Apa hikmah pelajaran yang kita dapatkan setelah mempelajari materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah?

Apa hikmah pelajaran yang kita dapatkan setelah mempelajari materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah?
Nama : Kelas : VIII (Delapan) Semester : Ganjil

Peserta didik mampu:

  • Menjelaskan kemajuan Islam pada masa Bani Umayyah dengan benar.
  • Menjelaskan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa bani Umayyah.
  • Menjelaskan perkembangan kebudayaan pada masa Bani Umayyah.
  • Menjelaskan penyebab dari runtuhnya Bani Umayyah.
  • Menjelaskan hikmah mempelajari sejarah ilmu pengetahuan Bani Umayyah.

Persiapan

  • Mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di papan tulis, kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca, atau dapat juga menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
  • Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, dilanjutkan dengan memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan disesuaikan dengan metode yang akan digunakan.
  • Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang materi sesuai dengan pokok bahasan.
  • Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan

Setelah membaca dan menelaah materi pembelajaran “Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah,” jawablah pertanyaan berikut:

  • Jelaskan kemajuan Islam pada masa Bani Umayyah dengan benar!
  • Jelaskan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa bani Umayyah!
  • Jelaskan perkembangan kebudayaan pada masa Bani Umayyah!
  • Jelaskan penyebab dari runtuhnya Bani Umayyah!
  • Jelaskan hikmah mempelajari sejarah ilmu pengetahuan Bani Umayyah!

Penutup

Setelah membaca, menelaah dan mereflesikan materi pembelajaran tentang “Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah,” guru dengan melibatkan siswa mengambil kesimpulan dan siswa mencatat kesimpulan tersebut. Guru selanjutnya menutup pembelajaran dan berdoa sejenak.

tirto.id - Sejarah peradaban Islam mencatat, dinasti pertama selepas masa Kekhalifahan Rasyidin (632-661 Masehi) adalah Dinasti Umayyah yang dipelopori oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Kendati sistem politiknya bertolak jauh dari sistem Kekhalifahan Rasyidin, namun di masa Kekhalifahan Umayyah, perkembangan ilmu pengetahuan terbilang pesat.

Berbeda dari masa Kekhalifahan Rasyidin yang menggunakan musyawarah untuk mengangkat khalifah, dinasti-dinasti Islam setelahnya, termasuk Kekhalifahan Umayyah, mewariskan kekuasaan melalui jalur keturunan. Dengan kata lain, khalifah dipilih dari anak khalifah sebelumnya.

Dilansir dari artikel ilmiah yang dimuat di Jurnal Tarbiya, Dinasti Umayyah berdiri sejak tahun 661 dan berakhir pada 750 Masehi. Selama 89 tahun berdiri, terdapat 14 khalifah berkuasa di Kekhalifahan Umayyah. Ada 5 khalifah yang paling terkenal, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hasyim bin Abdul Malik.




Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Di masa Kekhalifahan Umayyah, keluarga khalifah dan pemerintahannya menaruh perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Sejumlah bidang ilmu berkembang pesat, seperti seni rupa yang dibuktikan dengan pahatan-pahatan, seni ukir, dan lukisan kaligrafi dari masa tersebut. Selain itu, bidang arsitektur juga berkembang dengan dibangunnya Kubah Al-Sakhrah di Baitul Maqdia di masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan.

Dalam uraian "Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Masa Dinasti Umayyah" yang dimuat di Buletin Ilmiah Al-Turas, Nurhasan menuliskan sejumlah bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat itu meliputi ilmu-ilmu agama, bahasa, sejarah, geografi, filsafat, astronomi, matematika, fisika, dan ilmu pengetahuan alam lainnya.


Berikut penjelasan atas perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan pada masa Kekhalifahan Umayyah:

1. Ilmu-ilmu Agama

Sebenarnya, ilmu-ilmu agama sudah diminati sejak zaman Kekhalifahan Rasyidin, namun di masa Dinasti Umayyah, jenis keilmuan ini berkembang amat pesat. Banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang mengembara untuk berdakwah. Di pelosok-pelosok negeri itulah, berdiri berbagai pusat kajian Islam yang mempelajari Alquran, hadis, dan fikih. Pusat-pusat kajian Islam itu terdapat di Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Fustat, hingga Damaskus.

