Siapakah tokoh-tokoh yang melakukan gerakan bawah tanah dari Dinasti Abbasiyah?

B. Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah.

Top 1: Sebutkan tokoh-tokoh politik yang melakukan gerakan bawah tanah ...

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 103

Ringkasan: . mengapa yesus berdoa kepada bapanya dan apa isi doa yesus​ . mengapa yesus meminta para muridnya tetap berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan​ . 1. mengapa Shalahuddin Al-ayyubi menghilangkan tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh Dinasti Fatimiyah ketika menjabat sebagai Khalifah daulah ayy. … ubiyah? jelaskan!​ Gaboleh asal asalann!!! Yg niat klo bntu. Ibnu Syihab az-Zuhri dan Musa bin Uqbah merupakan dua orang yang menyusun buku tentang .....

Hasil pencarian yang cocok: Sebutkan tokoh-tokoh politik yang melakukan gerakan bawah tanah dari dinasti abbasiyah untuk merebut kekuasaan dari tangan bani umayyah? ...

Top 2: siapakah tokoh-tokoh yang melakukan gerakan bawah tanah ...

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 94

Ringkasan: . mengapa yesus berdoa kepada bapanya dan apa isi doa yesus​ . mengapa yesus meminta para muridnya tetap berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan​ . 1. mengapa Shalahuddin Al-ayyubi menghilangkan tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh Dinasti Fatimiyah ketika menjabat sebagai Khalifah daulah ayy. … ubiyah? jelaskan!​ Gaboleh asal asalann!!! Yg niat klo bntu. Ibnu Syihab az-Zuhri dan Musa bin Uqbah merupakan dua orang yang menyusun buku tentang .....

Hasil pencarian yang cocok: 1. Muhammad Al-Abbas · 2. Ibrahim Al-Imam · 3. Abu Muslim Al-Khuarasani · 4. Abu Ja'far Al-Mansur · 5. Abu Abbas As-Saffah. ...

Top 3: Dinasti Abbasiyah | zainlatief17

Pengarang: zainlatief17.wordpress.com - Peringkat 96

Ringkasan: . Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah Dinasti ini didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah darah, Ia diberi gelar ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak segan-segan untuk menumpahkan darah guna mewujudkan keinginannya). a)      Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah :. Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda (menyusun kekuatan  secara diam-diam) dengan tokohnya antara lain : Muhamm

Hasil pencarian yang cocok: 6 Mar 2013 — a) Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah : Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda (menyusun ... ...

Top 4: Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah - Dokumen global

Pengarang: text-id.123dok.com - Peringkat 140

Ringkasan: .  Mereka mempropagandakanbahwa “menggulingkankekuasaan pemerintahDinasti. Umayyah merupakan perintah agama”. . Di samping itu untuk meraihsimpati umat dan dukungan kaum Syiah mereka tidak mengusung nama Bani Abbas tetapi mengusung nama Bani Hasyim. Mereka. mengatakan bahwa jabatan khalifah merupakan hak keluarga Nabi..  Gerakan mereka didukung oleh kaum Syiah, Khawarij dan Mawali di kota Khurasan. yang sebelumnya selalu ditindas oleh Dinasti Umayyah. . Persamaan nasib sebagai kelompok y

Hasil pencarian yang cocok: Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah : 1. Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda menyusun kekuatan secara ... ...

Top 5: Ini Pendiri Dinasti Abbasiyah dalam Sejarah Islam - detikNews

Pengarang: news.detik.com - Peringkat 154

Ringkasan: Jakarta - Dinasti Abbasiyah adalah dinasti kedua dalam sejarah Islam klasik yang menggantikan Dinasti Ummayah. Dinasti ini berkuasa selama lebih dari 5 abad.Dikutip dari buku Sejarah Pendidikan Islam oleh J. Suyuthi Pulungan, nama Dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Rasulullah SAW bernama al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hasyim.Bani Abbasiyah beranggapan bahwa mereka yang lebih berhak atas kekhalifahan Islam, bukan Bani Umayyah. Sebab, mereka memiliki nasab keturunan lebih d

Hasil pencarian yang cocok: 19 Jun 2021 — Pada masa pemerintahan Abdul Abbas As-Saffah hingga Abu al-Fadl Ja'far al-Mutawakkil, Daulah Abbasiyah dipimpin oleh khalifah yang kuat. Mereka ... ...

