Pewarnaan pada bahan kerajinan dari limbah keras dapat dilakukan dengan cara

Proses pengolahan masing-masing bahan limbah organik secara umum sama. Pengolahan dapatdilakukan secara manual maupun menggunakanmesin. Prosesnya yaitu:a. Pemilahan bahan limbah organikSebelum didaur ulang bahan limbah organik harus diseleksi terlebih dahulu untuk menentukan bahan mana yang masih dapat dipergunakan dan mana yang sudah seharusnya dibuang. Pemilahan bahan dapat dilakukan secara manual dan disesuaikan dengan tujuan penggunaan bahan yang telah dirancang.b. Pembersihan limbah organikLimbah organik yang sudah terseleksi harus dibersihkan dahulu dari sisa sisa bahan yang telah dimanfaatkan sebelumnya. Misalnya saja kulit jagung, maka kulit jagung harus dipisahkan dari tongkol dan rambutnya. Lalu apakah tongkol dan rambutnya juga akan didaur ulang atau tidak itu tergantung dari perancangan produk.c. PengeringanBahan limbah organik yang sifatnya basah harus diolah dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari langsung, agar kadar air dapat hilang dan bahan limbah dapat diolah dengan sempurna.d. PewarnaanPewarnaan pada bahan limbah organik yang sudah kering merupakan selera. Jika dalam desain diperlukan bahan limbah yang diberi warna maka bahan limbah perlu diwarnai terlebih dahulu sebelum diproses sebagai produk kerajinan. Proses pewarnaan yang umum dilakukan pada bahan limbah organik basah adalah dengan cara dicelup atau direbus bersama zat warna tekstil agar menyerap. Sedangkan bahan limbah organik kering dapat diwarnai dengan cara divernis/dipolitur, dapat pula dicat menggunakan cat akrilik atau cat minyak.e. Pengeringan setelah pewarnaanSetelah diberi warna, bahan limbah organik harus dikeringkan kembali dengan sinar matahari langsung agar warna pada bahan baku dapat kering sempurna tidak mudah luntur.f. Finishing sebagai proses akhir agar siap pakaiBahan limbah organik yang sudah kering dapat difinishing agar mudah diproses menjadi karya. Proses finishing juga berbagai macam caranya, seperti diseterika untuk limbah kulit agar tidak kusut, dapat pula digerinda, atau diamplas.Sumber : prakarya dan KWU kelas 8 k13

tirto.id - Limbah organik basah adalah limbah organik yang bersifat lembut, mudah dibentuk, dan lekas terurai. Karena itu, limbah organik lunak merupakan limbah organik basah. Umumnya, limbah organik basah atau lunak berasal dari tumbuh-tumbuhan. Disebut sebagai limbah basah karena jenis sampah organik ini memiliki banyak kandungan air.

Pengolahan limbah organik basah merupakan bagian dari proses daur ulang sehingga benda-benda, yang biasanya terbuang menjadi sampah, itu dapat dimanfaatkan dan berguna untuk pelbagai macam kebutuhan.

Pada dasarnya, limbah basah terbagi menjadi dua, yaitu limbah basah organik dan anorganik, sebagaimana ditulis Henni Ratnasusanti dalam Prakarya Aspek Kerajinan [2020]. Kedua jenis tersebut memiliki sifat yang berbeda.

Limbah organik berasal dari bahan yang mengandung unsur karbon dan mudah terurai atau membusuk. Maka itu, bisa disimpulkan bahwa limbah organik basah mempunyai sifat lembek, mudah terurai, dan lekas membusuk.

Sebaliknya, limbah basah anorganik merupakan sampah yang berasal dari campuran bahan kimiawi. Dikatakan anorganik karena ia relatif sulit terurai dan membutuhkan waktu lama membusuk. Misalnya, limbah dari aktivitas industri, pertambangan, atau sampah rumah tangga.

Pendauran ulang limbah organik basah merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah lingkungan. Hal ini juga berguna untuk menciptakan nilai ekonomis dari sampah yang biasanya dibuang dan tak digunakan. Sebagai contoh, limbah organik dedaunan dapat diolah menjadi suvenir, kerajinan tangan, cindera mata, dan sebagainya.

Langkah-langkah Pengolahan Limbah Organik Basah

Proses pengolahan limbah organik basah tergolong sederhana. Ia bisa dilakukan dengan cara manual ataupun memakai mesin. Selama ini, mayoritas daur ulang limbah organik basah digunakan untuk membuat kerajinan.

Tahapan proses pengolahan limbah organik basah dari awal hingga akhir ialah dimulai dengan pemilahan limbah atau sortir. Kemduian, tahap berikutnya: pembersihan, pengeringan, pewarnaan, pengeringan selepas pewarnaan, dan penghalusan bahan sebelum dibuat menjadi karya kerajinan.

Berikut ini penjelasan mengenai langkah-langkah pengolahan limbah organik basah, sebagaimana dikutip dari buku Prakarya [2017] yang ditulis Suci Paresti, dkk.

1. Pemilahan limbah organik basah

Limbah organik basah ada banyak macamnya, mulai dari kertas, dedaunan, sisa buah, sisa sayur, jerami, dan sebagainya. Namun, tidak semua limbah organik itu bisa dimanfaatkan. Ada limbah sisa yang sudah tidak layak lagi sehingga perlu disisihkan. Pilih yang sesuai tujuan penggunaan bahan yang direncanakan sebelumnya.

2. Pembersihan

Limbah organik basah yang sudah disortir dibersihkan dari kotoran yang melekatinya atau hal-hal lain yang tak dibutuhkan. Sebagai misal, kulit jagung harus dipisahkan dari tongkol dan rambutnya. Kemudian, rambut atau tongkol jagung juga bisa didaur ulang, tergantung dari kerajinan yang akan dibuat.

