisa dilakukan Australia untuk bisa menyelesaikan masalah dengan pemerintah Belanda.

"Australia memiliki peranan penting untuk memfasilitasi konsiliasi, bahkan ada permintaan untuk membantu dan mengatur perdamaian di sana," jelas Profesor Joe. "Australia juga memfasilitasi pergerakan [Indonesia] untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara yang berdaulat."

Tapi Joe mengaku jika Australia saat itu tidak terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.

"Kita tidak lebih dari menawarkan pasokan obat-obatan, menyediakan pangan karena adanya kekurangan pasokan beras di Jawa saat itu, juga adanya permintaan menyelesaikan masalah dan upaya perdamaian..."

Saat itu, Australia telah duduk di komite badan PBB dan termasuk salah satu negara yang mendesak agar kemerdekaan Republik Indonesia segera diakui.

Setelah PBB mengakui kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1949, Australia pun harus mengubah kebijakannya.

"Indonesia jadi negara paling penting secara geografis [bagi Australia] dengan pemerintahan baru dan pengakuan dari PBB di tahun 1949 menyebabkan situasi berubah. Australia harus menyesuaikan kepada pemerintahan baru Indonesia."

Bagaimana sikap elit Politik Australia dalam memandang Kedaulatan Indonesia pada awal kemerdekaan

JoeIsaac, saksi sejarah pengakuan Australia soal kemerdekaan RI Foto:ErwinRenaldi

Profesor Joe Isaac yang lahir yang lahir di tahun 1922, pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar di Hindia Belanda, tepatnya di Semarang, Jawa Tengah.

Ia kemudian kembali ke Inggris, negara asalnya dan baru ke Indonesia di tahun 1945 untuk misi delegasi Australia.

Bagi Profesor Joe, menjadi saksi sejarah saat Indonesia masih dibawah pemerintahan koloni, hingga merdeka dan menjadi negara berkembang saat ini, memberikan pemahaman sendiri soal kemerdekaan Indonesia.

"Perubahan yang besar, tidak hanya dalam hal pemerintahan, tetapi warganya sendiri dalam menjalankan negaranya, dihargai secara diplomatis sebagai bagian dari PBB," ucap Profesor Joe. "...seperti anak kecil yang terus berkembang dan lari sendiri mengurus dirinya sendiri, mungkin itulah analogi saya [memaknai kemerdekaan].

Simak wawancara bersama Joe Isaac dalam tayangan video berikut ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

(nwk/nwk)

KOMPAS.com - Australia merupakan sebuah negara yang berbatasan laut secara langsung dengan Indonesia.

Pada masa awal kemerdekaan, Australia memegang peran penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Hubungan antara Indonesia dan Australia mulai terjalin melalui pelaut-pelaut Sulawesi dan Jawa yang bekerja di Australia pada awal abad ke-20 Masehi.

Para pelaut tersebut bekerja untuk perusahaan pelayaran Belanda yang beroperasi di pelabuhan-pelabuhan besar Australia.

Pada perkembangannya, para pekerja Indonesia turut tergabung dalam serikat buruh pelabuhan Australia bernama Waterside Workers Federation (WWF).

Baca juga: CAFTA : Sejarah, Tujuan dan Program

Aksi Buruh

Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, WWF dan Australian Seamens Union in Sydney melakukan demonstrasi besar-besaran di Sydney. Mereka menuntut adanya penghapusan deskriminasi kerja dan pengakuan kemerdekaan Indonesia.

Pada perkembangannya, WWF dan Australian Seamens Union in Sydney melakukan aksi mogok kerja dan memblokir pelabuhan tempat perusahaan Belanda beroperasi. Peristiwa mogok kerja dan pemblokiran pelabuhan Sydney tersebut sering disebut dengan Black Armada.

Peristiwa Black Armada di Australia menyebabkan militer Belanda tidak mampu mengirimkan logistik perang dari pangkalan Australia menuju Indonesia.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200 – 2004 (2005) karya M.C Ricklefs, pemerintah Australia mulai bersikap tegas untuk mendukung kemerdekaan Indonesia pada pertengahan tahun 1946.

Pada bulan Agustus 1946, pemerintah Australia menolak permintaan Belanda untuk mengirim amunisi dan perlengkapan perang dari Australia ke Indonesia. Dengan keputusan tersebut, jelas bahwa pemerintah Australia sepenuhnya mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Pengakuan India terhadap Kemerdekaan Indonesia

Kontribusi Australia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia juga terlihat dalam perundingan-perundingan Indonesia-Belanda.

Pada tahun 1947, Australia mengecam adanya Agresi Militer Belanda I dan berinisiatif untuk melaporkan Agresi Militer Belanda I kepada Dewan Keamanan PBB. 

Dalam buku Australia and the Indonesian Revolution (1986) karya George Margaret, Australia beranggapan bahwa Belanda telah melanggar pasal 39 tentang perdamaian Internasional.

Selain itu, Australia juga menjadi wakil Indonesia dalam Komisi Tiga Negara. Tugas utama KTN adalah menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda dengan cara damai.

Pada akhirnya, masalah Agresi Militer Belanda I dapat terselesaikan dengan penandatanganan perundingan Renville tanggal 8 Desember 1947. Dalam perundingan ini, Australia mengirimkan 2 delegasi yaitu, Richard Justice Kirby dan Thomas Critchley.

Baca juga: Pengakuan Kedaulatan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.