Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah anemia adalah brainly

Manfaat zat besi bagi kesehatan tak perlu diragukan lagi. Jenis mineral yang satu ini tidak hanya baik untuk menunjang daya tahan tubuh, tetapi juga mencegah dan mengatasi anemia. Oleh karena itu, asupannya harus selalu terpenuhi.

Untuk merasakan manfaat zat besi secara optimal, Anda perlu mencukupi asupan zat besi setiap harinya. Jika tubuh kekurangan zat besi, hal ini dapat menyebabkan berbagai penyakit dan salah satunya adalah anemia defisiensi besi.

Sebaliknya, bila tubuh terlalu banyak asupan zat besi, dampaknya bisa menyebabkan keracunan zat besi. Meski begitu, hal ini sangat jarang terjadi pada orang dewasa.

Keracunan zat besi lebih rentan terjadi pada anak yang mengonsumsi banyak suplemen zat besi khusus untuk anak, karena dianggap seperti permen.

Berbagai Manfaat Zat Besi untuk Tubuh

Zat besi merupakan salah satu mineral penting yang perlu dipenuhi asupannya karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Beberapa manfaat zat besi bagi tubuh meliputi:

1. Mengatasi anemia

Manfaat zat besi yang paling utama adalah mencegah sekaligus mengatasi anemia. Hal ini karena zat besi berperan penting dalam pembentukan hemoglobin, yaitu protein pada sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Tanpa hemoglobin yang cukup, kondisi ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi yang memicu beragam gejala, seperti kelelahan, pusing, sesak napas, sakit kepala, dan jantung berdebar.

2. Menjaga kinerja fungsi otot

Tidak hanya berperan dalam pembentukan hemoglobin, zat besi juga menjadi komponen penting dari mioglobin, yaitu protein yang membantu suplai oksigen ke otot. Dengan begitu, otot tetap berfungsi dan bekerja secara optimal.

3. Meningkatkan daya tahan tubuh

Manfaat zat besi selanjutnya yang tak kalah penting adalah meningkatkan kinerja sistem kekebalan tubuh. Dengan imunitas yang baik, tubuh pun tetap sehat dan tidak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

4. Menjaga kesehatan fungsi otak

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa rendahnya kadar zat besi dalam tubuh bisa menurunkan kemampuan konsenstrasi dan daya ingat seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mencukupi kadar zat besi dalam jumlah yang cukup agar kesehatan otak tetap terjaga dan berfungsi dengan baik.

5. Mengurangi gejala sindrom kaki gelisah

Munculnya gejala sindrom kaki gelisah atau penyakit Willis-Ekbom juga sering dikaitkan dengan kekurangan nutrisi tertentu dan salah satunya adalah zat besi. Untuk mengatasi kondisi tersebut, dokter biasanya akan menganjurkan konsumsi suplemen zat besi.

6. Mencegah risiko kelahiran prematur

Zat besi juga termasuk salah satu mineral penting bagi ibu hamil. Hal ini karena kekurangan kadar zat besi pada ibu hamil diketahui bisa meningkatkan risiko terjadinya bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memenuhi asupan zat besi yang cukup.

7. Mengoptimalkan perkembangan kognitif anak

Tak hanya untuk ibu hamil, manfaat zat besi untuk anak juga tak kalah penting. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa zat besi memiliki peranan penting dalam perkembangan otak, sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan kognitif anak.

Sebaliknya, kekurangan zat besi pada anak dapat berdampak negatif pada kecerdasan, kemampuan berbicara dan berbahasa, maupun perilaku anak.

Cara Memenuhi Kebutuhan Zat Besi dengan Tepat

Salah satu cara efektif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh adalah dengan mengonsumsi beragam makanan mengandung zat besi. Beberapa makanan yang bisa dikonsumsi meliputi daging merah dan aneka makanan laut, sayuran hijau seperti bayam, serta biji-bijian dan kacang-kacangan.

Meski demikian, Anda juga harus tetap mencukupi kebutuhan zat besi setiap harinya. Berikut ini adalah rekomendasi asupan zat besi harian berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan tahun 2019:

  • Anak usia 1–3 tahun: 7 mg
  • Anak usia 4–9 tahun: 10 mg
  • Anak usia 10–12 tahun: 8 mg
  • Remaja pria: 11 mg
  • Remaja wanita: 15 mg
  • Pria dewasa: 9 mg
  • Wanita dewasa: 18 mg
  • Ibu hamil: 27 mg

Apabila kebutuhan zat besi tidak bisa terpenuhi dari makanan, suplemen zat besi bisa menjadi pilihan guna mencegah terjadinya kekurangan zat besi.

Namun, pastikan suplemen zat besi yang Anda konsumsi telah mengikuti saran dan rekomendasi dokter agar dosisnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh Anda.

Manfaat zat besi untuk kesehatan memang beragam dan perlu untuk dipenuhi kadarnya. Bila Anda masih ragu apakah kebutuhan zat besi sudah terpenuhi atau belum, konsultasikan ke dokter untuk mendapat rekomendasi asupan zat besi, baik melalui makanan maupun suplemen.

TAG: nutrisi

Anemia aplastik adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah baru. Kondisi ini membuat tubuh lelah dan lebih rentan terhadap infeksi dan pendarahan yang tidak terkontrol. Anemia aplastik adalah kondisi langka dan serius, dapat berkembang pada usia berapa pun. 

Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba, atau bisa datang perlahan dan memburuk seiring waktu. Gejalanya bisa ringan atau berat. Perawatan yang diperlukan termasuk obat-obatan, transfusi darah atau transplantasi sel induk, atau juga dikenal sebagai transplantasi sumsum tulang. 