Top 6: Gerakan Bawah Tanah pada Masa Pendudukan Jepang Halaman all

Pengarang: amp.kompas.com - Peringkat 161

Ringkasan: . Lihat FotoWikimedia Commons Sutan Syahrir atau Soetan Sjahrir. KOMPAS.com - Gerakan bawah tanah adalah gerakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh pejuang Indonesia pada masa pendudukan Jepang.. Gerakan mereka tidak menjurus pada perlawanan bersenjata, tetapi lebih bertujuan menggalang solidaritas dan memperteguh cita-cita perjuangan.. Perjuangan melalui gerakan bawah tanah dilakukan karena penjagaan pemerintah Jepang yang sangat ketat.. Tokoh yang memelopori gerakan bawah ta

Hasil pencarian yang cocok: 11 Feb 2022 — Kelompok yang melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penjajahan Jepang adalah sebagai berikut. Kelompok Sukarni. Kelompok Sukarni melakukan ... ...

Top 7: Kondisi Ibrahim al Imam salah seorang tokoh Gerakan ...

Pengarang: serbailmu.live - Peringkat 121

Ringkasan: . Jawaban:Dinasti Abbasiyah. Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah. Dinasti ini didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah darah, Ia diberi gelar ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak segan-segan untuk menumpahkan darah guna mewujudkan keinginannya).. a)      Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah :. Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda (menyusun kekuatan  secara diam-diam) dengan tokohnya antara l

Hasil pencarian yang cocok: 28 Agu 2021 — a) Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah : Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda (menyusun ... ...

Top 8: pengaruh media audio visualterhadap keterampilan menyimak

Pengarang: digilibadmin.unismuh.ac.id - Peringkat 117

Hasil pencarian yang cocok: Gerakan bawah tanah dan propaganda untuk mendirikan Dinasti. Abbasiyah dimulai ketika dinasti Umayyah berada pada dibawah kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz (717- ... ...

Top 9: BAB III GERAKAN REVOLUSI ABBASIYAH TAHUN 747 M A. Latar ...

Pengarang: digilib.uinsby.ac.id - Peringkat 105

Hasil pencarian yang cocok: Adapun langkah-langkanh yang ditempuh Dinasti Bani Abbasiyah untuk membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda. (menyusun kekuatan secara diam- ... ...

Top 10: SKI KELAS 8 GANJIL - Quizizz

Pengarang: quizizz.com - Peringkat 102

Hasil pencarian yang cocok: Berdirinya kekuasaan Dinasti Umayyah, ditandai dengan peristiwa sejarah persatuan ... Pusat Aktivitas gerakan bawah tanah yang dipelopori oleh Bani Abasiyah ... ...

  1. Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah

Dinasti ini didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah darah, Ia diberi gelar ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak segan-segan untuk menumpahkan darah guna mewujudkan keinginannya).

a)      Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah :

Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda (menyusun kekuatan  secara diam-diam) dengan tokohnya antara lain :

  • Muhammad Al-Abbas
  • Ibrahim Al Imam
  • Abu Muslim Al-Khurasani

Dari ketiga tokoh propaganda tesebut Abu Muslim Al Khurasani merupakan propagandis yang paling sukses dan terkenal.

  1. Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan Bani Abbas tidak memperlihatkan sikap bermusuhan dengan Bani Umayyah atau siapapun.
  2. Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait). Hal ini dimaksudkan agar mendapat simpati umat dan dukungan dari kelompok pendukung Ali (Syiah).
  3. Menjadikan Khurasan sebagai pusat kegiatan gerakan Bani Abbas yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani[1].

