Apa itu hiv aids dan penyebabnya

Masyarakat sering kali menganggap bahwa penyakit HIV/AIDS mudah menular. Cari tahu penyebab infeksi HIV dan bagaimana cara penularannya di sini.

Infeksi HIV/AIDS berbahaya karena awalnya tidak menimbulkan gejala, tetapi diam-diam merusak sistem kekebalan tubuh. Penderita HIV menjadi rentan terkena infeksi penyakit lainnya dan lebih sulit untuk sembuh dibandingkan orang sehat. Bagaimana cara penularan HIV?

Berikut 7 penyebab utama penularan penyakit HIV/AIDS yang perlu diwaspadai, di antaranya:

  1.  Berhubungan Seksual Tanpa Pengaman

Hubungan seksual merupakan penyebab utama penularan HIV/AIDS yang paling umum terjadi karena virus dapat menular melalui cairan sperma dan lendir vagina. Berhubungan seksual dengan penderita HIV memiliki risiko tertular paling tinggi. Sebaiknya hindari bergonta-ganti pasangan dan gunakan kondom untuk keamanan Anda.

  1.  Penggunaan Jarum Suntik Bersama

Jarum suntik tidak steril merupakan salah satu media penularan virus HIV/AIDS. Penularan virus HIV melalui jarum suntik banyak terjadi pada pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bergantian. Hal ini disebabkan oleh jarum yang digunakan oleh penderita HIV digunakan oleh orang lainnya, sehingga virus juga ditularkan ke orang yang menggunakan jarum tersebut.

  1.  Alat Tato atau Tindik Tidak Steril

Sama halnya dengan jarum suntik, pembuatan tato di bagian tubuh merupakan salah satu penyebab utama penularan HIV/AIDS. Ini karena alat tato juga menggunakan jarum suntik, bila dipakai secara bergantian meningkatkan risiko terkena HIV dari orang sebelumnya. Penting bagi Anda untuk memastikan jarum steril sebelum melakukan tato atau tindik.

  1. Transplantasi Organ Tubuh dari Penderita HIV

Penularan virus HIV/AIDS dapat terjadi melalui proses transplantasi organ tubuh, misalnya ketika seseorang mendapat transplantasi organ dari penderita HIV/AIDS, virus di dalam organ tersebut dapat masuk ke dalam tubuh pasien. Hal ini perlu diwaspadai baik oleh petugas medis maupun pasien dengan memastikan seluruh kondisi kesehatannya terlebih dahulu. Tak hanya itu, transfusi darah tanpa melalui proses screening bisa menularkan HIV pada Anda.

  1. Pekerja Rumah Sakit Lebih Rentan

Bekerja di rumah sakit sakit meningkatkan risiko seseorang tertular virus HIV/AIDS. Ini karena mereka yang bekerja sebagai petugas medis cenderung melakukan kontak dengan darah atau jarum suntik yang telah terkontaminasi virus HIV/AIDS. Meskipun petugas medis telah melakukan beragam pengamanan dengan baik, risiko ini tetap harus diwaspadai. 

  1. ASI dari Ibu HIV

Virus HIV dapat ditularkan melalui ASI dari ibu dengan HIV/AIDS, maka dari itu perlu pertimbangan dokter mengenai pemberian ASI pada bayi. Agar kondisi ini tidak terjadi pada bayi Anda nantinya, konsultasikan dengan dokter kandungan Anda untuk memulai program kehamilan. Tes HIV juga dapat dilakukan bagi mereka yang telah menginjak masa kehamilan.

  1. Diturunkan dari Ibu ke Janin dalam Kandungan

HIV dapat ditularkan oleh ibu hamil yang menderita HIV kepada janin selama di dalam kandungan. Akibatnya janin yang terlahir ke dunia berisiko mengalami HIV karena virus dapat menembus sawar plasenta. Untuk mencegahnya, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

Penularan HIV dapat terjadi dimana pun, baik itu rumah sakit, lingkungan pemakai narkoba, tempat pembuatan jasa tato yang mana menggunkan jarum suntik sebagai medianya sebab jarum suntik terkadang dilakukan secara bergantian, akhirnya tidak steril dan bisa jadi telah mengenai tubuh penderita HIV/AIDS. Selain itu, penularan HIV/AIDS yang paling utama ialah hubungan seksual secara bergantian tanpa memakai pengaman.

Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.

Baca Juga: Memahami Gejala Awal HIV yang Sering Kali Tidak Disadari

Pengertian HIV/AIDS

Pengertian HIV atau kepanjangan dari human immunodeficiency virus adalah infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Virus ini secara spesifik menyerang sel CD4 yang menjadi bagian penting dalam perlawanan infeksi.

Hilangnya sel CD4 akan melemahkan fungsi sistem imun tubuh manusia secara drastis.

Akibatnya, HIV akan membuat tubuh Anda rentan mengalami berbagai penyakit infeksi dari bakteri, virus, jamur, parasit, dan patogen merugikan lainnya.

Sering dikira sebagai satu kesatuan, HIV dan AIDS adalah kondisi berbeda. Meski begitu, keduanya memang saling berhubungan.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala yang muncul ketika stadium infeksi HIV sudah sangat parah.

Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit kronis lain, seperti kanker dan berbagai infeksi oportunistik yang muncul seiring dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Sederhananya, infeksi HIV adalah kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS.

Jika infeksi virus ini dalam jangka panjang tidak diobati dengan tepat, Anda akan berisiko lebih tinggi mengalami AIDS.

Seberapa umumkah HIV dan AIDS?

Menurut laporan UN AIDS, pada akhir 2019 ada sekitar 38 juta orang di dunia yang hidup dengan penyakit HIV/AIDS alias ODHA.

Sebanyak 4% kasus di antaranya di alami oleh anak-anak.

Di tahun yang sama, sekitar 690.000 orang meninggal akibat penyakit yang muncul sebagai komplikasi AIDS.

Dari total populasi itu, 19% orang sebelumnya tidak menyadari dirinya terinfeksi.

Tanda-tanda dan gejala HIV/AIDS

Infeksi penyakit ini pada umumnya tidak menampakkan wujud yang jelas di awal masa infeksi.

Kebanyakan ODHA tidak menunjukkan tanda atau gejala HIV/AIDS yang khas dalam beberapa tahun pertama saat terinfeksi.

Jika mengalami gejala, kemungkinan gangguan yang dirasakan tidak begitu berat.

Gejala yang muncul kerap disalahpahami sebagai penyakit lain yang lebih umum.

Namun, Anda patut waspada jika mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan melemahnya kondisi sistem imun tubuh.

Gejala awal penyakit HIV umumnya mirip dengan infeksi virus lainnya, yaitu:

  • Demam HIV.
  • Sakit kepala.
  • Kelelahan.
  • Nyeri otot.
  • Kehilangan berat badan secara perlahan.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.

Infeksi virus HIV umumnya memakan waktu sekitar 2-15 tahun hingga menimbulkan gejala.

Infeksi virus ini memang tidak akan langsung merusak organ tubuh Anda.

Virus tersebut perlahan menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkannya secara bertahap sampai kemudian tubuh Anda menjadi rentan diserang penyakit, terutama infeksi.

Jika infeksi virus HIV dibiarkan berkembang, kondisi ini bisa berubah semakin parah menjadi AIDS.

Berikut ini adalah berbagai gejala penyakit AIDS yang dapat muncul:

  • Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah atau mulut.
  • Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang.
  • Penyakit radang panggul kronis.
  • Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya (mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala dan atau pusing).
  • Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga atau diet.
  • Lebih mudah mengalami memar.
  • Diare yang lebih sering.
  • Sering demam dan berkeringat di malam hari.
  • Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.
  • Batuk kering yang terus menerus.
  • Sering mengalami sesak napas.
  • Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang pasti.
  • Ruam kulit yang sering atau tidak biasa.
  • Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki.
  • Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan otot.
  • Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental.

Ada juga kemungkinan bahwa Anda akan mengalami berbagai gejala di luar yang telah disebutkan.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika Anda menunjukkan gejala seperti yang telah disebutkan di atas atau termasuk orang yang berisiko terinfeksi, segera periksakan diri ke dokter.

