Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Vikistha saat meraih juara 1 lomba poster di UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Bagi Vikistha Dimas Candra Wira Pratama Putra, poster memiliki peran penting bagi masyarakat. Terkhusus bagi dunia pendidikan. Seseorang yang kurang minat dalam membaca dapat sedikit terobati. Melalui poster yang menarik, masyarakat akan terbantu untuk tertarik membaca.

Viki mengaku mendapat informasi lomba poster dari teman. Kemudian, berbekal ide kreatif dan kesukaan dalam membuat poster, ia pun memutuskan untuk ikut lomba. Tak tanggung-tanggung, ia kantongi juara 1 pada lomba tingkat nasional ini.

Sebuah poster yang digarapnya mengangkat tema “Terciptanya Generasi Emas Tahun 2045”. Gambaran posternya, ada seorang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka berdua adalah generasi penerus bangsa. Untuk menyampaikan pesan lebih detail melalui poster, ada beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu kreatif, berpikir kritis, kerja sama, kecerdasan emosi, komunikatif, dan kolaborarif.

“Dalam rangka menunjang generasi emas 2045, poster ini saya kirim untuk dilombakan di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Tahapannya tergolong mudah, hanya mengirim file dan menyantumkan deskripsi singkat. Setelah bimbingan, dosen menyarankan supaya poster dibuat secara modern, dengan harapan dapat menunjang generasi 2045. Saran saya terima, namun tetap menyuguhkan sisi menarik poster untuk menarik minat baca khalayak,” pungkasnya pada 5-11-19 di Hall Kampus Utama UAD. (Dew)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memang tidak ada Program Studi (Prodi) Keperawatan dan Ilmu Gizi, namun pada Milad UAD yang ke-59 berhasil mengundang Fasty Arum Utami. Ia adalah Nutritionist, Expert Board of gizigo.id. Selain itu Fasty merupakan pengajar di Prodi Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia mendalami gizi sejak 2007.

Saat talkshow di UAD ia menyampaikan, “Tidak ada cara yang lebih ampuh selain mengubah pola hidup untuk penyembuhan penyakit gizi. Kebiasaan menunda-nunda makan, sekarang harus diubah. Lapar atau tidak harus makan tepat waktu. Selain itu, lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari. Aktivitas tersebut harus dilakukan tiga kali dalam seminggu.”

Jadi, makanan yang dikonsumsi sehari-hari harus diperhatikan. Kebanyakan orang hanya berprinsip sekadar makan dan kenyang saja tanpa memikirkan dampak buruk baik jangka panjang maupun pendek. Hal ini tentu sangat memprihatinkan. Sebab, memperhatikan makanan sama halnya dengan menjaga status gizi dalam diri. Semakin memenuhi kriteria makanan sehat dan sesuai porsi harian, maka kabar gizi akan baik-baik saja.

Makanan layak konsumsi tidak hanya praktis dan menarik dalam tampilannya saja. Tapi, harus memiliki nilai gizi yang mampu menyuplai kesehatan dalam tubuh manusia. Melahap makanan dan mengunyah dengan lembut juga dapat menjaga nilai gizi pada makanan. Selain itu, suhu makanan wajib diperhatikan.

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Salah satu sesi talk show pada acara Happy Lyfestyle Milad UAD ke-59 yang berlangsung di Hall Kampus Utama UAD

Perlu diketahui bahwa makanan panas tidak boleh langsung dikonsumsi. Suhu makanan ada idealnya untuk dikonsumsi. Sekitar 60 derajat celsius makanan ideal untuk dikonsumsi. Sebaliknya, jika terlalu dingin bakterinya akan semakin banyak. Harus diperhatikan, karena setelah itu akan langsung menuju lambung. Di dalam lambung tidak ada proses metabolisme mekanik atau digigit, melainkan langsung proses enzim. Jika dilanggar, keluhan sakit perut bisa terjadi.

“Terutama untuk teman-teman mahasiswa, makan teratur tiga kali sehari. Jika ada kuliah pagi harus sarapan. Jika tidak sarapan bisa mengakibatkan kantuk di kelas. Jadi, tidak bisa menerima mata kuliah dengan baik. Sarapan bisa apa saja yang penting diisi, walaupun hanya sekadar minum susu atau makan roti. Selanjutnya, rutin makan siang dan malam karena dapat membantu tubuh untuk mengeluarkan enzim dan membentuk imunitas,” pesannya pada 14-12-2019 di Hall Kampus Utama UAD. (Dew)

Pada acara Happy Lifestyle saat Milad Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang ke-59, Mudrika selaku Muslim Fashion Designer berhasil didatangkan. Menurutnya, bukan hanya manusia saja yang suka dengan keindahan, tapi penciptanya juga sangat menyukai hal tersebut. Jika keindahan diterapkan dalam berbusana, tentu akan menjadi sesuatu yang disukai oleh Allah Swt. Sebenarnya cukup sederhana untuk mencapai syarat berbusana yang disukai Allah, yaitu syar’i yang berarti menutup aurat dan ma’ruf yang berarti indah. Hal ini sangat pantas diterapkan di UAD yang notabene ialah Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM).