Strategi ini ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat yang tidak bisa dibendung lagi oleh golongan manapun juga. Dalam perjuangannya untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah, para tokoh pendiri Dinasti ini menerapkan cara kepemimpinan yang bersifat kolektif (kolegial leadership),namun tertutup dengan gerakan bawah tanah. Para tokoh pendiri Dinasti Abbasiyah menetapkan tiga kota sebagai pusat kegiatan, yaitu : Humaymah sebagai pusat perencanaan organisasi,Kufah sebagai kota penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis.

2.     Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah

Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah dimulai dari tahap persiapan dan perencanaan  yang dilakukan oleh Ali bin Abdulloh bin Abbas. Gerakan bawah tanah dan propaganda untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah ini dimulai ketika Dinasti Umayyah berada di bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Pada waktu itu Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil. Negara dalam keadaan aman, tentram dan stabil. Ia juga menerapkan  persamaan hak kepada seluruh warga negara. Kondisi ini memberi peluang pada Bani Abbas untuk menyusun kekuatan dengan melakukan gerakan bawah tanah dan propaganda di kota Al Humaymah.[2]

Peluang emas yang dimiliki Bani Abbas untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah itu terjadi pada masa Kholifah Marwan Bin Muhammad (127 – 132 H/ 745 – 750 M) yakni kholifah Bani Umayyah terakhir, di mana waktu itu pemerintahan Dinasti Umayyah mencapai puncak kekacauan yang sulit diatasi. Pemimpin gerakan Bani Abbasiyah pada waktu itu adalah Muhammad bin Ali (wafat tahun 743 M) kemudian diteruskan anaknya Ibrahim Al Imam dengan mengangkat Abu Muslim Al Khurasani sebagai panglima perang

Abu Muslim Al-Khurasani merupakan seorang pemuda yang pemberani, pada usia 19 tahun ia diangkat sebagai panglima perang oleh Ibrahim Al Imam. Ia banyak memperoleh dukungan di kota Khurasan. Pernah dalam sehari ia berhasil menarik simpati penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar Merv. Abu Muslim Al Khurasani  mengajak golongan Syiah, golongan Alawiyyin (Bani Ali) untuk menentang Bani Umayyah yang telah menindas mereka.[3]

Sebelum Abu Muslim Al Khurasani diangkat sebagai panglima perang, gerakan dakwah dan propaganda dilakukan secara diam-diam. Hal itu dilakukan karena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan. Pada tahun 747 M setelah Abu Muslim Al Khurasani diangkat menjadi panglima perang, Ibrahim Al Imam menyuruhnya untuk merebut kota Khurasan dan menyingkirkan orang-orang Arab yang mendukung Dinasti Umayyah. Namun rencana ini tercium oleh khalifah Marwan II dan akhirnya Ibrahim Al Imam ditangkap dan dipenjara hingga meninggal. Selanjutnya komando perlawanan diambil alih keponakan Ibrahim Al Imam yang bernama Abdulloh bin Muhammad yang dikenal sebagai Abu Abbas As Saffah. Ia tetap menunjuk Abu Muslim Al Khurasani untuk menjadi panglima dan melakukan perlawanan di Khurasan.

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:

a)      Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.

b)      Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama.

c)      Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

d)     Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.

e)      Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.Pada priode pertama bani abbas mencapai masa keemasan nya Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.[4]

3.      Tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah

  1. Muhammad bin Ali bin Abdullah,
  2. Ibrahim al Imam,
  3. Abu Muslim Al Khurasani,
  4. Abul Abbas as-Shaffah
  5. Abu Ja’far al Mansyur.

