Politik yang digunakan untuk memuluskan Nefo di dalam konfrontasinya dengan Oldefo disebut politik

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 14 are not shown in this preview.

Nefo Oldefo – Pada masa Demokrasi terpimpin kebijaksanaan politik luar negeri banyak terpusat di tangan di tangan Presiden Soekarno sendiri. Politik bebas-aktif dibelokkan menjadi politik konfrontasi terhadap apa yang disebut “Old Established Forces” (Oldefo) bersama-sama dengan “New Emerging Forces” (Nefo).

Konsepsi Nefo Oldefo dan Konfrontasi Malaysia

Nampak bahwa konsepsi Nefo-Oldefo ini adalah sejajar dengan doktrin “dua buku” kaum komunis. Dan memang negara-negara maupun golongan-golongan yang oleh Presiden Soekarno dimasukkan ke dalam kelompok Nefo adalah kurang lebih sama dengan yang oleh blok komunis dimasukkan ke dalam kelompok komunis dan “progresif”.

Sedangkan yang masuk Oldefo adalah kurang lebih sama dengan yang masuk blok kapitalis imperialis “reaksioner” Barat bersama pihak-pihak yang bersimpati kepada mereka.

Hubungan dengan pihak Barat merenggang, karena mereka bersikap pasif terhadap perjuangan pembebasan Irian. Sebaliknya hubungan dengan blok Timur semakin erat, karena Uni Soviet bersedia memberi kredit dalam pembelian peralatan militer, sehingga Indonesia dapat memperlengkapi angkatan perangnya secara modern.

Sekalipun wilayah Irian akhirnya berhasil kita kuasai, politik konfrontasi berjalan terus. Sasarannya adalah pembentukan Federasi Malaysia yaitu penggabungan antara negara-negara bekas jajahan Inggris di Asia Tenggara yang terdiri atas Persatuan Tanah Melayu, Singapura, Sabah dan Serawak, yang oleh Presiden Soekarno dianggap membahayakan Indonesia dan Nefo pada umumnya.

Dalam kenyataannya Malaysia sebagai negara yang rakyatnya pada umumnya serumpun dan seagama dengan Indonesia, tidak mempunyai rasa permusuhan terhadap kita. Lagi pula mereka juga tidak ingin menjadi boneka Neo-Kolonialisme/Imperialisme atau disingkat Nekolim (referensi) seperti yang dikatakan oleh Presiden Soekarno.

Sebaliknya yang untung karena konfrontasi itu adalah Republik Rakyat Cina (RRC) yang memang tidak menyukai pemimpin-pemimpin Malaysia dan sebaliknya mendukung pemberontakan Cina komunitas di negara tetangga itu.

Politik yang digunakan untuk memuluskan Nefo di dalam konfrontasinya dengan Oldefo disebut politik
Politik Luar Negeri Nefo Oldefo

Dwikora Presiden Soekarno

Dalam rangka konfrontasi itu pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta Presiden Soekarno mengucapkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora), yakni:

  1. Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia.
  2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat rakyat Malaysia, Singapura, Sabah, Serawak, Brunei, untuk membubarkan negara boneka Malaysia.

Untuk melaksanakan politik konfrontasi terhadap Malaysia itu bentuk Komando Mandala Siaga (Kolaga) di bawah pimpinan Marsekal Madya Omar Dani, Menteri/Panglima Angkatan Udara (yang kemudian terlibat di dalam pemberontakan Gestapu/PKI).

Komando ini mengirimkan pasukan sukarelawan memasuki daerah Malaysia, baik di Malaysia Barat maupun di Malaysia Timur (Kalimantan Utara).

Aspek lain dari pelaksanaan politik Nefo-Oldefo ini kita kenal dengan politik “mercusuar”. Presiden Soekarno berpendapat bahwa Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia.

Karena itu, Indonesia harus menyelenggarakan proyek-proyek politis yang kolosal dan spektakuler, yang diharapkan dapat menempatkan kita pada kedudukan terkemuka di kalangan Nefo.

Misalnya dengan menelan biaya beberapa milyar rupiah diselenggarakan Games of the New Emerging Forces (Ganefo) yang dimulai dengan pembangunan kompleks olahraga Senayan dan meliputi pula biaya perjalanan dipelbagai delegasi asing.

Perekonomian Indonesia Terabaikan

Ekonomi Indonesia yang sudah berantakan itu sama sekali tidak mampu membiayai proyek-proyek itu dan kegiatan pemerintah mencetak uang kertas tanpa batas dan tanpa dukungan apa-apa, menyebabkan inflasi sudah tak dapat dikendalikan lagi. Akibatnya ialah bahwa rakyat kecil tertimpa bencana karena uang dikantongnya nilainya merosot dengan pesat.

Baca selengkapnya Penyebab pokok kegagalan ekonomi terpimpin

Pengiriman delegasi-delegasi besar ke pelbagai negara maupun mendatangkan delegasi-delegasi asing atas biaya kita, juga tambah merusak keuangan negara.

Demikian pula pembangunan pabrik-pabrik dilakukan tanpa perencanaan yang matang baik mengenai letak maupun pembiayaan, sehingga usaha itu macet di tengah jalan dan banyak perlengkapan menjadi besi tua.

Jelas bahwa politik luar negeri mercusuar mengorbankan kepentingan nasional, padahal politik luar negeri seharusnya mendukung kepentingan rakyat, mendukung pembangunan nasional untuk masa depan kita semuanya.

Politik yang digunakan untuk memuluskan Nefo di dalam konfrontasinya dengan Oldefo disebut politik

Dalam perkembangan politik luar negeri Indonesia, Presiden Soekarno membagi kekuatan politik dunia menjadu dua yaitu Nefo (The New Emerging Forces) dan Oldefo (The Old Established Forces). Nefo merupakan keiompok negara yang baru merdeka dan masih berjuang dalam membentuk kepribadian bangsa yang kukuh. Pada umumnya golongan ini merupakan negara jajahan sehingga sangat menentang kolonialisme dan imperialisme, khususnya Negara Sosialis. Negara yang termasuk dalam golongan ini merupakan negara-negara Aisa-Afrika-Amerika latin. Misalnya Vietnam, Indonesia, Afganistan, Argentina dll. Kelompok negara tersebut berlawanan dengan keiompok negara yang disebut Oldefo. Oldefo yaitu negara-negara yang telah maju sehingga sudah mapan secara ekonomi. Pada umumnya golongan ini pernah menjajah negara-negara Nefo sehingga menganut paham kolonialisme dan imperialisme, khususnya Negara Kapitalis. Negara yang termasuk dalam gologan ini merupakan negara-negara Barat. Misalnya Inggris, Perancis, Jerman, Amerika Serikat dll.

Jadi Nefo (The New Emerging Forces) merupakan keiompok negara yang baru merdeka sehingga masih berjuang dalam membentuk kepribadian bangsa yang kukuh dan menentang imperialisme dan kolonialisme, khususnya Negara Sosialis. Sedangkan Oldefo (The Old Established Forces) yaitu negara-negara yang telah maju yang sudah mapan secara ekonomi dan menganut imperialisme dan kolonialisme, khususnya Negara Kapitalis.

a. Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo

Terjadi penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi cenderung condong pada salah satu poros. Saat itu Indonesia memberlakukan politik konfrontasi yang lebih mengarah pada negara-negara kapitalis seperti negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Politik Konfrontasi tersebut dilandasi oleh pandangan tentang Nefo New Emerging Forces dan Oldefo Old Established Forces. Nefo merupakan kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif revolusioner termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya yang anti imperialisme dan kolonialisme. Oldefo merupakan kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-negara kapitalis yang neokolonialis dan imperialis Nekolim. Untuk mewujudkan Nefo maka dibentuk poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong Yang. Dampaknya ruang gerak Indonesia di forum internasional menjadi sempit sebab hanya berpedoman ke negara-negara komunis.

b. Politik Konfrontasi Malaysia

Indonesia juga menjalankan politik konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak setuju dengan pembentukan negara federasi Malaysia yang dianggap sebagai proyek neokolonialisme Inggris yang membahayakan Indonesia dan negara-negara blok Nefo. Dalam rangka konfrontasi tersebut Presiden mengumumkan Dwi Komando Rakyat Dwikora pada tanggal 3 Mei 1964, yang isinya sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara - Perhebat Ketahanan Revolusi Indonesia. - Bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri dari Nekolim Inggris. - Pelaksanaan Dwikora dengan mengirimkan sukarelawan ke Malaysia Timur dan Barat menunjukkan adanya campur tanggan Indonesia pada masalah dalam negeri Malaysia.

c. Politik Mercusuar

Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia. Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang terkemuka di kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar mencapai milyaran rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO Games of the New Emerging Forces yang membutuhkan pembangunan kompleks Olahraga Senayan serta biaya perjalanan bagi delegasi asing. Pada tanggal 7 Januari 1965, Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebab Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

d. Politik Gerakan Non-Blok