Apa itu erupsi kulit

Erupsi obat merupakan reaksi alergi yang muncul pada kulit yang dipicu oleh pemakaian obat, baik obat oles maupun minum, yang diberikan pada dosis dan indikasi yang sesuai. Kejadian erupsi obat ditemukan meningkat pada beberapa tahun belakangan ini, akibat banyaknya jumlah obat baru yang beredar. Sebagian besar kasus erupsi obat merupakan kasus ringan, namun sekitar 20% dari total kasus menimbulkan reaksi yang berat dan memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. Deteksi dini obat penyebab erupsi obat serta pencegahan paparan terhadap obat penyebab  merupakan penatalaksanaan penting pada kasus erupsi obat terutama untuk mencegah berulangnya  erupsi obat yang mungkin akan lebih parah.

Terdapat beberapa pemeriksaan yang bisa digunakan untuk mengetahui jenis obat yang menjadi penyebab erupsi obat. Salah satu pemeriksaan yang sederhana, mudah dilakukan serta praktis yang cukup sensitif dan spesifik pada erupsi obat adalah uji kulit (skin test). Risiko yang ditimbulkan dari uji kulit lebih dapat ditolerir dan jarang bersifat fatal, dibandingkan uji provokasi obat yang merupakan baku emas dalam penentuan jenis obat penyebab erupsi.

Erupsi obat dapat merupakan reaksi alergi tipe cepat atau segera, dimana reaksi tersebut terjadi dalam 1-2 jam setelah terpapar obat, maupun reaksi alergi tipe lambat, dimana reaksi tersebut dapat terjadi setelah beberapa jam, hari hingga enam minggu setelah paparan obat penyebab. Bentuk erupsi obat sangat bervariasi dan luas, mulai dari ruam kemerahan dan pembengkakan lokal yang sering ditemukan pada reaksi alergi tipe cepat serta berupa bintil berisi nanah, bintil besar berisi cairan, kulit mengelupas, dan beberapa bentuk erupsi lain yang sering ditemukan pada reaksi alergi tipe lambat.

Pemeriksaan terhadap obat penyebab erupsi obat sangat penting dilakukan dan uji kulit merupakan pilihan pertama dalam menentukan obat penyebab erupsi karena merupakan prosedur yang sederhana, mudah serta praktis dilakukan yang cukup sensitif dan spesifik. Uji kulit juga lebih aman dan lebih jarang menimbulkan resiko yang fatal dibandingkan dengan uji provokasi yang merupakan baku emas penentuan obat penyebab reaksi erupsi obat. Uji kulit yang dapat dilakukan pada kasus erupsi obat antara lain uji tempel (skin patch test), uji tusuk (skin prick test) serta uji tusuk intradermal (intradermal skin test). Uji tempel yang ideal dilakukan dengan menempelkan bahan alergen yang sudah terstandar.

Uji tempel harus dilakukan pada kulit yang tidak mengalami reaksi erupsi yang aktif, dan pasien tidak diperbolehkan menggunakan obat-obatan yang dapat mempengaruhi reaksi alergi. Selain uji tempel, dapat juga dilakukan uji tusuk kulit. Uji ini mudah dilakukan, relatif murah, dan hasil uji dapat diketahui dalam waktu singkat dan dapat dilakukan berulang kali. Namun demikian, uji ini kurang sensitif pada beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi obat.

Uji tusuk kulit dilakukan dengan memaparkan sejumlah kecil alergen pada kulit yang sudah ditusuk dangkal sebelumnya, agar alergen dapat menimbulkan efek ringan pada kulit berupa pembengkakan lokal pada lokasi tusuk. Uji lainnya adalah uji intradermal. Uji ini merupakan yang paling sensitif dalam menentukan obat penyebab dibandingkan uji lain. Namun, uji ini kurang disukai karena rasa nyeri yang ditimbulkan lebih besar dibanding uji tusuk kulit, prosedur yang lebih rumit, serta kemungkinan reaksi alergi yang lebih berat disbanding uji tusuk kulit, meskipun jarang berakibat fatal.

Erupsi obat merupakan reaksi alergi yang muncul pada kulit yang dipicu oleh pemakaian obat, baik obat oles maupun minum, yang diberikan pada dosis dan indikasi yang sesuai. Penentuan terkait obat yang menjadi penyebab erupsi merupakan hal yang penting pada kasus erupsi obat. Salah satu uji yang dapat digunakan untuk mengetahui dan menentukan hal tersebut pada praktek sehari-hari yaitu dengan menggunakan uji kulit. Uji kulit cukup mudah dilakukan, relatif murah serta cukup sensitif dan spesifik dalam menentukan obat penyebab.

Terdapat tiga macam uji kulit yang dapat digunakan pada erupsi obat, yaitu uji tempel, uji tusuk serta uji intradermal. Pemilihan dan penggunaan uji yang sesuai dengan jenis reaksi alergi yang terjadi diharapkan mampu meningkatkan akurasi uji kulit, sehingga obat penyebab dapat diketahui dengan pasti dan terjadinya erupsi obat dapat dicegah.

Sekitar 80% obat yang beredar di pasaran saat ini adalah hasil inovasi teknologi informasi dalam 3 dasawarsa terakhir. Paparan berbagai obat baru meningkatkan insidensi reaksi erupsi obat (drug eruptions) dalam praktek sehari-hari. Sayangnya, diagnosis reaksi erupsi obat masih menjadi tantangan terutama di fasilitas kesehatan primer. Masih sering TS misidiagnosis untuk kasus erupsi obat karena memang tampilan klinisnya memiliki variasi yang luas.

Dokter di Faskes Primer tentu memiliki kepentingan klinis yang sangat strategis dalam membedakan tipe reaksi erupsi obat. Menegakkan diagnosis yang tepat adalah kunci tatalaksana yang akurat dan berujung pada kesembuhan.

Diagnosis Klinis Rekasi Erupsi Obat (Drug Eruptions)

Definisi World Health Organization (WHO) untuk reaksi erupsi obat adalah reaksi yang tidak diharapkan pada pemberian obat dosis normal yang digunakan oleh pasien. Terdapat dua jenis RSO, yaitu rekasi tipe A, yang dapat dirediksi karena sifat farmakologik obatnya, dan reaksi tipe B, yaitu reaksi yang tidak dapat diprediksi (20-25%) sifat farmakologik obatnya. Eliminasi obat pencetus merupakan kunci utama tatalaksana dan pencegahan reaksi erupsi obat yang berat. Sehingga alur kerja pada kasus reaksi erupsi obat adalah

  1. Mengenali manifestasi klinis reaksi erupsi obat
  2. Menyelidiki obat pencetus
  3. Tatalaksan reaksi erupsi obat

Manifestasi Klinis Reaksi Erupsi Obat

Reaksi erupsi obat bisa muncul dalam variasi klinis yang cukup beragam, diantaranya adalah

1. Urtikaria dan Angiodema

Urtikaria adalah lesi kulit berupa edema setempat pada kulit dengan ukuran yang bervariasi. Keluhan yang umum disampaikan pasien adalah gatal dan panas pada tempat lesi. Lesi biasanya bertahan hanya kurang dari 24 jam, kemudian hilang perlahan.

Apa itu erupsi kulit
Apa itu erupsi kulit

Lesi urtikaria dapat muncul di banyak tempat, predileksinya bahkan bisa muncul di seluruh tubuh. Bila terjadi pada jaringan yang lebih dalam, maka disebut angioedema.Angioedema bersifat unilateral dan tidak gatal, menetap 1-2 jam, namun kadang dapat persiten hingga 2-5 hari. Angioedema dapat terjadi di daerah bibir, kelopak mata, genitalia eksterna, tangan, dan kaki. Waspadai angioedema pada glotis, karena dapat menyebabkan asfikasi yang berujung pada kematian.

Apa itu erupsi kulit
Apa itu erupsi kulit

Obat yang sering meyebabkan urtikaria ialah

  1. Penisilin
  2. Asam asetil-salisilat
  3. NSAID

Sedangkan penyebab tersering angioedema tanpa disertai urtikaria adalah

  1. Golongan obat beta laktam
  2. NSAID
  3. Angiotensin receptor blocker (ARB)
  4. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)

Tatalaksana Urtikaria Akut meliputi

Antihistamin H1

  1. Dipenhidramin HCl i.m.
    Dewasa : 10-20 mg/dosis, 3-4 kali/24 jam.
    Anak : 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
  2. Klorpheniramin maleat
    Dewasa : 3-4 mg/dosis, 3 kali/24jam
    Anak : 0,09 mg/kg/dosis, 3 kali/24jam
  3. Hydroxyzine HCl
    Dewasa : 25 mg/dosis, 3-4 kali/24jam
    Anak : 0,5 mg/kg/dosis,3 kali/24jam
  4. CyproheptadinHCl
    Dewasa : 4mg/dosis, 3-4 kali/24jam

Kortikosteroid

Digunakan pada urtikaria yang akut dan berat
Akibat reaksi tipe III

  1. Prednison
    Dewasa : 5-10 mg/dosis, 3 kali/24 jam
    Anak : 1 mg/KgBB/hari
  2. Deksametason
    Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, 3 kali/24 jam
    Anak : 0,1 mg/KgBB/hari

Kombinasi kortikosteroid dengan antihistamin, diberikan selama 2 minggu, biasanya sesudah itu tidak kambuh.