Kondisi tubuh masing-­masing orang berbeda. Setiap orang mungkin menunjukkan tanda-tanda yang berbeda.

Anda mungkin juga sudah terinfeksi tetapi masih terlihat sehat, bugar, dan bisa berkegiatan normal selayaknya orang sehat lainnya.

Meski begitu, Anda masih dapat menularkan virus HIV ke orang lain.

Anda tidak dapat mengetahui secara pasti apakah benar terjangkit penyakit HIV/AIDS sampai melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh.

Penyebab HIV/AIDS

HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus.

Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait melemahnya sistem imun.

ADIS terjadi ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak ditangani dengan baik.

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus HIV dari orang yang terinfeksi hanya bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti:

  • Darah
  • Air mani
  • Cairan pra-ejakulasi
  • Cairan rektal (anus)
  • Cairan vagina
  • ASI yang berkontak langsung dengan luka terbuka di selaput lendir, jaringan lunak, atau luka terbuka di kulit luar tubuh orang sehat.

1. Hubungan seksual

Jalur penularan virus umumnya terjadi dari hubungan seks tanpa kondom (penetrasi vaginal, seks oral, dan anal).

Ingat, penularan hanya bisa terjadi dengan syarat, Anda sebagai orang yang sehat memiliki luka terbuka atau lecet di organ seksual, mulut, atau kulit.

Biasanya, perempuan remaja cenderung lebih berisiko terinfeksi HIV karena selaput vagina tipis sehingga rentan lecet dan terluka dibandingkan wanita dewasa.

Penularan lewat seks anal juga termasuk lebih rentan karena jaringan anus tidak memiliki lapisan pelindung layaknya vagina sehingga lebih mudah sobek akibat gesekan.

2. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril

Selain dari paparan antar cairan dengan luka lewat aktivitas seks, penularan HIV juga dapat terjadi jika cairan terinfeksi tersebut disuntikkan langsung ke pembuluh darah, misalnya dari:

  • Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan orang yang terkontaminasi dengan human immunodeficiency virus.
  • Menggunakan peralatan tato (termasuk tinta) dan tindik (body piercing) yang tidak disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan kondisi ini.
  • Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya seperti klamidia atau gonore. Virus HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan tubuh lemah.
  • Ibu hamil pengidap HIV/AIDS dapat menularkan virus aktif kepada bayinya (sebelum atau selama kelahiran) dan saat menyusui.

Namun, jangan salah sangka. Anda TIDAK dapat tertular virus HIVmelalui kontak sehari-hari seperti:

  • Bersentuhan
  • Berjabat tangan
  • Bergandengan
  • Berpelukan
  • Cipika-cipiki
  • Batuk dan bersin
  • Mendonorkan darah ke orang yang terinfeksi lewat jalur yang aman
  • Menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama
  • Berbagi sprei
  • Berbagi peralatan makan atau makanan yang sama
  • Dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya

Faktor risiko HIV/AIDS

Setiap orang, terlepas dari usia, jenis kelamin, dan orientasi seksualnya bisa terinfeksi HIV.

Namun, beberapa orang lebih berisiko untuk terjangkit penyakit ini apabila memiliki faktor seperti:

  • Melakukan hubungan intim yang berisiko menyebabkan paparan penyakit menular seksual, seperti seks tanpa kondom atau seks anal.
  • Memiliki lebih dari satu atau berganti-ganti pasangan seksual.
  • Menggunakan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik yang digunakan secara bergantian dengan orang lain.
  • Melakukan prosedur STI yakni pemeriksaan pada organ intim.

Komplikasi HIV/AIDS

Komplikasi dari infeksi virus human immunodeficiency virus adalah penyakit AIDS.

Artinya, AIDS menjadi kondisi lanjut dari infeksi HIV.

Infeksi virus inidapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga bisa menyebabkan berbagai infeksi lainnya.

Jika Anda juga memiliki AIDS, Anda mungkin memiliki beberapa komplikasi kondisi yang cukup parah, seperti:

1. Kanker

Orang yang mengalami AIDS juga bisa terkena penyakit kanker dengan mudah.

