Tidak bicara atau pengendalian terhadap kata-kata artinya

Om Swastyastu

Om Ano Bhadrah Kratawo Yanto Wiswatah
Agama merupakan landasan di dalam

PromosiOrang Solo Suka Belanja Gadget di Tokopedia, Seller Untung 2 Kali Lipat

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan menjalankan kehidupan satyam sivam sundharam yakni kebenaran, kesucian dan keharmonisan. Guna mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu Moksartham Jagatdita Ya Ca Iti Dharma.

Perkataan kesusilaan terdiri dari Su yang artinya baik dan Sila yang artinya dasar. Dalam perkataan Su tersimpul pengertian baik/benar berdasarkan analisa yang mendalam. Kata Sila mengandung arti norma /sopan santun, perintah, sikap dan kelakuan.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dalam perkataan kesusilaan mengandung pengertian norma merupakan sesuatu yang baik dan menunjukan sikap dan menegaskan bahwa prilaku hendaknya sesuai dengan norma atau perintah agama. Berdasakan pengalaman tingkah laku seseorang dikatakan baik atau buruk, perbuatan baik mendapat pujian, sebaliknya perbuatan buruk mendapatkan penderitaan.

Dalam Kitab Suci Sarasamuccaya dikatakan yaitu di antara semua mahluk hidup, hanya yang dilahirkan sebagai manusia sajalah yang dapat melakukan perbuatan baik atau buruk, leburlah ke dalam perbuatan baik segala perbuatan yang buruk itu, demikianlah tujuannya menjelma sebagai manusia. Dalam melaksanakan sesuatu seorang hendaknya bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

Dan perbuatan itu hendaknya didasari oleh Tri Kaya Parisudha yaitu: tiga perbuatan yang baik dan benar menurut agama seperti Kayika atau tingkah laku yang baik, Wacika perkataan yang baik, dan Manacika atau pikiran yang baik.

Ketiganya ini dapat dipelihara dengan melakukan pengendalian diri atau karma patha. Dengan rasio atau akal yang dikaruniai oleh Tuhan. Dalam kitab Sarasamuscaya disebutkan: “Hana karmapatha ngaranya, karhtaning indriya, sapuluh kwehnya, ulahakena, kramanya, pawrttyaning manah sakareng, telu kwehnya; ulahaning wak, pat, prawrttyaning kaya, telu, pinda sapuluh, prawrttyaning kaya, wak manah, kengenta.” (SS.73 ).

Artinya adalah karmapatha namanya, yaitu pengendalian bahwa nafsu sepuluh banyaknya yang patut dilaksanakan dengan perincian gerak pikiran tiga banyaknya, perilaku perkataan empat banyaknya, dan gerak tindakan tiga jumlahnya.

Jadi ada sepuluh banyaknya perbuatan yang timbul dari gerak badan, perkataan dan pikiran yang patut diperhatikan inilah yang diperhatikan, ajaran agama untuk dilaksanakan dalam hidup ini supaya mendapatkan keselamatan untuk diri sendiri maupun keselamatan untuk orang lain lebih.

Kayika Parisudha keselarasan tingkah laku dapat ter wujud dalam keharmonisan pertumbuhan rohani dan jasmani maka dinamikanya harus merupakan dinamika rohani dan jasmani.

Dinamika manusia dalam lingkungan rohani adalah budi dan kehendak, sehingga dinamika itu menjadi sebagai kemampuan. Dengan adanya kemampuan yang baik jasmani maupun rohani manusia terbuka, bersifat bersatu dengan sesama dan dunianya.

Dalam hukum moral ini, sangat mengikat sebab hukum moral adalah dari manusia bahwa manusia harus adil, harus cinta kasih kepada sesamanya, hidup ber-Tattwam Asi, jujur dan bakti kepada leluhur dan Tuhan. Cinta kasih sesama manusia berarti membantu sesama manusia dalam, menyempurnakan dirinya. Maka manusia tidak hanya harus menjaga moral diri sendiri, akan tetapi juga menjaga moral masyarakat.

Dalam Tri Kaya Parisudha dinyatakan, manahcika yakni pikiran yang baik dan mengendalikan pikiran. Pikiran merupakan faktor penentu utama didalam kehidupan apa yang kita pikirkan maka itulah jadinya. Berpikir tentang kebaikan maka kebaikan yang akan diadapatkan dan sebaliknya. Maka kita sebagai manusia yang berbudi dan mempunyai suatu pikiran, hendaknya bisa menggunakan pikiran sebaikbaiknya guna mendapatkan kebahagiaan hidup.

