Apa yang membuat ibadah seseorang jadi bernilai

Pelayanan Laboratorium 24 Jam

Instalasi Laboratorium RSI Amal Sehat...

Read more ...

Poli Bedah Tulang

Di Indonesia, dokter bedah ortopedi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan yang diajukan dalam bedah...

Read more ...

Instalasi Radiologi

Instalasi Radiologi RSI Amal Sehat memberikan pelayanan one day service dan buka selama 24 jam. Dengan ruangan pemeriksaan yang...

Read more ...

Unit Gawat Darurat (UGD)

Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan bagian dari pelayanan RS Islam Amal Sehat Sragen...

Read more ...

Pelayanan Operasi/Bedah RSI Amal Sehat Sragen

Pelayanan bedah Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen merupakan suatu pelayanan terpadu yang...

Read more ...

Ambulan

Ambulans adalah kendaraan transportasi gawat darurat medis khusus orang sakit atau cedera yang digunakan untuk...

Read more ...

Pelayanan Farmasi

Instalasi farmasi Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen adalah suatu unit di rumah sakit yang...

Read more ...

Pelayanan Bagian Kerohanian

Kerohanian RS Islam Amal Sehat Sragen merupakan salah satu unit...

Read more ...

Apa yang membuat ibadah seseorang jadi bernilai

RSIAMALSEHAT.COM-SRAGEN. Ketika berbicara tentang “ibadah” mindset seseorang akan tertuju pada ibadah-ibadah yang dikhususkan kepada Allah SWT, seperti: shalat, puasa, zakat, ataupun sedekah. Banyak Muslimin yang belum memaknai bahwasannya segala sesuatu yang kita lakukan akan bernilai ibadah apabila kita niatkan untuk ibadah kepada Allah SWT, tidak terkecuali dengan pekerjaan yang kita tekuni. Kemudian, timbul pertanyaan yang menggelitik, “Bagaimana menjadikan pekerjaan bernilai ibadah?” Ustadz Sri Yoko, Amd mengupasnya dalam pengajian Senin rutin.

1. Melakukan Pekerjaan yang Baik dan Halal

Dengan melakukan pekerjaan yang halal, uang yang kita dapatkan tentu halal sehingga makanan yang kita makan juga halal. Kita harus berhati-hati karena makanan yang halal apabila didapatkan dengan cara yang tidak halal maka menjadi makanan yang haram. Sama-sama melakukan pekerjaan yang diniatkan untuk menghidupi keluarga, nilai ibadah dan keberkahan tidak akan sama tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Sebagai umat Muslim, kita diwajibkan menekuni pekerjaan-pekerjaan yang halal sesuai dengan tuntunan syariat dan menjauhi segala bentuk pekerjaan yang menyuburkan praktik-praktik kemaksiatan, seperti: membuat patung untuk sesembahan/ pemujaan, memproduksi atau menjual khamr atau berbagai jenis minuman memabukkan, memfasilitasi perjudian, meminjami uang dengan sistem riba, suap-menyuap, sihir-menyihir, beternak hewan yang haram, mencuri/ merampok, menipu, dan lain-lain. 

2. Melakukan Pekerjaan dengan Profesional dan Penuh Tanggung Jawab

Pekerjaan yang kita lakukan harus didasari oleh sikap profesional dan penuh tanggung jawab karena pekerjaan itu tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada atasan tetapi juga kepada Allah SWT. Menumbuhkan rasa cinta terhadap pekerjaan bisa menjadi cara ampuh untuk memantik semangat kita dalam berkarya. Senantiasa melakukan inovasi-inovasi dan memunculkan ide-ide segar akan membuat kita terbebas dari rutinitas pekerjaan yang menjemukan. Rasulullah SAW merupakan suri tauladan terbaik dalam hal profesionalisme dan tanggung jawab. Beliau merupakan sosok yang sangat berdedikasi dalam setiap hal yang dilakukan, baik sebagai individu, suami, ayah, sahabat, maupun sebagai seorang nabi sehingga beliau mendapat gelar Al-Amin yang berarti “yang terpercaya”.

Kata ikhlas disini selaras dengan motto RS Islam Amal Sehat Sragen “Santun dalam Melayani, Ikhlas dalam Mengabdi”. Semua karyawan diharapkan mampu mengaplikasikan sikap ikhlas dalam mengabdi ini sesuai dengan bidang dan tupoksinya. Sebagai contohnya, perawat: menyuntik, memberikan obat, memantau kondisi pasien, Customer Service: menghimpun segala bentuk keluhan dan saran dari pasien untuk ditindaklanjuti ke bagian terkait, Cleaning Service: mengepel lantai, membersihkan kamar pasien dan ruangan di lingkungan rumah sakit. Yang dimaksud dengan ikhlas disini adalah memasrahkan semua yang kita kerjakan semata-mata untuk mendapat ridho Allah. Amal perbuatan kita tergantung dari niat. Seyogyanya, sebelum bekerja kita memulainya dengan membaca doa “Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala quwwata illa billah. 

