Tradisi rasulan di gunung kidul dilaksanakan pada bulan

DIDIK FATHORRAHMAN, NIM. 01360682 [2006] TRADISI RASULAN[BERSIH DESA] DI DESA DENGOK KEC. PLAYEN KAB. GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA [STUDI PERTAUTAN ADAT DAN HUKUM ISLAM]. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Text [TRADISI RASULAN[BERSIH DESA] DI DESA DENGOK KEC. PLAYEN KAB. GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA [STUDI PERTAUTAN ADAT DAN HUKUM ISLAM]]
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download [4MB] | Preview
Text [TRADISI RASULAN[BERSIH DESA] DI DESA DENGOK KEC. PLAYEN KAB. GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA [STUDI PERTAUTAN ADAT DAN HUKUM ISLAM]]
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download [4MB]

Abstract

ABSTRAK TRADISI RASULAN [BERSIH DESA] DI DESA DENGOK KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA [STUDI PERTAUTAN ADAT DAN HUKUM ISLAM] Rasulan [Bersih Desa] adalah merupakan upacara sakral yang banyak diadakan di daerah di Jawa Tengah dan juga Jawa Timur.seperti yang ada di Desa Dengok Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Rasulan adalah tradisi yang dilakukan pada musim panen. Upacara ini pada dasamya berkaitan dengan upacara kesuburan tanah dan diadakan secara massal yaitu upacara selamatan rasul/rasulan atau bersih desa/metri desa Upacara ini diadakan setahun sekali. Pada zaman sebelum Islam, upacara ini diselenggarakan untuk memuja roh para leluhur, selaras animisme-dinamisme yang menjadi model kepercayaan masyarakat saat itu. Namun pada saat sekarang, tradisi ini tampak mengalami pergeseran makna dan bentuk, yaitu dari pemujaan terhadap roh menjadi ritual untuk menunjukkan atau mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT Rasulan juga banyak dilak:ukan oleh masyarakat Islam Jawa atau kejawen. Dan di duga rasulan ini berasal dari ajaran Hindu-Budha yang bertujuan untuk memuja dan memohon bantuan pada para leluhur. Namun setelah Islam masuk ke Jawa, ritual acara tersebut sedikit demi sedikit mulai berubah oleh sebah intensifnya gerakan Jslamisasi yang dilakukan para Wali, yaitu dengan cara intemalisasi nilai-nilai Islam ke dalam ritual Rasulan, seperti pada ritual berdo'a, semula do'a-do'a yang dibacakan dalam upacara, ditujukan untuk roh para leluhur, kemudian oleh para wali diganti menjadi ditujukan kepada Allah SWT. Dalam konteks ini para Wali tidak mencoba merubah atau menentang tradisi yang sudah berjalan lama, namun masih menyisakan tempat bagi terus dipraktek.kannya tradisi tersebut. Lantas bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktek Rasulan ini, dengan kenyataan masih adanya aspek-aspek ritual asal meski telah mengalami proses Islamisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan interview, yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana keterpautan adat dan hukum Islam dalam tradisi rasulan tersebut serta makna-makna simbol dan bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap simbol-simbol dalam tradisi Rasulan. Berdasarkan metode yang digunakan, maka terungkaplah bahwa, keterpautan antara adat dan hukum Islam dalam tradisi Rasulan adalah sebagian dari ritualnya dikaitkan dengan hukum Islam, sehingga sedikit demi sedikit ajaran Islam menjadi cara pandang masyarakat yang bercampur dengan tradisi lama, serta makna-makna ritual dalam tradisi Rasulan pada umumnya oleh masyarakat Dengok dinilai sebagai lambang untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat dan rahmatnya.

Share this knowledge with your friends :

Actions [login required]

Perbesar

Tradisi rasulan di Gunungkidul, digelar lebih sederhana di tengah pandemi Covid-19. [Foto: Liputan6.com/Hendro Ary Wibowo]

Upacara kenduri pun dilakukan ditempat terbuka, lanjut Supri, mengingat upacara tradisi ini tidak bisa menghitung siapa saja yang dating sehingga lebih efektif agar dapat menjaga jarak aman dilakukan dipinggir jalan.

Upacara ritual pun dimulai sekitar Pukul 13:00 wib, warga masyarakat yang dating menunggu kehadiran Cucu HB ke VIII Gusti Kukuh hertriyasning pun berdiri ketika beliau berjalan menuju tempat rutual adat.

Dengan berpakaian adat jawa dan diikuti oleh sesepuh adat Dusun Nglindur, upacarapun dimulai dengan doa agama islam. Seluruh makanan yang dibawa warga ditempatkan di meja yang telah disiyap untuk disedekahkan dan nantinya akan mekan bersama sama.

Tradisi rasulan biasanya melewati prosesi panjang, beberapa hari sebelum pelaksanaan sudah dilakukan ritual namun hanya doa bersama dan langsung ke Puncak acara. Puncak utamanya adalah ziarah Ke Petilasan Bondan Surati, petilasan tersebut dipercaya warga dapat mendatangkan keberkahan dan menolah mara bahaya.

Cucu HB VIII, Gusti Kukuh Hertriyasning mengatakan, tradisi rasulan biasanya dilakukan sejak bulan April hingga bulan Juli. Namun, karena saat ini masa pandemic maka tidak melibatkan massa dalam jumlah banyak.

“Ini dilakukan secara mandiri dengan hanya melakukan kenduri sederhana dan ritual," Jelas Gusti Aning

Dirinya mengimbau kepada masyarakat, dalam melaksanakan rasulan ini juga harus mengikuti anjuran pemerintah agar menjaga jarak, mencuci tangan, dan selalu menggunakan masker.