Jenis kanker yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru, ginjal, limfoma, dan sarkoma Kaposi.

2. Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi paling umum yang muncul saat seseorang mengidap HIV.

Pasalnya, orang dengan HIV/AIDS tubuhnya sangat rentan terkena virus.

Oleh sebab itu, tuberkulosis menjadi penyebab utama kematian di antara orang dengan HIV/AIDS.

3. Sitomegalovirus

Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu.

Sistem kekebalan tubuh yang sehat akan membuat virus tidak aktif.

Namun, jika sistem kekebalan tubuh melemah karena Anda mengidap penyakit HIV dan AIDS, virus dapat dengan mudah menjadi aktif.

Sitomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lain.

4. Candidiasis

Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV/AIDS.

Kondisi ini menyebabkan peradangan dan menyebabkan lapisan putih dan tebal pada selaput lendir mulut, lidah, kerongkongan, atau vagina.

5. Kriptokokus meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).

Meningitis kriptokokal adalah infeksi sistem saraf umum pusat yang bisa didapat oleh orang dengan penyakit HIV/AIDS.

Kriptokokus yang disebabkan oleh jamur di dalam tanah.

6. Toksoplasmosis

Infeksi yang mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang menyebar terutama melalui kucing.

Kucing yang terinfeksi biasanya memiliki parasit di dalam tinjanya.

Tanpa disadari, parasit ini kemudian dapat menyebar ke hewan lain dan manusia.

Jika orang dengan HIV/AIDS mengalami toksoplasmosis dan tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan infeksi otak serius seperti ensefalitis.

7. Cryptosporidiosis

Infeksi ini terjadi disebabkan oleh parasit usus yang umum ditemukan pada hewan.

Biasanya, seseorang bisa terkena parasit ini cryptosporidiosis ketika Anda menelan makanan atau air yang terkontaminasi.

Nantinya, parasit akan tumbuh di usus Anda dan saluran empedu, menyebabkan diare parah kronis pada orang dengan AIDS.

Selain infeksi, Anda juga berisiko mengalami masalah neurologis dan masalah ginjal jika memiliki penyakit AIDS.

Diagnosis HIV/AIDS

Mendiagnosis penyakit ini biasanya akan dilakukan dengan tes darah.

Ini adalah cara yang paling memungkinkan untuk dokter memeriksa sekaligus menentukan apakah Anda terinfeksi HIV atau tidak.

Keakuratan tes tergantung pada waktu paparan terakhir HIV, misalnya kapan terakhir kali berhubungan seks tanpa kondom atau berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi.

Jika Anda pernah melakukan berbagai tindakan berisiko, Anda bisa saja terinfeksi.

Meski begitu, butuh waktu sekitar 3 bulan setelah paparan pertama untuk antibodi human immunodeficiency virus bisa terdeteksi dalam pemeriksaan.

Oleh karena itu, lebih baik melakukan tes HIV untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda secara pasti.

Jika hasil tes Anda positif (reaktif), tandanya Anda memiliki antibodi HIV dan memiliki infeksi penyakit tersebut.

Meski positif HIV, namun belum berarti Anda juga memiliki AIDS.

Tidak ada yang tahu pasti kapan seseorang terinfeksi virus HIV akan mengalami AIDS.

Jika hasil tes HIV negatif, artinya di dalam tubuh Anda tidak memiliki antibodi human immunodeficiency virus.

Pengobatan HIV/AIDS

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan sepenuhnya infeksi virus HIV dari dalam tubuh.

Namun, gejala penyakit bisa dikendalikan dan sistem imun bisa ditingkatkan dengan pemberian terapi antiretoviral (ARV).

Terapi ARV tidak dapat membasmi virus seluruhnya, tetapi bisa membantu orang dengan HIV hidup lebih lama dan lebih sehat.

Setiap pengidap HIV bisa hidup sehat dan menjalani aktivitas secara normal selama menjalani pengobatan antiretroviral.

Selain itu, mengikuti pengobatan juga membantu mengurangi risiko penularan terutama pada orang-orang terdekat.

Terapi ARV terdiri dari penggunaan sekumpulan obat antiviral yang dapat mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuh dengan menghambat virus memperbanyak diri.