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Mudrika tengah mengisi talk show pada acara Happy Lyfestyle Milad UAD ke-59

Selain di kampus atau saat kuliah, ternyata saat berbusana dalam keseharian perlu diperhatikan. Mudrika saat mengisi talkshow menyampaikan alasan harus berbusana yang tepat pada aktivitas sehari-hari. Pertama, Allah mencintai keindahan. Kedua, kesan pertama hanya satu kali. Artinya, mata suka melihat yang indah-indah. Bahkan ia mengelak dengan pernyataan “don’t judge the book by the cover”. Karena bagi Mudrika, penampilan dapat menentukan sikap seseorang. Ketiga, menggambarkan karakter diri. Lagi-lagi, penampilan dapat menentukan kepribadian seseorang. Keempat, dapat mendorong kepercayaan diri. Kelima, lebih dihargai oleh orang lain.

“Berbusana dikategorikan tepat jika sudah memenuhi empat kriteria. Kriterianya meliputi pakaian yang sesuai dan nyaman, sesuai dengan budaya dan peraturan, kreatif dalam padu-padan, serta tidak selalu berpatokan pada umur. Ketika sudah memenuhi kriteria tersebut maka selanjutnya perlu diingat juga bahwa busana hanya sebagian dari sebuah keindahan,” tutupnya pada 13-12-2019 di Hall Kampus Utama UAD. (Dew)

Kecantikan identik dengan perempuan. Tetapi, jika ditarik dari kata dasarnya yaitu “cantik” maka akan memiliki arti selain elok juga indah dalam bentuk dan buatannya. Kecantikan perlu dijaga karena merupakan anugerah yang diberikan dari Allah Swt. kepada hamba-Nya. Allah mencintai keindahan sehingga kita perlu menjaga keindahan. Ilmu tentang kecantikan dibagi oleh dr. Silvia Putri Kumalasari pada acara Happy Lifestyle. Sebuah acara berisi talkshow dan bazar yang merupakan serangkaian Milad Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang ke-59.

Tidak bisa dipungkiri, namanya kecantikan secara fisik itu cukup penting. Cara berpenampilan mesti diperhatikan supaya tampak sedap di mata. Namun, cantik bukan hanya dari luarnya saja. Harus mengimbanginya dengan kecantikan rohani. Ketika seseorang berkepribadian cantik, maka secara utuh akan terpancar dalam fisik atau jasmaninya.

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

dr. Silvia Putri Kumalasari tengah mengisi acara Happy Lyfestyle pada rangkaian Milad UAD ke-59

Oleh sebab itu, kesehatan harus dijaga baik jasmani atau rohani. Apalagi sekarang kesehatan mental sedang dijajah. Jadi, sebagai agen perubahan kita harus memberikan energi positif ke dalam tubuh. Salah satunya harus selalu berprasangka positif. Tak lupa, harus bahagia dan senang. Kalau pikiran positif, maka akan memengaruhi hormon-hormon yang ada dalam tubuh. Ketika hormon bisa berkembang dengan baik, otomatis jasmani juga akan ikut sehat.

Konsultan Medis Aishaderm tersebut menyampaikan, “Kesehatan kulit harus dijaga. Jika tidak dijaga dengan baik, maka kulit bias rusak. Namun, kerusakan bisa dicegah dengan hidrasi yang cukup supaya tidak terjadi penuaan dini. Kulit memiliki kolagen yang bertugas untuk menjaga kulit. Jadi jangan terlalu sering terpapar sinar matahari yang mengandung ultraviolet. Sinar UVA dalam ultraviolet dapat menyebabkan radiasi pada kulit. Selanjutnya, lakukanlah eksfoliasi atau menghilangkan sel kulit mati.”

Dokter yang kerap disapa Sari ini berpesan, jangan mengidamkan kulit putih. Karena cantik belum tentu putih. Jangan beranggapan pula bahwa cantik itu harus kinclong sampai lalat bisa terpeleset. Tapi, yang terpenting adalah semua komponen dalam kulit masih berfungsi dengan baik.