“Warga sudah sadar, tetapi memang harus di sadarkan lagi agar lebih berhati hati,” ungkpanya.

Saat disinggung terkait budaya, Ia menuturkan, bahwa Tradisi Rasulan ini merupakan satu dari sekian banyak upacara tradisi di wilayah Gunungkidul bahkan di Yogyakarta dan menjadi warisan leluhur agar terjaga.

“Iya, salah satu yang membuat Yogyakarta ini Istimewa adalah Rasulan. Walaupun masa pendemi, tradisi ini tetap dilaksanakan," ucap Aning.

Ia berharap, bahwa tradisi tradisi semacam ini tetap dilaksanakan meski harus mengikuti protocol kesehatan. Terlebih, jangan sampai penerus sejarah Yogyakarta hanya mendapat cerita bukan sebagai pelaku sejarah.

Tradisi rasulan di Gunung Kidul. Sumber: commons.wikimedia.org

Tradisi rasulan di Gunung Kidul merupakan salah satu tradisi adat masyarakat Yogyakarta. Rasulan adalah ungkapan rasa syukur masyarakat setempat setelah melakukan panen pada beberapa pekan sebelumnya. Secara umum, tradisi rasulan ini akan melewati proses yang cukup panjang hingga beberapa hari. Namun, sejak pandemi, prosesi tradisi rasulan menjadi lebih singkat.

Tujuan masyarakat Gunung Kidul melakukan tradisi rasulan adalah sebagai doa agar hasil panen pada tahun berikutnya bisa lebih baik. Adapun kegiatan yang menjadi puncak tradisi rasulan ini adalah kirab budaya atau karnaval yang dilakukan dengan mengelilingi pedukuhan dari masing-masing dusun sembari membawa berbagai aneka gunungan yang terdiri dari hasil panen.

Mengenal Tradisi Rasulan di Gunung Kidul yang Menjadi Pesona Kearifan Lokal Indonesia

Tradisi rasulan di Gunung Kidul. Sumber: commons.wikimedia.org

Menurut buku Xplore Ulangan Harian SD/MI Kelas 5 karya Tim Cendekia Nusantara [2020:45], perayaan tradisi rasulan biasanya digelar dengan berbagai kemeriahan dan juga hiburan rakyat. Akan tetapi, selama pandemi, masyarakat Gunung Kidul terpaksa memperingati tradisi rasulan dengan cara yang berbeda, yaitu doa bersama dengan sejumlah tokoh masyarakat dan membawa berbagai jenis makanan di tempat terbuka.

Selain itu, sanak saudara yang datang berkunjung ke rumah untuk merayakan tradisi rasulan juga tidak banyak. Pada pada tahun-tahun sebelumnya, tradisi rasulan di Gunung Kidul menjadi sarana silaturahmi dan masyarakat akan menyediakan berbagai jenis makanan untuk saudara yang datang.

Tradisi rasulan dilakukan sebagai wujud rasa syukur masyarakat Gunung Kidul menjelang musim tanam tiba dan juga membuang hal-hal negatif di dusun tersebut supaya terhindar dari segala malapetaka dan penyakit lainnya. adapun tradisi rasulan ini dilaksanakan setiap musim kemarau atau pada saat musim panen kedua.

Pada mulanya, pemerintah desa akan mengumpulkan para warganya untuk membentuk panitia rasulan dan menentukan acara yang nantinya akan dilaksanakan, seperti wayang, olahraga, dan kesenian lainnya. Namun, semakin banyaknya acara yang dilakukan, maka dana yang dibutuhkan akan semakin besar. Biasanya panitia akan meminta setiap kepala keluarga untuk melakukan iuran demi terlaksananya tradisi ini. [Anne]

Video yang berhubungan

Tradisi rasulan di gunung kidul dilaksanakan pada bulan

Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 Halaman 82: Tradisi Rasulan di Gunung Kidul /

PORTAL PEKALONGAN- Berikut kunci jawaban tema 8 kelas 5 SD,Tradisi Rasulan di Gunung Kidul adalah materi yang akan kita pelajari di artikel ini, pada pembelajaran 4 sub tema 2 tema Lingkungan Sahabat Kita.

Adik-adik kelas 5 akan belajar mengenai tema 8 kelas 5 halaman 82 ini kunci jawaban tema 8 kelas 5 SD, mengenai Tradisi Rasulan di Gunung Kidul.

Artikel ini akan mengulas kunci jawaban tema 8 kelas 5 SD pembelajaran 4 sub tema 2 yang bersumber dari buku tematik Kemendikbud revisi 2018, tentang Tradisi Rasulan di Gunung Kidul.

Baca Juga: Kunci Jawaban Matematika Kelas 5 Halaman 160 Soal 1,2,3,4,5 Buku Senang Belajar Matematika : Asyik Berlatih

Contoh kunci jawaban tema 8 kelas 5 SD ini, membantu orang tua mendampingi kalian belajar dari rumah.

Jadi, sebelum melihat kunci jawaban tema 8 kelas 5 SD ini, alangkah baiknya mencoba mengerjakan sendiri, dapat juga bertanya kepada orang tua.

Dilansir PORTAL PEKALONGAN dari penjelasan guru SD Negeri 3 Kebutuhduwur, alumnus Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sumarsi, S.Pd.SD, M.Si

Berikut pembahasan materi tema 8 kelas 5 SD halaman 82.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 Halaman 70: Jenis-jenis Usaha Ekonomi di Lingkungan Sekitarmu