Berkurangnya virus memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.

Dengan begitu, jumlah virus di dalam tubuh dapat terkendali dan infeksinya tidak menimbulkan gejala.

Di samping itu, jumlah virus yang rendah membuat kemungkinan risiko penularan ke orang lain pun semakin berkurang.

Anda biasanya diminta untuk menjalani pengobatan ARV sesegera mungkin setelah terinfeksi HIV, terlebih jika sedang dalam kondisi berikut:

  • Hamil
  • Memiliki infeksi oportunistik (infeksi penyakit lain bersamaan dengan HIV)
  • Memiliki gejala yang parah
  • Jumlah sel CD4 di bawah 350
  • Memiliki penyakit ginjal akibat HIV
  • Sedang dirawat karena hepatitis B atau C

Dalam terapi ART, ada banyak obat untuk HIV yang biasanya dikombinasikan sesuai dengan kegunaannya. Beberapa jenis obat antiretroviral adalah:

  • Lopinavir
  • Ritonavir
  • Zidovudine
  • Lamivudine

Pemilihan jenis pengobatan akan berbeda untuk setiap orang karena perlu disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien.

Dokterlah yang akan menentukan rejimen yang tepat untuk Anda.

Pengobatan di rumah

Selain terapi antiretroviral, berikut gaya hidup sehat yang perlu dilakukan ODHA untuk menjaga kesehatan:

  • ODHA harus makan makanan dengan gizi seimbang dan memperbanyak sayur, buah, biji-bijian, dan protein tanpa lemak.
  • Cukup istirahat.
  • Rutin berolahraga.
  • Menghindari obat-obatan terlarang termasuk alkohol.
  • Berhenti merokok.
  • Melakukan berbagai cara untuk mengelola stres seperti meditasi atau yoga.
  • Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap habis memegang hewan peliharaan.
  • Menghindari daging mentah, telur mentah, susu yang tidak dipasteurisasi, dan makanan laut mentah.
  • Melakukan vaksin yang tepat untuk mencegah infeksi seperti radang paru dan flu.

Pencegahan HIV/AIDS

Jika Anda atau pasangan positif terinfeksi HIV/AIDS, Anda dapat menularkan virus ke orang lain, meski tubuh tidak menunjukkan gejala apapun.

Untuk itu, lindungi orang-orang di sekitar Anda dengan mencegah penyebaran HIV/AIDS seperti:

  • Selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks vagina, oral, atau anal.
  • Tidak berbagi jarum atau peralatan obat lainnya.

Jika Andahamil dan terinfeksi HIV, berkonsultasilah dengan dokter yang memiliki pengalaman tentang pengobatan penyakit HIV.

Tanpa pengobatan, sekitar 25 dari 100 bayi yang lahir dari ibu juga bisa terinfeksi.

Jika memiliki pertanyaan, silakan berkonsultasi dengan dokter demi lebih memahami solusi terbaik untuk Anda.

Apa penyebab penyakit HIV AIDS?

HIV/AIDS masuk melalui dua jalur yaitu melalui cairan kelamin dan darah, sehingga faktor risiko HIV/ AIDS berhubungan dengan kedua hal tersebut antara lain: Sering berganti pasangan. Melakukan hubungan seksual yang beresiko baik homoseksual maupun heteroseksual. Menggunakan jarum suntik narkoba secara bersamaan.

Apa yang dimaksud dengan virus HIV?

HIV adalah kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merupakan virus penyakit yang menyerang dan menghancurkan sel CD4. Cell CD4 adalah sel yang melawan infeksi dari sistem kekebalan tubuh.

Apa gejala orang yang terinfeksi HIV AIDS?

Gejala AIDS meliputi: Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya. Berkeringat di malam hari. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.

Apa penyebab penyakit HIV pada pria?

Salah satu penyebab penularan virus HIV adalah melakukan hubungan seksual. "Ini terutama menyebar melalui seks, berbagi jarum suntik, transfusi darah, dan ibu ke bayi selama persalinan," kata Jennifer Veltman, MD, kepala penyakit menular di Loma Linda University Health, dikutip dari Healthline, Kamis (19/5).