“Jasmani yang sehat perlu dijaga dan diperhatikan. Terutama menjaga makanan yang sering dikonsumsi. Menjaga pola makan dengan baik, jangan terlalu banyak gula, minum vitamin, konsumsi buah dan sayur, serta minum air putih yang cukup merupakan suatu kunci. Olahraga selain untuk jasmani bagus, ternyata bagus untuk rohani karena membuat kita rileks. Pada intinya, setelah menerapkan kunci-kunci untuk sehat jasmani dan rohani, maka akan mencapai cantik jasmani dan rohani,” ucapnya pada 13-12-2019 di Hall Kampus Utama UAD. (Dew)

Dadang Arif Dwi Saputra bergabung dengan Tapak Suci (TS) mulai kelas 6 Sekolah Dasar (SD), kemudian dilanjutkan di bangku kuliah. Namun, Dadang baru fokus ke atlet sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga kini bisa juara 3 dalam acara Pekan Olahraga Daerah (PORDA). Mewakili kota Yogyakarta, ia ikut dalam lomba pencak silat kelas I putra dengan berat badan 85 sampai 90 kilogram.

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Kejuaraan ini penuh dengan perjuangan. Hampir dua tahun Dadang melakukan persiapan. Dalam seminggu, ia bisa berlatih sampai tiga kali. Lima bulan sebelum kejuaraan, latihan tambah sering. Pagi, sore, dan malam dilakukan lima kali dalam seminggu.

Mahasiswa semester tujuh Program Studi (Prodi) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan (PPKn) ini menyampaikan, “Pencak silat ialah warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Bela diri ini membentuk karakter dan kepribadian yang baik. Pencak silat tidak hanya diajarkan memukul dan menendang, namun mengajarkan etika dan nilai moral.”

Hal itu juga menjadi alasan Dadang tertarik pada pencak silat. Baginya, TS tergolong olahraga bela diri yang bisa meneguk rohani juga.

“Amanah orang tua memang untuk belajar, namun jangan lupa untuk mengembangkan potensi yang ada. Semua mahasiswa bisa berprestasi, tinggal mau atau tidak mengembangkan potensinya. Aktiflah dalam sebuah kegiatan yang bermanfaat. Mungkin terasanya tidak sekarang. Tapi ketika teman-teman lulus pasti akan merasakan pengalaman mengukir prestasi ketika kuliah,” pesannya pada 23-11-19 di Kafe Basa-basi UAD. (Dew)

Ratno Singgih dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan anggota Tapak Suci (TS) di bidang perkaderan. Ia juga menjadi pengurus di Pemerintah Daerah (Pemda) TS Bantul sebagai sekretaris. Awalnya Ratno hanya penasaran dan menyalurkan hobi, tapi justru meraih juara 3. Ia mewakili Kabupaten Bantul memenangkan kelas seni ganda putra pada Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Doa bapak dan ibu turut hadir dalam sebuah kemenangan Ratno. Selain itu, ada pelatih yang menjadi pahlawan di balik kemenangannya. Ketika tidak bisa atau tidak mempunyai bakat, bukan menjadi hal yang mengerikan. Sebab, pelatih memiliki potensi yang apik. Semua kondisi atlet tergantung dari pelatihnya. Selama proses, pelatih harus mempunyai jadwal latihan yang teratur. Atlet juga harus mengikuti jadwal supaya kemenangan menjadi mungkin.

Mahasiswa asli Bantul ini menjelaskan, “Pencak silat harus dilestarikan. Harusnya tiap jenjang pendidikan wajib ada dan diterapkan di sekolah-sekolah karena kebutuhan pencak silat tidak hanya level kabupaten atau kecamatan saja. Pada level internasional, kebudayaan bangsa perlu dibawa, yakni sebagai wadah untuk membanggakan negara. Tak hanya sebuah budaya, bela diri ini juga membiayai pendidikan gratis bagi orang yang berprestasi.”

“Jangan bosan ikut kegiatan, misalnya pencak silat. Justru kebosanan ialah seleksi alam yang bisa menyeleksi diri sendiri. Kalau kita bosan tapi tetap kita lakukan, insya Allah pasti tidak akan pernah ada hasil yang sia-sia. Tetap usaha dan yakin saja, pasti akan ada hasil yang terbaik,” pesannya pada 23-11-19 di Hall Kampus Utama UAD. (Dew)

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Psikologi dan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) mengadakan acara Friday Shalihah. Sebuah ruang diskusi khusus untuk perempuan yang mengundang Wardah Imaniah selaku Sekretaris Umum PC IMM Djazman Al-Kindi sebagai narasumber. Tema kali menarik ini yaitu “Menjadi Wanita yang Berperan Bukan Baperan”.