 4.   Faktor – Faktor Munculnya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah yang berkuasa selama kurang lebih enam abad ( 132 – 656 H/ 750-1258 M ), didirikan oleh Abul Abbas al- Saffah dibantu oleh Abu Muslim al-Khurasani, seorang jendral muslim yang berasal dari Khurasan, Presia. Gerakan-gerakan perlawanan untuk melawan kekuasaan dinasti Bani Umayyah sebenarnya sudah dilakukan sejak masa-masa awal pemerintahan dinasti Bani Umayyah, hanya saja gerakan tersebut selalu digagalkan oleh kekuatan militer Bani Umayyah, sehingga gerakan-garakan kelompok penentang tidak dapat melancarkan serangannya secara kuat. Tapi dimasa-masa akhir pemerintahan dinasti Bani Umayyah gerakan tersebut semakin menguat seiring banyaknya protes dari masyarakat yang merasa tidak puas atas kinerja dan berbagai kebijakan pemerinatah dinasti Bani Umayyah. Gerakan ini menemukan momentumnya ketika para tokoh dai Bani Hasyim melancarkan serangannya.

Para tokoh tersebut antara lain Muhammad bin Ali, salah seorang keluarga Abbas yang menjadikan kota Khufa sebagai pusat kegiatan perlawanana.” Gerakan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari kelompok Mawali yang selalu ditempatkan sebagai masyarakat kelas dua. Selain itu, juga dukungan kuat dari kelompok Syi’ah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh dinasti Banui Umayyah. Akhirnya pada tahun 132 M H/ 750 M, Marwan bin Muhammad dapat dikalahkan dan akhrinya tewas mengenasakan di Fustat, Mesir pada 132 H / 705 M. Sejak itu, secara resmi Dinasti Abbasiyah mulai berdiri.”[5]

 A. The Golden Age

Khalifah Abbasiyah ialah khalifah islam setelah khalifah Umayyah. Pemerintahan dinasti Abbasiyah dikenal sebagai pemerintahan masa revolusi islam karena keberhasilan dinasti Abbasiyah dalam memajukan peradaban islam. Masa Daulah Bani Abbasiyah disebut-sebut sebagai masa keemasan islam, atau dikenal dengan istilah ” The Golden Age”. Dikarenakan pada masa itu umat islam telah mencapai puncak kejayaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Dan juga berkembangnya berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah dengan banyaknya penerjemah buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Dengan mewarisi imperium besar bani Umayyah.

kemajuan dan perkembangan yang berhasil dicapai selama masa kekuasaan Daulah Abbasiyah, antara lain :

a. Ekspansi wilayah kekuasaan dan pengaruh Islam, dari Baghdad sebagai pusat pemerintahan bergerak ke wilayah Timur Asia Tengah, dari perbatasan India hingga Cina. Ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi (158-169 H/775-785 M).

b. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan syari’at.

c. Pembangunan tempat pendidikan dan tempat peribadatan.

d. Kemajuan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi.

e. Perkembangan politik, ekonomi dan administrasi.[6]

Selain itu, pada masa Daulah Abbasiyah bermunculan beberapa tokoh Ilmuan Islam, seperti Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al Ghazali, Al Khawarazimi, Rayhan Al Bairuni, Ibnu Mansur Al Falaky, At Tabrani, Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Jahm Ibnu Sofyan, Washil bin Atha’, Sibawaih, dan lain-lain. Bahkan para ilmuan barat banyak belajar pada mereka.[7]

Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata Bani Abbas dalam sejarah lebih banyak berbuat ketimbang bani Umayyah. Pergantian Dinasti Umayyah kepada Dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan, lebih dari itu telah mengubah, menoreh wajah dunia Islam dalam refleksi kegiatan ilmiah. Pengembangan ilmu pengetahuan pada Bani Abbas merupakan iklim pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan.

B.     Keterlibatan bangsa Persia dan bangsa Turki

Al-Muktasim, Khalifah berikutnya yaitu periode pertama (833-842 M) memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Demikian ini di latar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa al-Ma’mun dan sebelumnya. Keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal.[8] Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang Muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat.

 Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Kehidupan mewah para Khalifah ini ditiru oleh para hartawan dan anak-anak pejabat. Demikian ini menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.

