Apakah kadar gula tinggi sama dengan diabetes

Berikut ini adalah dua cara efektif yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya toksisitas gula darah.

1. Pola makan sehat

Anda dapat mengurangi risiko terkena toksisitas glukosa dengan mengurangi hiperglikemia melalui pola makan yang sehat.

Langkah pertama dalam melakukan ini adalah dengan mengatur asupan karbohidrat.

Bukan berarti Anda harus menghindari makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali.

Hal yang terpenting adalah dengan memastikan bahwa Anda mengonsumsinya dalam batas wajar.

Menurut American Diabetes Association, batas karbohidrat harian akan bergantung pada berat, tinggi badan, dan tingkat aktivitas Anda.

Sebagai acuan, Anda sebaiknya mengonsumsi sebanyak 30–75 gram karbohidrat dalam satu porsi makanan.

Untuk camilan, cukup dengan 15–30 gram karbohidrat saja untuk sekali makan.

2. Mengelola stres dengan baik

Mengurangi stres juga bisa membantu mencegah lonjakan gula darah secara terus-menerus yang menjadi penyebab toksisitas glukosa.

Tingkat stres sangat memengaruhi keseimbangan kadar gula darah. Hal ini karena stres dapat menghambat produksi insulin pada tubuh.

Oleh karena itu, penting untuk mengatasi stres yang membebani pikiran Anda.

Cobalah untuk menceritakan masalah yang Anda alami pada orang-orang terdekat. Hindari juga memaksakan diri Anda untuk berpikir positif.

Meditasi, latihan pernapasan, dan latihan relaksasi lainnya adalah beberapa cara yang bisa membantu Anda menenangkan diri ketika stres.

3. Rutin olahraga

Rutin berolahraga membantu menurunkan gula darah dan menurunkan risiko toksisitas glukosa. Saat Anda aktif bergerak, sensitivitas insulin akan meningkat.

Dengan begitu, insulin dapat membantu sel menyerap glukosa dan merubahnya menjadi energi selama dan setelah berolahraga.

Untuk memulai jadwal olahraga rutin, sebaiknya lakukan olahraga dengan intensitas sedang hingga tinggi selama minimal 30 menit per hari.

Salah satu jenis olahraga yang disarankan untuk pasien diabetes adalah yoga. Selain membuat Anda aktif secara fisik, yoga juga baik untuk pengelolaan stres.

Jika Anda mengalami beberapa gejala gula darah tinggi, segera konsultasikan pada dokter. Ini membantu Anda untuk mengurangi risiko toksisitas glukosa.

Jika tidak diobati, kondisi ini berisiko mengarah pada diabetes serta kemunculan penyakit komplikasi diabetes yang lebih cepat.

Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas nilai normal. Menurut PERKENI 2019, Gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat karena kerusakan pada sekresi insulin atau gangguan metabolik pada karbohidrat, lemak dan protein. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Penyebab Diabetes

Diabetes disebabkan karena tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel, sehingga glukosa menumpuk dalam darah.

Pada diabetes tipe 1, gangguan ini disebabkan sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin. Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah.

Sedangkan pada diabetes tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal, tetapi insulin tidak dapat berkerja secara optimal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.

Faktor Risiko Diabetes

Faktor risiko diabetes tipe 1, antara lain:

1.Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama yang berhubungan dengan gen tertentu.

2.Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun.

3.Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun, kemudian pada anak-anak usia 10–14 tahun.

4.Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir.

Faktor risiko diabetes tipe 2, antara lain:

1.Obesitas.

2.Distribusi lemak perut yang tinggi.

3.Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga.

4.Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga.

5.Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih.

6.Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia 45 tahun.

7.Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.

8.Riwayat diabetes saat hamil.

9.Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas.