3. Pengeringan

Limbah organik basah harus dikeringkan agar bisa digunakan sebagai bahan produk kerajinan. Proses pengeringan dilakukan dengan penjemuran limbah melalui sinar matahari langsung atau dengan bantuan mesin. Setelah kadar airnya menguap dan hilang, bahan limbah organik dapat diolah dengan mudah.

4. Pewarnaan limbah organik basah

Limbah organik yang sudah kering kemudian bisa diwarnai sesuai selera. Jika diberi warna, lakukan pewarnaan setelah pengeringan, sebelum limbah itu dibentuk menjadi bahan kerajinan.

Lazimnya, proses pewarnaan dilakukan dengan cara dicelup atau direbus dengan zat pewarna agar terserap utuh atau dicat langsung. Jenis pewarnaan yang lain ialah dengan cara divernis atau dipelitur. Ada juga yang memberi warna pada bahan-bahan dari limbah organik basah dengan cat akrilik atau cat minyak.

5. Pengeringan setelah pewarnaan

Selepas pewarnaan, bahan dari limbah organik lunak itu mesti dikeringkan di bawah sinar matahari langsung atau dianginkan. Setelah kering, warnanya akan menyatu sempurna sehingga tidak lekas luntur.

6. Penghalusan sampai menjadi bahan siap pakai

Setelah melalui proses-proses di atas, limbah organik perlu dirapikan atau dihaluskan sebelum difungsikan sebagai bahan produk kerajinan. Penghalusan berguna agar limbah organik tampak rapi, tidak kasar, dan menarik.

Penghalusan limbah organik dapat dilakukan dengan cara disetrika agar tidak kusut, digerinda, atau diamplas agar lembut. Setelah dihaluskan atau dirapikan, pengrajin dapat memulai untuk membuat karya kerajinan dari limbah organik tersebut.

Pembuatan karya dari limbah organik daur ulang harus sesuai dengan tujuan dan kreativitas pengrajin. Umumnya, pembuatan karya kerajinan memperhatikan syarat kegunaan, ergonomitas, dan keindahan dari produk kerajinan yang akan dikreasi tersebut.

Baca juga artikel terkait KERAJINAN atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
[tirto.id - hdi/add]

Penulis: Abdul Hadi Editor: Addi M Idhom Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Pembuatan produk kerajinan di setiap wilayah tentunya berbeda dengan wilayah lainnya. Masing-masing daerah memiliki ciri khas kerajinan yang menjadi unggulan daerahnya. Hal ini tentu dikarenakan sumber daya limbah organik dari masing-masing daerah berbeda.

Di bawah ini merupakan penggolongan hasil limbah organik dilihat dari kondisi wilayahnya, yaitu :

1. Daerah pesisir pantai/laut

Limbah organik yang banyak tersedia adalah cangkang kerang laut, sisik ikan, tulang ikan, tempurung kelapa, sabut kelapa, dan lainnya.

Limbah organik yang banyak dihasilkan di daerah ini adalah kulit buah-buahan yang bertekstur keras seperti salak, durian; kulit pete cina, dan lainnya.

Limbah organik yang didapat pada daerah ini adalah jerami padi, kulit jagung, batang daun singkong, kulit bawang, dan lainnya.

Limbah yang dihasilkan di daerah perkotaan biasanya kertas, kardus, kulit kacang, kulit telur, kayu, serbuk gergaji, serutan kayu, dan lainnya.

Proses pengolahan masing-masing bahan limbah organik secara umum sama. Pengolahan dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan mesin. Prosesnya yaitu:

a. Pemilahan bahan limbah organik

Sebelum didaur ulang bahan limbah organik harus diseleksi terlebih dahulu untuk menentukan bahan mana yang masih dapat dipergunakan dan mana yang sudah seharusnya dibuang. Pemilahan bahan dapat dilakukan secara manual dan disesuaikan dengan tujuan penggunaan bahan yang telah dirancang.

b. Pembersihan limbah organik

Limbah organik yang sudah terseleksi harus dibersihkan dahulu dari sisa sisa bahan yang telah dimanfaatkan sebelumnya. Misalnya saja kulit jagung, maka kulit jagung harus dipisahkan dari tongkol dan rambutnya. Lalu apakah tongkol dan rambutnya juga akan didaur ulang atau tidak itu tergantung dari perancangan produk.

Bahan limbah organik yang sifatnya basah harus diolah dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari langsung, agar kadar air dapat hilang dan bahan limbah dapat diolah dengan sempurna.

Pewarnaan pada bahan limbah organik yang sudah kering merupakan selera. Jika dalam desain diperlukan bahan limbah yang diberi warna maka bahan limbah perlu diwarnai terlebih dahulu sebelum diproses sebagai produk kerajinan. Proses pewarnaan yang umum dilakukan pada bahan limbah organik basah adalah dengan cara dicelup atau direbus bersama zat warna tekstil agar menyerap. Sedangkan bahan limbah organik kering dapat diwarnai dengan cara divernis/dipolitur, dapat pula dicat menggunakan cat akrilik atau cat minyak.

e. Pengeringan setelah pewarnaan

Setelah diberi warna, bahan limbah organik harus dikeringkan kembali dengan sinar matahari langsung agar warna pada bahan baku dapat kering sempurna tidak mudah luntur.

f. Finishing sebagai proses akhir agar siap pakai

Bahan limbah organik yang sudah kering dapat difinishing agar mudah diproses menjadi karya. Proses finishing juga berbagai macam caranya, seperti diseterika untuk limbah kulit agar tidak kusut, dapat pula digerinda, atau diamplas.