Kondisi ini memberi peluang kepada tentara profesional asal Turki yang semula diangkat oleh Khalifah al-Mu’tasim untuk mengambil alih kendali pemerintahan. Usaha mereka berhasil, sehingga kekuasaan sesungguhnya
berada di tangan mereka, sementara kekuasaan Bani Abbas di dalam Khilafah Abbasiyah yang didirikannya mulai pudar, dan ini merupakan awal dari keruntuhan Dinasti ini, meskipun setelah itu usianya masih dapat bertahan lebih dari empat ratus tahun.[9]

Khalifah Mutawakkil (847-861 M) yang merupakan awal dari periode ini adalah seorang Khalifah yang lemah. Pada masa pemerintahannya orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepat. Setelah Khalifah al-Mutawakkil wafat, merekalah yang memilih dan mengangkat Khalifah. Dengan demikian kekuasaan tidak lagi berada di tangan Bani Abbas, meskipun mereka tetap memegang jabatan Khalifah.

5.    Aspek-Aspek kemajuan Daulah Abbasiyah

  1. Administrasi dengan biri-bironya
  2. Sistem organisasi militer
  3. Administrasi wilayah pemerintahan
  4. Pertanian, perdagangan, dan industri.
  5. Islamisasi pemerintahan
  6. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat islam, teologi, hukum(fikih), dan etika islam, sastra, seni, serta penerjemahan.
  7. Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah dan perguruan tiggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, dan penerjemah.[10]

 6.      Perkembangan bani Abbasiyah Paska Masa Keemasan

Paska masa keemasan daulah bani Abbasiyah, perkembangan islam mengalami kemunduran khususnya dibidang politik dan ekonomi. Dan juga dibidang ukhuwah islamiyah Islam juga mengalami kemunduran karena pada masa keemasan. Aliran-aliran dalam Islam semakin beragam. Kemunduran ini bukanlah suatu kemerosotan yang sangat jauh dibidang tentara, kesehatan, ilmu pengetahuan. Karena kerajaan-kerajaan yang memisahkan diri dari daulat Abbasiyah berusaha untuk memperkokoh daulat masing-masing dengan cara menerapkan kebijakan daulat yang bisa memajukan daulat mereka antara lain:

1.    Dinasti Abbasiyah membangun armada yang tangguh, dan membangun dua masjid besar yaitu masjid Zaitunah di Tunisia dan masjid Kairwan.

2.   Dinasti Thuluniayah menjadikan Mesir sebagai pusat kebudayaan Islam, mendirikan rumah sakit besar di Fustat, dan mendirikan masjid Ibn Thulun.

3.      Dinasti Hamdaniyyah mengalami kemajuan dibidang sastra dan mampu mempertahankan kekuasaan Islam dari serangan orang-orang Romawi.[11]

4.      Proses Kehancuran Dinasti Abbasiyah

Setelah berkuasa lebih kurang lima abad (750-1258 M), akhirnya Dinasti Abbasiyah mengalami masa-masa suram. Masa suram ini terjadi ketika para pengusaha setelah Al-Makmun, Al-Mu’tashim dan Al-Mutawakkil, tidak lagi memiliki kekuatan yang besar, sebab para khalifah sesudahnya lebih merupakan boneka para amir dan para wajir dinasti Buwaihiyah dan Salajikah. Para khalifah Abbasiyah pada periode terakhir lebih mementingkan kepentingan peribadi, ketimbang kepentingan masyarakat umum. Mereka saling melalaikan tugas-tugas sebagai pemimpin dan kepala negara, bahkan banyak di antara mereka yang lebih memilih hidup bermewah-mewahan. Pada akhirnya mereka kehilangan semangat juang untuk menegakan kekuasaan.