Di antara ilmu-ilmu agama yang berkembang adalah ilmu qiraat atau seni membaca Alquran, serta ilmu tafsir. Tokoh-tokoh di bidang qiraat dan tafsir adalah Nafi' bin Abdurrahman, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Ibnu Katsir, dan lain sebagainya.

Berkembang juga ilmu hadis dengan tokoh seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, dan lainnya, ilmu fikih dengan tokoh besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, dan lainnya.

2. Ilmu Bahasa Arab

Sebenarnya, ilmu bahasa Arab pada masa sebelum Islam sudah berkembang jauh. Namun, selama itu, sebagian besar penduduk jazirah Arab adalah ummi (tidak bisa membaca dan menulis). Tradisi keilmuan bahasa mereka berbentuk lisan, bukan tulisan. Pada masa Kekhalifahan Umayyah, ilmu bahasa Arab dikodifikasi sedemikian rupa dan ditulis sesuai cabang-cabang bahasanya. Sebagai misal, Abu Al-Aswad Ad-Duali dari Bashrah yang menuliskan ilmu nahwu. Yahya bin Ya'mar, murid Abu Al-Aswad kemudian menggeluti ilmu saraf dan balagah.

Pada masa Dinasti Umayyahini ini juga, Ahmad Al-Farahidi menyusun kamus atau mu'jam bahasa Arab dan kaidah-kaidah bahasa Arab.

3. Ilmu Sejarah

Perkembangan ilmu sejarah di masa Dinasti Umayyah dimulai dari penulisan sirah nabawiyah atau perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Data-data sejarah ini dikulik melalui sumber-sumber lisan dari sahabat-sahabat Rasulullah.

Di masa Kekhalifahan Umayyah, kitab sejarah yang pertama kali ditulis adalah Al-Maghazi dan Al-Sirah yang ditulis Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk merekam riwayat perjalanan Nabi Muhammad SAW.

Sejarawan-sejarawan yang terkenal di masa Kekhalifahan Umayyah antara lain Ibnu Ishaq Al-Waqidi, Ibnu Hisyam, Muhammad bin Umar Al-Waqidi, dan lainnya.

4. Ilmu Kalam

Di bidang ilmu kalam, di masa Kekhalifahan Umayyah berkembang aliran-aliran pemikirian Jabariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran Qadariyah yang dipelopori Ma'bad Al-Juhani, dan aliran Mu'tazilah yang dipelopori oleh Washil bin Atha'. Aliran-aliran pemikiran dan ilmu kalam ini mencoba menafsirkan ajaran Islam dengan metode filsafat. Namun, banyak tokohnya yang mendapat tekanan dari pemerintah. Kendati demikian, aliran pemikiran dan ilmu kalam tetap berkembang pesat.

5. Sastra

Jenis sastra yang berkembang di masa Kekhalifahan Umayyah adalah syair atau puisi. Syair-syair ini didendangkan di banyak pertemuan. Bahkan, pada masa itu, terdapat Pasar Ukaz yang menjadi tempat untuk pertunjukan syair Arab. Di masa Dinasti Umayyah, orang yang memiliki kecakapan lisan, baik itu orator dan penyair memiliki kedudukan sangat terhormat di kabilahnya. Diterakan, bangsa Arab bahkan tidak mengucapkan ucapan selamat, kecuali pada tiga hal, yaitu lahirnya anak kuda kesayangan, lahirnya bayi laki-laki, dan kemunculan seorang penyair.

Di era Kekhalifahan Umayyah pula, terdapat beberapa aliran syair yang berkembang, misalnya syair ghazal yang penuh nuansa cinta dan erotisme. Syair ghazal ini dikembangkan oleh Umar bin Abu Rabiah. Selain itu, berkembang juga syair politik yang dikenal dengan sebutan Al-Syi'r Al-Hizbi.