Tiga macam pengendalian diri melalui pikiran. Tidak menginginkan sesuatu yang tidak baik, janganlah mengikat diri kepada hal-hal yang bersifat fana yang pada akhirnya dapat menimbulkan penderitaan.

Tidak berpikir buruk terhadap orang lain, apa yang dikerjakan dan dikatakan bersumber pada pikiran. Dengan adanya pengendalian diri, kita dapat berperilaku yang baik, sehingga kita terlepas dari hal-hal yang kurang baik atau perbuatan yang dapat menyakiti seseorang. Pengendalian diri merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kita semua.

Kayika parisudha merupakan perilaku yang berhubungan dengan badan yang telah disucikan, berarti segala sesuatu yang kotor yang terlarang tidak dilakukan oleh anggota badan kita. Kehadiran kita didu nia ini akan sia-sia, bila tidak di gunakan untuk berbuat sesuatu yang baik dan berguna bagi kita semua.

Dengan perbuatan itu berarti kita telah membuat sesuatu karma yang akan menentukan hidup kita dimasa yang akan datang. Ada tiga macan tingkah laku yang tidak boleh dilakukan yaitu tidak himsa karma adalah tidak boleh me nyakiti atau membunuh terhadap mahluk yang tidak ber dosa, tidak melakukan kecurangan dan tidak mementingkan diri sendiri, pendiritaan orang lain sesungguhnya merupakan penderitaan diri sendiri.

Wacika Parisudha yaitu berkata yang benar dan baik perlu kita lakukan, dengan kata-kata yang baik dan benar mempunyai peranan penting bagi kehidupan, dengan berkata yang baik kita pasti mendapatkan kebahagiaan untuk diri sendiri atau untuk orang lain. Perkatan yang baik dapat bagaikan Tirta Amertha Sanjiwani yang menyucikan dan menyejukan lahir dan bhatin, nyaman menghibur dan menghidupkan semangat orang.

Begitu pula sebaliknya bila perkataan yang buruk/kasar dapat menyinggung perasaan orang lain, merupakan racun yang dapat menghancurkan dan merusak raga dan jiwa manusia. Dalam wacika parisudha ini ada empat macam pengendalian yang perlu kita hayati, tidak mencaci maki orang lain, tidak berkata-kata kasar terhadap orang lain, tidak mempitnah dan tidak ingkar janji.

Wacika nimitanta menemu mitra, wacika nimitanta menumu pati, wacika nimitanta menemu dukha dengan perkataan yang baik menemukan persahabatan, parkataan yang tidak baik mendapatkan kematian dan perkatan yang tidak baik akan mendapatkan penderitaan. Manahcika Parisudha yaitu berpikir yang baik dan benar, pikiran merupakan alat penentu untuk melakukan sutau perbuatan.

Bila pikiran menggerakan anggota badan kita berbuat maka timbulah suatu perbuatan sesuai dengan gerak pikiran. Dengan demikian pikiran merupakan sumber segala perbuatan, maka kendalikanlah pikiran tersebut agar bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk sesuai dengan ajaran wiwekajnana.

Perlu kita ketahui pengendalian diri melalui manahcika parisudha tidak menginginkan segala sesuatu yang tidak suci, tidak berpikir yang buruk terhadap orang lain seperti yang tertuang dalam Reg Weda yaitu Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah se moga segala pikiran yang baik datang dari segala arah.

Dalam ketiga ajaran ini sangat perlu kita terapkan dalam berbagai asfek kehidupan sehari-hari agar keharmonisan hidup bermasyarakat dapat terwujud dengan baik. Dengan perkataan yang baik dan jujur kita berharap mendapatkan suatu ketenangan maupun suatu kebahagian bagi diri sendiri maupun dengan sesama.

Seperti yang disebutkan dalam Sarasamuccaya sloka 75 sebagai berikut “Nyang tanpa prawrttyaning wak, pat kwehnya, pratekanya, ujar ahala, ujar aprgas, ujar picuna, ujar mithya, nahan tang pat singgahananing wak, tan ujarakena, tan angenaangenan, kojaranya”.

Artinya inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata, empat banyaknya yaitu; perkataan jahat perkataan kasar menghardik, perkataan mempitnah, perkataan berbohong (tidak dapat dipercaya). Itulah keempatnya harus disingkarkan dari perkataan, jangan diucapkan, jangan dipikirpikir akan diucapkan.