Pengertian Anemia Aplastik

Anemia aplastik adalah salah satu jenis kelainan darah yang disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. Pada kondisi ini, sumsum tulang tidak dapat memproduksi salah satu atau seluruh sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. 

Penyebab Anemia Aplastik

Terdapat dua jenis anemia aplastik, yaitu anemia aplastik yang didapat (Acquired aplastic anemia) dan anemia aplastik yang diturunkan (inherited aplastic anemia). Anemia aplastik yang diturunkan biasanya disebabkan oleh kerusakan gen. Beberapa penyakit keturunan yang dapat menimbulkan anemia aplastik, antara lain:

  • Anemia Fanconi.
  • Sindrom Shwachman-Diamond.
  • Diskeratosis kongenital.
  • Anemia Diamond-Blackfan.

Kelainan ini biasanya diidap oleh anak-anak atau pada usia muda. 

Sedangkan anemia aplastik yang didapat biasanya terjadi pada orang dewasa. Penyakit ini merupakan tipe anemia aplastik terbanyak dan biasanya terkait dengan kelainan yang mengganggu sistem imun (penyakit autoimun), seperti:

  • Infeksi virus.
  • Penggunaan obat-obatan (misalnya, kloramfenikol).
  • Zat kimia berbahaya (misalnya, pestisida).
  • Kehamilan.
  • Radiasi ataupun kemoterapi. 

Pada beberapa kasus, anemia aplastik tidak dapat dijelaskan penyebabnya (idiopatik).

Faktor Risiko Anemia Aplastik

Faktor risiko terjadinya anemia aplastik, antara lain:

  • Ras Asia.
  • Usia 20-25 tahun.
  • Memiliki kelainan sistem imun.
  • Mengidap kanker.
  • Menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
  • Terpapar lama pada zat kimia berbahaya.

Gejala Anemia Aplastik

Setiap jenis sel darah memiliki fungsi khusus di dalam tubuh. Sel darah merah berfungsi utama untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sel darah putih bertugas untuk melawan infeksi dan platelet untuk mencegah perdarahan. Keluhan yang timbul pada pengidap aplastik dapat berbeda-beda pada setiap pengidapnya tergantung pada jenis sel darah apa yang mengalami defisiensi.

Pada kondisi defisiensi sel darah merah, keluhan dapat berupa:

  • Mudah mengantuk.
  • Lemas.
  • Merasa lemah.
  • Pucat.
  • Pusing atau nyeri kepala.
  • Sesak napas.
  • Nyeri dada.
  • Jantung berdebar-debar.

Pengidap anemia aplastik dapat mengalami gejala berikut (saat dalam keadaan defisit sel darah putih):

  • Demam.
  • Mudah sakit atau mengalami infeksi berulang.

Jika jumlah platelet rendah, maka tubuh akan mengalami:

  • Mudah memar.
  • Pendarahan, seperti mimisan atau pendarahan gusi.

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis anemia aplastik, dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan dan melakukan pemeriksaan fisik. Di samping itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan biasanya meliputi:

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap dan retikulosit untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, sel darah merah, sel darah putih, dan platelet.

  • Pemeriksaan Sumsum Tulang

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah sumsum tulang dapat menghasilkan sel darah yang cukup. Pemeriksaan sumsum tulang meliputi aspirasi dan biopsi. Aspirasi dilakukan dengan pengambilan sampel cairan sumsum tulang dengan menggunakan jarum khusus, kemudian dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop. 

Sedangkan saat biopsi dilakukan, sedikit jaringan sumsum tulang akan diambil dengan jarum khusus yang diperiksa di bawah mikroskop. Pada anemia aplastik, jumlah sel darah pada sumsum tulang belakang lebih rendah dari normal. 

Pengobatan

Terapi pada anemia aplastik bergantung pada beratnya penyakit. Pada keadaan yang ringan, belum diperlukan pengobatan. Pada keadaan yang lebih berat, pengobatan untuk mempertahankan jumlah sel darah ataupun memperbaiki fungsi sumsum tulang dapat diberikan. Jenis pengobatan yang dapat diberikan, antara lain:

Dokter akan memberikan terapi untuk mencegah dan mengobati infeksi, menstimulasi sumsum tulang, ataupun menekan sistem imun untuk mencegah penyakit semakin berat. Jenis obat yang diberikan untuk mengobati infeksi, biasanya tergantung jenis infeksi yang dialami. 

Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan jumlah sel darah yang cukup untuk mempertahankan tubuh agar tetap sehat. Pemberian transfusi dilakukan melalui selang intravena ke pembuluh darah.

  1. Transplantasi Sumsum Tulang

Penggantian sumsum tulang belakang dari pendonor yang sehat dapat berpotensi menyembuhkan anemia aplastik.

Komplikasi

Biasanya, anemia aplastik akan sembuh dengan sendirinya setelah dilakukan pengobatan, salah satunya dengan transfusi darah. Namun, untuk mencegah komplikasi, cara tersebut tidak boleh dilakukan secara terus-menerus. Pasalnya, tubuh dikhawatirkan akan mengembangkan antibodi dalam darah yang ditransfusi, sehingga pengobatan yang dilakukan menjadi tidak efektif.

Pencegahan

Berbagai cara untuk dapat mengurangi risiko terjadinya anemia aplastik, antara lain:

  • Menjaga kebersihan, misalnya dengan rajin mencuci tangan.
  • Mengonsumsi obat-obatan sesuai dengan aturan pakai dan untuk antibiotik harus diresepkan dan sesuai anjuran dokter.
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
  • Olahraga secara teratur.
  • Menghindari stres.
  • Istirahat yang cukup.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami keluhan yang mengarah pada anemia aplastik, segera tanyakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan penanganan yang tepat. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga.

Referensi: WebMD. Diakses pada 2021. Aplastic Anemia Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Aplastic Anemia

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA