This Paper A short summary of this paper 37 Full PDFs related to this paper
Di Madinah, ada dua suku besar yang terkenal, yang pada perjalanannya kedua suku ini dikenal sebagai shahabat Ansor. Keduanya adalah suku Aus dan Khazraj. Selain itu, di kota yang kala itu masih bernama Yatsrib, juga ada suku-suku Yahudi. Mereka adalah Bani Qainuqa, Bani Nadzir, dan Bani Quraidhah. Pada mulanya, orang Yahudi Madinah dominan dalam hal ekonomi. Mereka menguasai tanah-tanah terbaik Madinah dan oase-oase Taima’, Fadak, dan Wadil-Qura. Hingga akhirnya eksistensi mereka di saingi oleh Suku Aus dan suku Khazraj. Melihat kondisi tidak menguntungkan ini, orang Yahudi Madinah menerapkan “Politik Pecah Belah”. Mereka mengadu domba suku Aus dan Khazraj yang sebenarnya masih lahir dari rumpun yang sama. Tipu daya Yahudi bersambut, mereka sukses besar mengadu domba suku Aus dan Khazraj. Puncaknya, suku Aus dan Khazraj terperangkap dalam lingkaran perang Bu’ats selama lima tahun. Namun tak ada satupun dari mereka yang dinyatakan menang, melainkan kerusakan dan kehancuran belaka. Hingga akhirnya, Rasullullah datang hijrah ke Madinah. Fanatisme (Ta’asshub) kesukuan dibuang jauh dari mereka. Sebagai gantinya, ada ukhuwwah Islamiyyah (Persaudaraan Ala Ajaran Islam) yang menyatukan suku Aus dan Khazraj. Bersatu di bawah panji Islam. Apapun sukunya. Apapun “ormas”nya, andai kala itu ada. Suatu ketika, mereka sedang duduk dalam satu majelis. Tiba-tiba seorang lelaki Khazraj membacakan beberapa bait syair yang menyebabkan kemarahan orang-orang Aus. Begitu pula seorang lelaki Aus membacakan beberapa bait syair yang menimbulkan kemarahan orang-orang Khazraj. Keadaan itu berkepanjangan hingga terjadi kegaduhan dan pertengkaran. Mereka menghunus pedang masing-masing untuk berperang. Mengetahui hal itu, Rasulullah Saw. datang mengingatkan dengan membacakan salah satu ayat al-Quran (artinya): Begitulah sejarah suku Aus dan Khazraj, yang kemudian dua suku ini dikenal dengan shahabat Ansor. Semoga “Ormas” Aus dan khazraj ini bisa mengingatkan kita kembali sekaligus menjadi renungan dan inspirasi bersama bagi NU dan ummat Islam Indonesia. Bani Khazraj (bahasa Arab: بنو خزرج) adalah salah satu kabilah Arab yang tinggal di Madinah pada masa awal penyebaran agama Islam. Nenek moyang Bani Khazraj berasal dari daerah Yaman, yang hijrah ke Yathrib (nama lama Madinah) setelah terjadi bencana pecahnya bendungan Ma'rib.[1] Nama kabilah ini berasal dari nama Al-Khazraj bin Haritsah bin Tsa'labah bin Amr Muzaiqiya,[2] yang mana Amr Muzaiqiya adalah salah seorang pemimpin Bani Azad yang memimpin kaumnya berhijrah dari Yaman.[3] Bani Khazraj dan kerabatnya Bani Aus adalah keturunan dari ibu yang sama, yaitu Qailah binti Kahil istri Haritsah bin Tsa'labah, dan dengan demikian secara bersama-sama juga mendapat julukan Bani Qailah.[4] Bani Khazraj terbagi menjadi banyak puak keluarga, di antaranya terutama adalah Bani Auf, Bani Al-Harits, Bani Sa'idah, Bani Jusyam, dan Bani an-Najjar.[5] Sesembahan utama Bani Khazraj pada masa pra-Islam adalah Manat, sebuah berhala yang letaknya di Qadid pada lintas jalur perdagangan antara Mekkah dan Madinah.[6] Pada musim haji tahun ke-11 dakwah Muhammad, enam orang kabilah Bani Khazraj, yaitu As'ad bin Zurarah dan Auf bin Harits dari Bani an-Najjar, Rafi bin Malik dari Bani Zuraiq, Quthbah bin Amir dari Bani Salamah, Uqbah bin Amir dari Bani Hiram, dan Jabir bin Abdiwah dari Bani Ubaid, melakukan baiat masuk Islam di Aqabah, Mina.[7] Merekalah orang-orang Yatsrib terawal yang menjadi Muslim, dan mereka lalu menyebarkan ajaran tersebut kepada para penduduk lainnya.[7] Pada musim haji tahun berikutnya, mereka datang untuk kembali berbaiat disertai lima orang baru dari Bani Khazraj dan dua orang dari Bani Aus yang mana peristiwa itu disebut sebagai Baiat Aqabah I.[7] Pesatnya perkembangan Islam di Yathrib menyebabkan pada musim haji tahun ke-13, 62 laki-laki dan 2 perempuan dari Bani Khazraj dan 11 laki-laki dari Bani Aus kembali berbaiat pada peristiwa Baiat Aqabah II.[7] Sebelum dipersatukan melalui Piagam Madinah,[5] Banu Khazraj bersekutu dengan suku Yahudi Bani Qaynuqa untuk menghadapi Bani Aus dan sekutunya. Setelah masuk Islam, Bani Khazraj dan Bani Aus disebut secara bersama-sama sebagai kaum Anshar.[1] Kaum Anshar dan kaum Muhajirin selanjutnya bersatu dalam mendukung kepemimpinan Muhammad dan para khalifah penerusnya dalam menegakkan pemerintahan serta menyebarkan agama Islam, terutama di Madinah serta Jazirah Arabia pada umumnya.[1]
|