Bawa perasaan (baper) merupakan hal yang berlebihan. Sebenarnya, terkait perasaan merupakan fitrah. Pasti semua orang mempunyai perasaan pada lawan jenis. Kecuali memang punya kelainan, kemudian tidak bisa merasa.

Wardah dari Program Studi (Prodi) Psikologi angkatan 2016 menjelaskan, “Dalam Psikologi, memang ada seseorang yang memiliki emosi berlebih sehingga dikatakan baper. Hal itu menjadikan tingkat kroditnya perasaan. Bahkan, tanpa disadari baper membawa dampak buruk bagi diri penderita. Mengakibatkan perempuan mandek bergerak atau tidak produktif. Hal ini tidak boleh dibiarkan, harus diberantas dengan solusi yang tepat.”

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

IMM Psikolog FEB UAD

Mengalihkan rasa baper dapat dilakukan dengan mengenali emosi. Emosi tidak hanya terkait dengan marah, namun ada bahagia dan sedih. Baper sering tertanam ke dalam pemikiran perempuan. Karena perempuan didominasi dengan hati dan perasaan. Perasaan harus diolah dan dikontrol. Ketahui dahulu karakteristik diri untuk mengontrol perasaan. Selanjutnya, mengarahkan hati dan pikiran pada hal-hal yang positif.

“Perempuan harus memiliki peran di masa kini. Tidak akan mampu bergerak ketika tidak paham diri sendiri dan tugas yang diemban. Kurangi baper, perempuan sebagai individu yang merdeka harus mampu meng-upgrade diri. Apalagi kini lahan diskusi terbuka banyak dan tidak hanya untuk laki-laki,” pesannya pada 22-11-19 di Kampus I UAD. (Dew)

Mengejutkan, Vikistha Dimas Candra Wira Pratama Putra mengaku bermain komputer sejak kecil. Saat usia Taman Kanak-kanak (TK), ia sudah diajari bermain komputer oleh kakak perempuannya. Saat itu masih menggunakan komputer yang memakai Windows 97 dan 98, kenangnya.

Dikenalkan komputer sejak usia berbau kencur tentu tak membuat Viki rugi. Hal itu membuat dirinya dapat belajar autodidak membuat poster. Selain membuat poster, ia juga kerap kali membuat video. Kesukaan itu mulai ditekuni sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, ia mengaku ada yang masih kurang sempurna atau tidak terlalu bagus karena masih tahap belajar.

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Vikistha Dimas Candra Wira Pratama Putra, saat menerima piagam juara 1 lomba poster nasional di Aceh

Sampai masuk ke Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Viki tetap menekuni hobinya bermain komputer. Perlombaan poster mulai Viki coba pada tahap ini. Mahasiswa Program Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling (BK) angkatan 2016 ini mengaku semester lima menjadi waktu yang dipilih untuk terjun dalam lomba poster nasional, tepatnya di Lampung. Alhamdulillah ia mendapat juara 2.

Tak mandek sampai di Lampung, Viki melanjutkan prestasinya dengan berhijrah ke Aceh. Pemuda asal Kalasan ini tak jenuh-jenuhnya mengukir prestasi. Bahkan pada tingkat nasional kali ini ia mampu mengantongi juara 1 untuk kampusnya, UAD.

“Pengalaman itu bukan sekadar mencoba, tapi harus dilakukan sesuai minat dengan ridha orang tua dan Allah Swt. Dari situ dapat menunjang segi prestasi dan minat dalam bidang yang digemari,” pesannya pada 5-11-19 di Hall Kampus Utama UAD. (Dew)

Tim Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) hadir dalam acara Biologi Open Day (Body) yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) Universitas Makassar. Mereka menjadi peserta dalam lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional. Tak sekadar menjadi peserta, Fitriana Kemala Sari, Rifdah Rizal, dan Muhammad Shoufi Islami mampu kantongi juara 1 untuk kampusnya.

Fitriana selaku ketua tim membahas gel dari daun mangga untuk mengobati luka diabetes, yang kemudian dituangkan dalam karya tulis mereka. Penelitian yang dilakukan lumayan sulit, namun selalu dapat bimbingan dari Deasy Vanda Pertiwi M.Si., Apt. Di balik juara 1, selama dua bulan mereka meneliti daun mangga dan membuat formulasi gel. Tahap selanjutnya, diuji pada tikus yang sudah dilukai atau dibuat diabetes. Gel dioleskan pada luka di tubuh tikus, supaya luka dapat sembuh.