Gejala Diabetes

Nyatanya, gejala diabetes akan dialami berbeda-beda oleh tiap pengidapnya. Namun, secara umum ada beberapa gejala yang akan dialami oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun tipe 2, seperti peningkatan rasa haus, peningkatan frekuensi buang air kecil, kelelahan berkelanjutan, gangguan penglihatan, dan terjadinya infeksi terus menerus. Infeksi yang terjadi umumnya terjadi pada bagian gusi maupun kulit. Sedangkan pada wanita, waspada infeksi bagian bagian vagina yang bisa menjadi tanda penyakit diabetes.

Diagnosis Diabetes

Dokter akan mendiagnosis diabetes pada seseorang dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah dan urine.

Pengobatan Diabetes

Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis diabetes yang kamu alami. Terapi insulin menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, tranplantasi pankreas bisa dilakukan guna mengatasi kerusakan pada pankreas. Sedangkan, pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan untuk menangani diabetes tipe 2.

Namun, umumnya ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes, seperti:

1.Melakukan Pola Makan Sehat

Jika kamu mengalami penyakit diabetes, sebaiknya atur kembali pola makan yang sehat. Fokuskan pada pengonsumsian buah, sayur, protein tanpa lemak, dan juga biji-bijian. Tidak hanya itu, kamu juga perlu mengonsumsi serat dan mengurangi beberapa jenis makanan, seperti makanan yang mengandung lemak jenuh, karbohidrat olahan, hingga pemanis buatan. Kamu bisa tanyakan langsung pada dokter melalui Halodoc untuk pola makan tepat bagi pengidap diabetes.

2.Rutin Melakukan Aktivitas Fisik

Setiap orang tentunya membutuhkan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tetap optimal. Termasuk pengidap diabetes. Olahraga menjadi satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengubahnya menjadi energi. Kamu bisa memilih untuk melakukan olahraga ringan, seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda. Jadikan kegiatan tersebut sebagai rutinitas harian untuk membantu kamu menghindari kondisi diabetes menjadi lebih buruk.

Pencegahan Diabetes

Lakukan beberapa gaya hidup sehat ini untuk mencegah penyakit diabetes:

1.Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.

2.Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.

3.Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.

4.Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.

5.Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.

6.Menghindari atau berhenti merokok.

Komplikasi Diabetes

Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata, kerusakan saraf, penyakit stroke dan jantung koroner, kerusakan ginjal, disfungsi seksual, keguguran, atau bayi lahir mati dari ibu yang mengidap diabetes.

Jika anda mengalami kondisi dan gangguan seperti diatas, jangan sungkan, dan malu untuk mengkonsultasikannya kepada kami. Poliklinik penyakit dalam kami siap melayani anda dengan dokter penyakit dalam yang kompeten dibidangnya. Poliklinik Penyakit dalam kami melayani pasien umum, BPJS, asuransi, dan anggota TNI. Poliklinik Penyakit dalam kami buka setiap hari senin sampai dengan sabtu. Anda dapat melakukan pendaftaran online ataupun offline pada poliklinik Penyakit dalam kami :

Gula darah tinggi Apakah disebut diabetes?

Gula darah tinggi pun paling sering dikaitkan sebagai tanda diabetes. Kadar gula darah dikatakan tinggi ketika glukosa darah lebih besar dari 125 mg/dL saat berpuasa (tidak makan setidaknya selama delapan jam).

Apakah kadar gula yang tinggi bisa normal kembali?

Jawabannya adalah bisa, gula darah dapat kembali normal setelah mengkonsumsi makanan sehat dan melakukan pola hidup yang sehat.

Apakah gula darah tinggi bisa menyebabkan diabetes?

Ketika mengkonsumsi gula secara berlebihan, terjadi peningkatan resistensi insulin. Peningkatan resistensi insulin membuat tubuh tidak dapat memproses kelebihan gula dengan baik. Lonjakan kadar gula darah kemudian tak bisa terhindarkan dan memicu penyakit diabetes melitus tipe 2.

Penderita diabetes gula darah berapa?

Normal (tidak menderita diabetes): di bawah 100 mg/dL. Prediabetes: 100-125 mg/dL. Diabetes: 126 mg/dL atau lebih.