2. Erupsi Makulopapular dan Eritroderma

Erupsi makulopapular atau sering disebut juga erupsi morbiliformis merupakan bentuk reaksi erupsi obat yang paling sering ditemukan. Erupsi makulopapular dapat timbul dalam beberapa hari, hingga 2-3 minggu, setelah konsumsi obat. Muncul awal di tubuh, lesi eritematosa kemudian menyebar ke perifer secara simetris dan generalisata, hampir selalu disertai pruritus (gatal).

Apa itu erupsi kulit
Apa itu erupsi kulit

Erupsi makulopapular terkadang dapat meninggalkan bekas hiperpigmentasi. Reaksi erupsi obat tipe ini sangat jarang disertai keterlibatan organ sistemik.

Beberapa obat yang dilaporkan sering menyebabkan erupsi makulopapular adalah

  1. Ampisilin
  2. NSAID
  3. Sulfonamid
  4. Fenitoin
  5. Karbamazepin

Erupsi makulopapular sering kali misdiagnosis sebagai penyakit kulit lain, misalnya dermatitis kontak. Hal tersebut dapat berakibat fatal karena bila obat pencetus tidak dihentikan, dapat terjadi perluasan lesi menjadi eritoderma.

Tatalaksana Erupsi Makulopapular Meliputi

  1. Identifikasi dan penghentian penggunaan obat yang diduga dan obat yang berinteraksi silang dengan obat yang diduga
  2. Antihistamin
  3. Kortikosteroid topikal
  4. Kortikosteroid oral : prednison 1-2 mg/kg/hari (hanya untuk kasus berat)

Eritoderma adalah lesi eritema difus disertai skuama, lebih dari 90% luas permukaan tubuh. Eritoderma bukanlah suatu diagnosis spesifik dan dapat disebabkan oleh berbagai penyakit lain selain reaksi erupsi obat, contohnya

  1. Perluasan penyakit kulit
  2. Penyakit sistemik, termasuk keganasan (Limfoma Hodgkin), atau idiopatik

Sehingga penting bagi dokter untuk menegakkan diagnosis apakah eritroderma yang terjadi karena reaksi simpang obat atau karena penyebab lain.

Obat yang dapat menyebabkan eritroderma antara lain adalah

  1. Alopurinol
  2. Sulfonamid
  3. Antikolvusan
  4. Parasetamol
  5. Minosiklin

-Bersambung-


Sponsored Content

Pasien ini dikonsulkan TS ke Group Diskusi Klinis FKTP (DKFKTP), kemudian didiagnosis dr Ardsari, SpKK dengan suspek impetigo krustosa DD dermatitis kontak alergi.

Saran terapinya

  1. Kompres PZ tiap 3 jam, 3 kali sehari, tiap kompres 15 menit, dalam 3 hari pertama bila krusta sudah lepas, beri emolien saja
  2. Antihistamin
  3. Amoxicilin sirup
  4. Follow up

Apa itu erupsi kulit
Apa itu erupsi kulit

Alhamdulilah pagi tadi sudah ada laporan follow up dari pasien, dari klinis pasien memang membaik. Terapinya cocok.


Kebetulan Group DKFKTP akan dibuka lagi pendaftaran untuk periode berikutnya tanggal 14-16 Oktober 2018.

Cuma 3 hari pendaftarannya, dan akan dibatasi hanya 100 member saja.

Selain kasus dermatologi, kamu juga bisa konsul kasus

  1. Interna
  2. Kardio
  3. Pediatri

Iurannya 250 ribu/bulan => Belajar langsung dari advis dokter spesialis ahli di bidangnya 30 x 24 jam

Kalau kamu minat gabung, aku saranin isi waiting list di sini dulu deh => Waiting List DKFKTP Oktober 2018

Biar nanti Yahya bisa ngingetin kamu kalau sudah deket deadline pendaftaran. Jadi kamu nggak terlewat untuk mendaftar

Erupsi obat apa?

Pendahuluan Erupsi Obat Erupsi obat atau dermatitis medikamentosa ditandai dengan munculnya manifestasi kulit akibat penggunaan obat secara sistemik. Erupsi obat dapat menyerupai berbagai bentuk dermatosis, mulai dari ruam asimtomatik hingga kegawatdaruratan yang mengancam nyawa.

Apa itu erupsi makulopapular?

Erupsi makulopapular atau sering disebut juga erupsi morbiliformis merupakan bentuk reaksi erupsi obat yang paling sering ditemukan. Erupsi makulopapular dapat timbul dalam beberapa hari, hingga 2-3 minggu, setelah konsumsi obat.

Fixed drug eruption hipersensitivitas tipe berapa?

Pendahuluan: Fixed Drug Eruption (FDE) adalah salah satu diagnosis reaksi hypersensitivitas tipe 4 yang bermanifestasi di kulit berbentuk makula merah kebiruan dan kadang-kadang bula diatasnya, serta muncul ditempat yang sama apabila terpapar obat yang sama.