  1. Faktor internal
    1. Lemahnya semangat patriotisme negara, menyebabkan jiwa jihad yang di ajarkan islam tidak berdaya lagi menahan segala amukan yang datang, baik dati dalam maupun dari luar.
    2. Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang di buat, sehingga kerusakan moral dan kerandahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung negara selama ini.
    3. Tidak percaya pada kekutan sendiri. Dalam mengatasi berbagai pemberontakan, khalifah mengundang kekuatan asing. Akibatnya kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan khalifah tersebut.
    4. Fanatik madzhab persaingan dan perebutan yang tidak ada hentinya antara abbasiyah dan alawiyah menyebabkan kekuatan umat islam menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-keping.

Perang ideologi antara Syi’ah dari Fatimiah melawan Ahlu Sunnah dari Abbasiyah, banyak menimbulkan korban. Aliran Qoramithah yang sangat extrem dalam tidakan-tindakannya yang dapat menimbulkan bentrok di masyarakat. Kelompok Hashshashian yang di pimpin oleh Hasan bin Shabah yang berasal dari Thus di Persi merupakan aliran Ismailuyah, salah satu sekte Syi’ah adalah kelompok yang sangat di kenal kekejamannya, yang sering melakukan pembunuhan terhadap penguasa bani Abbasiyah yang beraliran Sunni.

Pada saat terakhir hayatnya Abbasiyah, tentara tartar yang datang dari luar di bantu dari dalam dan di bukakan jalannya oleh golongan Awaliyah yang di pimpin oleh Al-Qomiy.

  1. Kemerosotan ekonomi terjadi karena banyaknya biaya yang di gunakan untuk anggaran tentara, kemudian banyaknya pemberontakan dan kebiasaan para penguasa untuk berfoya-foya. Kehidupan para Khalifah dan keluarganya serta pejabat-pejabat negara yang berkehidupan mewah, jennis pengeluaran yang makin beragam, serta pejabat yang korupsi dan semakin sempitnya kekuasaan wilayah Khalifah karena telah banyak provinsi yang memisahkan diri.[12]
  2. Faktor Eksternal

Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah panglima Holako yang menghancrkan Baghdad. Kota Baghdad yang sebagai pusat pengetahuan dan kemegahan Islam menyerah di tangan panglima Holako setelah dikepung selama 50 hari. Khalifah Al-Mu’tashim, khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah, keluarga dan para pembesar kota Baghdad dibunuh dengan liciknya oleh laskar Holako. Sebagian besar dari penduduk kota itu disembelih bagaikan binatang. Dan mereka juga melakukan perampasan dan perbuatan-perbuatan yang sangat kejam dan ganas.

Seluruh isi istana dan perbendaharaan negara mereka rampas seluruhnya. Istana dan gedung-gedung yang indah permai, madrasah, masjid-masjid yang mengagumkan mereka rusak. Kitab-kitab ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya mereka lempar ke sungai Tigris sampai menghitamkan aliran sungai dialiri lunturnya tinta. Di sana-sini terjadi pembakaran, sehingga api membakar seluruh kota. Peristiwa kelabu yang menyedihkan ini terjadi selama 40 hari lamanya. Di atas kota Bagdad tak ada lagi yang kelihatan kecuali tumpukan bekas reruntuhan dan kebakaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, PT Pustaka Book Publusher Yogyakarta 2007

A Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: P.T. Jayamurti 1997),

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),

Muradi. MA. Sejarah Kebudayaan Islam,(semarang: toha putra, 1997),

Supriadi, Dedi, MM.Ag. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Abbasiyah,(Jakarta: Bulan Bintang, tth),cet I,

[2] Muradi. MA. Sejarah Kebudayaan Islam,(semarang: toha putra, 1997), hlm. 87 

[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 80

[7] Abdul Karim. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, PT Pustaka Book Publusher Yogyakarta 2007

[10] Supriadi, Dedi, MM.Ag. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hlm.128.

[11] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Abbasiyah,(Jakarta: Bulan Bintang, tth),cet I, hlm. 23 

[12] Supriadi, Dedi, MM.Ag. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hlm.129.