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Rifdah menyampaikan, “Bahaya diabetes di Indonesia selalu meningkat per tahunnya. Bahkan, Indonesia berada di posisi keenam penderita diabetes terbesar di dunia. Penyebab diabetes salah satunya yaitu komplikasi luka diabetes. Kalau penyembuhan tidak benar-benar berhasil, maka harus dilakukan amputasi.”

Bahaya diabetes yang menjadi alasan Rifdah dan rekannya menciptakan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan memanfaatkan daun mangga. Namun, Rifdah menyarankan sebelum terkena penyakit tersebut ada baiknya melakukan pencegahan. Menurutnya, mengetahui macam-macam diabetes sangat perlu. Setelah itu mengatur gaya hidup, mengurangi mengonsumsi gula per harinya, makan tidak boleh berlebihan, dan harus menghindari merokok.

Mereka berbagi tips, supaya KTI tidak terkesan seram dan memberatkan penulis, maka harus banyak membaca. Di antaranya membaca jurnal, sumber bahan ajar, dan kumpulan artikel. Mengamati sekitar juga perlu, seperti mengamati macam-macam penyakit. Referensi penyakit bisa memunculkan ide untuk diangkat menjadi KTI. Terobosannya bisa melalui obat untuk penyembuhan penyakit tersebut.

“Selagi masih muda, harus memanfaatkan waktu dengan cermat. Sebagai mahasiswa, bukan hanya sekadar kuliah saja. Sebisa mungkin potensi yang dimiliki harus diuji atau diasah. Caranya dengan mengikuti berbagai lomba. Selanjutnya, isilah waktu luang untuk ikut organisasi,” pesan Rifdah pada 21-11-19 di Kampus III UAD. (Dew)

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) memiliki sebuah komunitas tari Saman bernama Puspa Carika. Memiliki arti yaitu bunga yang menjadi perhatian khalayak dan memesona semua orang, komunitas ini tergolong masih baru. Awalnya hanya tampil pada Public Health Conference di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Juli 2019, kemudian komunitas ini masih berlanjut sampai sekarang.

Kebetulan di FKM ada dosen yang berasal dari Aceh yaitu Suci Muavita Ayu, S.KM., MPH., dan Dedik Sulistiawan, S.KM., MPH. Semasa kuliah, mereka ikut komunitas tari Saman. Bertepatan di UAD belum ada, maka dibentuklah komunitas tersebut.

Seorang teman sedang sakit perut teman yang berprasangka buruk mungkin berpikir

Salah satu yang tergabung dalam komunitas ini yaitu Dwi Afrilianti. Sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) ia sudah suka menari. Biasanya hanya tari persembahan Melayu atau tari Jawa. Namun, kali ini ia mencoba hal baru. Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2016 tersebut akhirnya mendalami tari Saman.

Gadis asal Riau ini merasa tidak terlalu sulit untuk menyesuaikan sebuah tarian Aceh. Hanya perlu keseimbangan antara otak kanan dan kiri dalam bekerja. Bersama sepuluh orang penari dan satu penyanyi, ia mampu mengompakkan gerakan dengan diiringi musik dari satu rebana. Gerak dan suara yang selaras tentu memakan waktu yang lumayan lama. Serius dalam berlatih dijalankan para anggota untuk hasil yang semakin baik. Biasanya, latihan rutin dilakukan selama dua minggu penuh sebelum tampil.

Dwi menyampaikan, “Kemarin baru tampil lagi dalam International Conference and Workshop yang diadakan oleh Lembaga Pengembangan dan Studi Islam (LPSI) bertempat di Royal Ambarukmo. Kebetulan anggota komunitas ini ada dua angkatan yaitu 2016 dan 2017. Jadi, untuk menemukan jadwal terkadang kesulitan. Tapi, semua perlahan teratasi. Bahkan respons hadirin sangat positif saat menyaksikan Puspa Carika.”

“Melalui Puspa Carika, mahasiswa bisa mengenal tari Aceh. Selain itu, manfaat gerak bisa diibaratkan seperti olahraga, karena mengeluarkan keringat. Selanjutnya seraya mengisi waktu luang ilmu dan pengetahuan menjadi bertambah,” tutupnya pada 21-11-19 di Kampus III UAD. (Dew)