Sangat jelas sekali jika kita renungkan keempat dari perkataan yang akan menyebabkan orang sakit karena perkataan jahat akan dapat menimbulkan musuh dalam diri kita, seperti juga dikatan, wacika nimittanta menemu duka, wacika menemu pati kepangguh, wacika menemu mitra, yaitu dengan perkataan yang tidak baik akan menyebakan kesedihan, penderitaan kematian maupun menemukan sahabat.

Jadi wakcika menemu mitra hendaknya harus kita teladani dalam asfek kehidupan sehingga peredaran dharma dapat beredar sesuai dengan rtanya. Tri Kaya Parisudaha sesungguhnya merupakan pedoman hidup bahagia dan selaras. Setiap insan ingin dihormati sesuai dengan kodratnya. Hormatilah setiap kehidupan sesuai dengan haknya dan ingat semua yang ada ini adalah ciptaan Tuhan.

Om Santi-Santi-Santi Om

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini". Klik link https://t.me/soloposdotcom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Tidak bicara atau pengendalian terhadap kata-kata artinya
Semedi

HINDUALUKTA-- Kata Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata yaitu: Dasa, Yama dan Brata.

  1.  Dasa berarti sepuluh,
  2. Yama berarti Pengendalian,
  3. Brata sama artinya dengan Wrata berarti keinginan atau kemauan.

Jadi arti dari Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk mencapai kesempurnaan hidup. Pembagian dari Dasa Yama Brata, diantaranya:


1. Anrsamsa
Anresamsa atau anrisamsa berasal dari kata “A” yang berarti tidak, dan Nrisamsa berarti orang kejam atau orang yang suka menyiksa sesamanya. Anremsasa dengan demikian berarti tidak kejam atau tidak keji. Umat hindu hendaknya selalu bersikap baik terhadap siapa saja dan dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Umat hindu yang tidak dapat mengendalikan dirinya akan dicap sebagai orang yang tidak baik dan bisa jadi dipandang sebagai orang yang kejam.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:a. Membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga masyarakatb. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadic. Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan sepeda motor/mobil,d. Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang hamil,e. Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau kantor.

2. KsamaKsama artinya pemaaf atau sifat yang mudah memaafkan. Umat hindu hendaknya merupakan sosok yang pemaaf dan tidak bersifat pendendam. Bersedia memaafkan kesalahan orang lain merupakan sikap yang sangat terpuji. Umat hindu hendaknya sadar bahwa berbuat kesalahan adalah manusiawi, artinya kesalahan itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak seorangpun dapat melepaskan diri dari kekeliruan. Oleh karena itu bersifat pemaaf hendaknya selalu menjadi pola pikir umat hindu.

Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:a. Memaafkan kesalahan temanb. Tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan temanc. Tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelasd.Tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.

3. Satya

Satya artinya jujur, bena atau bersifat baik. Orang yang melaksanakan satya brata berarti bahwa orang itu tidak pernah menyimpang dari ajaran kebenaran, selalu jujur, dan selalu berterus terang. Umat hindu hendaknya selalu menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran dan kesetiaan. Karena itu mereka hendaknya selalu jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain, selalu melaksanakan ajaran kebenaran dan kesetiaan.

Dalam agama hindu dikenal dengan lima macam kejujuran yang disebut panca satya, diantaranya:a. Satya wacana yaitu harus setia dan jujur dalam berkata, tidak sombong, selalu menjaga sopan santun dalam berbicara, tidak boleh berucap yang dapat menyakiti hati atau perasaan orang lain.b. Satya hrdaya, artinya setia terhadap hati nuraninya, selalu konsisten dan berpendirian yang teguh dalam melaksanakan ajaran kebenaran.c. Satya laksana, artinya harus jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.d. Satya mitra, artinya setia kepada teman atau sahabat dan tidak boleh berkhianat.e. Satya semaya, artinya selalu menepati janji dan tidak boleh ingkar janji.

4. AhimsaAhimsa terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh atau menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti. Umat hindu tidak dibenarkan untuk menyakiti apalagi membunuh orang atau mahluk lain. Membunuh adalah perbuatan dosa. Sebaliknya mereka hendaknya selalu menanamkan rasa kasih sayang. Jangan membunuh dan jangan berbuat dosa. Pengecualian hanya diberikan dalam hal membunuh binatang dengan maksud untuk dipergunakan sebagai pengorbanan suci atau yadnya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:a. Tidak membunuh binatang sembaranganb  Tidak meracuni hewanc. Tidak mengganggu hewan yang sedang tidurd. Tidak memfitnahe. Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.