6. Ilmu Kimia dan Kedokteran

Untuk keperluan praktis, ilmu kimia dan kedokteran turut berkembang pesat. Tokoh terkenal yang mendalami bidang ini adalah Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah yang belajar di Alexandria, Mesir. Ia menerjemahkan karya-karya Yunani di bidang kedokteran, kimia, farmasi, dan matematika ke bahasa Arab. Tokoh lainnya dari golongan Nasrani adalah Ibnu Atsal dan Abu Hakam Al-Nashrani. Ia merupakan dokter pribadi khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Abu Hakam adalah spesialis bidang farmasi dan obat-obatan, dari pil, tablet, hingga ramuan herbal.

Ilustrasi Dinasti Abbasiyah. Foto: iStock

Salah satu hikmah mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan masa Abbasiyah adalah menumbuhkan keinginan untuk menuntut ilmu agama maupun ilmu lainnya seperti para cendekiawan Islam pada masa itu.

Kehidupan peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah sangat maju, sehingga pada masa itu dikatakan sebagai zaman keemasan Islam.

Umat muslim telah menggapai puncak kemuliaan dan kekayaan, baik itu di bidang kekuasaan, politik, ekonomi, dan terlebih lagi dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Selain untuk menumbuhkan keinginan dalam menuntut ilmu pengetahuan, ada berbagai hikmah lainnya dalam mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah. Untuk mengetahui lebih jelas, simak uraian lengkapnya di bawah ini.

Hikmah Mempelajari Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah

Ilustrasi wilayah Dinasti Abbasiyah. Foto: iStock

Dikutip dari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VIII oleh Muhammad Ahsan dan Sumiyati, berbagai bidang ilmu yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Penelitian Ilmu Pengetahuan Dilakukan oleh Umat Muslim

Dinasti Abbasiyah dapat menjadi pusat peradaban Islam karena berbagai macam penelitian dan kajian tentang ilmu pengetahuan dilakukan sendiri oleh umat muslim.

2. Melakukan Kegiatan Penerjemahan Buku Berbahasa Asing

Kegiatan penerjemahan buku berbahasa asing, seperti Yunani, Mesir, Persia, India, dan lain-lain ke dalam bahasa Arab dilakukan dengan sangat gencar.

Buku-buku yang diterjemahkan di antaranya tentang ilmu kedokteran, kimia, ilmu alam, logika, ilmu falak, filsafat, matematika, hingga seni.

Penerjemahan tersebut dilaksanakan dari generasi ke generasi pada masa kekhaIifahan Abu Ja’far, Harun ar-Rasyid, aI-Makmum, dan Mahdi.

3. Mendirikan Lembaga Baitul Hikmah

Pendirian lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama “Baitul Hikmah” sebagai pusat penerjemahan, penelitian, dan pengkajian ilmu perpustakaan, serta lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi) oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.

Adanya lembaga tersebut membuat umat muslim dapat mempelajari berbagai ilmu dalam bahasa Arab. Hasilnya, bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal.

Selain itu, menghasilkan ulama-ulama besar yang sangat tersohor, seperti Imam Abu Hanafi, Imam Malik, Imam Syafei, Imam Hambali, Imam Bukhari, dan Imam Muslim.

4. Para Khalifah Membuka Peluang Sebesar-besarnya untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka peluang sebesar-besarnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang mencintai ilmu, menghormati para sarjana, dan memuliakan para pujangga.

Sementara itu, berbagai hikmah dalam mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.

  1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

  2. Menumbuhkan semangat menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia seperti yang telah dicontohkan oleh para cendekiawan Islam.

  3. Mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.

  4. Membina rasa kesatuan dan persatuan umat Islam dan kerukunan beragama di seluruh dunia yang tidak membeda-bedakan suku, bangsa, negara, warna kulit, dan lain sebagainya.