4. Bekerja dengan Tidak Melalaikan Kewajiban kepada Allah SWT

Menurut Ustadz Yusuf Mansur dimanapun kita bekerja apabila saat adzan berkumandang kita tidak bergegas untuk salat maka nilai ibadah dalam bekerjanya batal. Syarat pahala adalah kita tidak melalaikan kewajiban melaksanakan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla saat bekerja. Betapa beruntungnya kita dapat bekerja di instansi yang mendorong para karyawan untuk beribadah seperti halnya RS Islam Amal Sehat Sragen. Bahkan, Direktur dr. H. Dukut Sarwandi HA, Sp. PD., Finasim menghimbau bagian Kerohanian untuk mengingatkan para penunggu pasien/ pengunjung untuk melaksanakan shalat. Coba dibayangkan apabila kita bekerja di negara-negara sekuler yang tidak memberikan waktu untuk menjalankan shalat atau memperbolehkan pekerja wanita mengenakan hijab. 

Apapun jenis pekerjaan yang kita jalani saat ini, seberapa besar ataupun kecil gaji yang didapat kita harus tetap mensyukurinya karena tidak semua orang diberi nikmat pekerjaan. Di luar sana, ada ribuan bahkan jutaan orang berlabel “pencari kerja” yang menghabiskan banyak waktunya untuk menulis Curiculum Vitae dan berjalan kesana-kemari untuk melamar pekerjaan dan menjalani sesi tes dan wawancara. Oleh karena begitu banyaknya kemudahan yang kita dapatkan sebagai karyawan hendaknya kita bersyukur. Yakinlah bahwa niat ibadah akan diganjar nilai ibadah. Niat menolong orang lain maka Allah SWT pun akan memberikan pertolongan kepada kita. Sesuatu yang dimiliki memang seringkali terasa tidak spesial namun apabila hal yang dimiliki tersebut tidak ada lagi dalam genggaman maka kita baru merasa kehilangan. Begitu pun dengan pekerjaan kita.

Seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW “Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” [HR. Tirmidzi] (nevi/cs)

AKURAT.CO, Allah Swt memiliki sifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang, termasuk dalam urusan ibadah. Agama Islam merupakan agama yang tak memberatkan umatnya, bahkan ibadah sekecil apa pun akan medapatkan pahala.

Dilansir dari Bincang Syariah, dalam kitab Jami’ as-Saghir, Imam Suyuthi meriwayatkan hadis tentang 5 hal yang meski hanya memandangnya akan dinilai sebagai ibadah.

Rasulullah bersabda, “Ada lima macam pandangan yang bernilai ibadah, memandang mushaf, memandang Kakbah, memandang kedua orang tua, memandang air zam-zam bisa melebur kesalahan-kesalahan, dan memandang wajah orang alim.”

1. Memandang mushaf

Al-Qur’an merupakan kitab pedoman bagi seluruh umat muslim di dunia. Seperti diketahui, membaca dan mengamalkan Al-Qur’an merupakan ibadah yang memiliki ganjaran besar. Namun, memandang mushaf untuk kemudian membacanya juga bernilai ibadah.

Melihat mushaf saat sedang membacanya juga bisa membantu untuk membenarkan bacaan dan menghindarkan diri dari lahn atau kesalahan bacaan tajwid.

Abdillah bin Hasan menyebutkan bahwa, “Dua belas sahabat Rasulullah sepakat, sebaik-baiknya ibadah adalah membaca Al-Qur’an dengan melihat mushaf.”

2. Memandang Kakbah

Bagi umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah haji atau umrah, saat sedang menunaikan salat di Masjidil Haram disunahkan memandang Kakbah dan bukan memandang Kakbah tersebut, sebagaimana pendapat Al-Mawardi dan Ar-Rauyani.

Memandang Kakbah dengan disertai perasaan senang dan rindu dengan Allah bisa bernilai ibadah. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir.

 “Setiap sehari semalam Allah menurunkan seratus dua pulu rahmat atas Baitullah. Enam puluh rahmat untuk yang melakukan tawaf, empat puluh untuk yang melakukan salat, dan dua puluh untuk yang memandang.”

3. Memandang orang tua

Selain itu, memandang orang tua juga memiliki nilai ibadah jika disertai dengan perasaan rendah hati. Hal ini juga termasuk dalam birrul walidain, salah satu amal yang dicintai oleh Allah.

4. Memandang zam-zam

Memandang sumur zam-zam maupun air zam-zam akan bernilai ibadah jika diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pahala memandang air zam-zam akan meleburkan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Terlebih jika sembari merenungkan betapa besar kekuasaan Allah.

5. Memandang wajah orang alim

Memandang orang alim atau ulama juga merupakan ibadah. Orang alim di sini adalah orang yang memiliki ilmu agama dan mengamalkannya. Hal ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan, betapa Islam juga menjunjung tinggi ilmu.

Dengan memandang wajah orang alim, terdapat makna bahwa sebaiknya kita selalu bersama-sama dengan orang yang alim dan soleh agar ibadah dan keimanan kita kepada Allah tetap terjaga.

Wallahu a’lam.[]