Agama Hindu juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi cinta kasih dan dharma, seperti:

1. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa dan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi,2. Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada leluhur,3. Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.

4. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.

5. DamaDama berarti mengendalikan nafsu atau mengalahkan nafsu. Dama juga berarti mengendalikan diri atau mengendalikan nafsu. Umat hindu hendaknya dapat mengendalikan atau menundukkan hawa napsunya. Mereka seharusnya tidak mengumbar hawa napsunya sekedar hanya karena hendak memenuhi keinginan sesaat. Karena umat hindu harus dapat memilah yang baik-baik saja agar dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman batiniah. Hanya dengan ketenangan dan ketentraman pikiran itulah umat hindu akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:a. Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang kelirub. Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkanc. Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk meningkatkan kwalitas dirid. Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin melihat kelemahan diri sendirie. Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum berkata dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.

6. ArjawaArjawa berasal dari kata “Arja” yang berarti teguh pendirian, arjawa juga berarti mempertahankan kebenaran. Orang yang selalu melaksanakan Arjawa Brata berarti selalu berusaha untuk berbuat benar. Orang ini adalah orang yang taat, disiplin, jujur dan tidak pernah berbohong. Ia selalu berpegang pada kepada kebenaran. Umat hindu haruslah teguh dalam menjunjung tinggi kebenaran sejati. Hanya dengan berpegang teguh pada pendirian, seseorang akan tidak mudah terombang-ambing oleh pikiran-pikiran yang tidak baik dan tidak suci.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:a. Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benarb. Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salahc. Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaand. Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menange. Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa Berani karena benar Takut karena Salah.

7. PritiPriti berarti kasih sayang kepada semua mahluk. Sebab semua mahluk adalah ciptaan Tuhan, oleh karena itu kita wajib saling menyayangi. Umat hindu haruslah juga bersikap welas asih atau penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Sikap kasih dan sayang terhadap sesama akan menimbulkan rasa simpati. Sikap welas asih seperti ini akan menjadi sangat bernilai manakala ditujukan terhadap orang yang sedang i kesulitan.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:a. Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitarb. Memelihara hewan peliharaan dengan baik

c. Rajin merawat dan memupuk tanaman dan sebagainya. 

8. PrasadaPrasada artinya berpikir tenang, bersih dan suci. Tenang artinya tidak mudah berubah pikiran, tidak goyah, tetapi juga tidak takut, sehingga tidak mudah kena pengaruh yang tidak baik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari umat hindu hendaknya selalu berpikir positif, berpikir jernih dan suic serta tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Mereka hendaknya tidak memelihara sikap yang serba curiga terhadap orang lain. Dengan bersikap seperti itu, maka kesucian pikirannya akan menjadi terganggu dan ini menyebabkan sirnanya ketenangan dan ketentraman sehingga akan sulit baginya untuk menuju kejalan Tuhan.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:a. Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati,b. Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau berburuk sangka (negatif thinking) kepada orang lainc. Rajin sembahyangd. Jujur dan setia terhadap setiap tindakane. Berbuat yang iklas tanpa pamerihf. Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dan lain-lain.

9. MadhuryaMadhurya berasal dari kata “Madhu” yang berarti manis. Manis disini berarti lemah lembut, tidak berkata keras apalagi kasar. Berbicara dengan siapa saja hendaknya selalu lemah lembut dan dengan tutur kata yang halus serta tidak sampai menyinggung apalagi menyakiti hati. Bersikap manis, ramah dan santun adalah sangat baik bagi umat hindu. Mereka hendaknya dapat mengendalikan diri untuk tidak bersikap kasar terhadap siapapun juga.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:a. Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuekb. Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional dan mudah tersinggungc. Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun beradad. Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa sajae. Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara,f. Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang laing. Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam.

10. MardawaMardawa berarti rendah hati, tidak suka menonjolkan diri dan tidak suka bersikap sombong. Rendah hati tidak berarti rendah diri, tetapi selalu bersikap merendah atau tidak mau menunjukan kemampuannya. Umat hindu memang harus berprilaku rendah hati, dan bersikap manis terhadap siapapun juga. Mereka yang bersikap kasar apalagi bertindak semaunya sendiri, tentunya akan dijauhi oleh warganya.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:a. Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolonganb. Menghargai orang lainc. Menghormati orang laind. Tidak mementingkan diri sendirie. Peduli terhadap orang lainf. Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk memberi pertolongang. Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekuranganh. Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang laini. Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendamj. Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.