Penerapan hukum lavoisier dalam kehidupan sehari-hari

         Blog KoKim - Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menjumpai perubahan materi. Sebagian dari perubahan bentuk itu disertai terbentuknya zat baru, sebagian lagi hanya berupa perubahan tempat, bentuk atau wujud. Kedua jenis perubahan itu dapat kita jumpai pada lilin yang menyala. Lilin yang meleleh masih tetap lilin, yang berubah hanya wujudnya. Lilin yang terbakar akan menjadi gas dan sejumlah energi (panas dan cahaya). Lilin yang menyala makin lama makin pendek. Apakah lilin itu hilang? Tidak. Lilin tidak hilang, tetapi berubah menjadi zat-zat baru yang berwujud gas, yaitu gas karbon dioksida dan uap air. Apabila seluruh hasil pembakaran ditampung dan ditimbang, niscaya massanya sama dengan massa lilin ditambah dengan massa oksigen yang terpakai pada pembakaran itu. Pada artikel ini kita akan membahas materi Hukum-Hukum Dasar Kimia.

Penerapan hukum lavoisier dalam kehidupan sehari-hari


         Ilmu Kimia senantiasa berkembang seiring penguasaan manusia terhadap teknologi. Melalui serangkaian eksperimen dan pengamatan, para ahli kimia mengemukakan teori-teori tentang perhitungan zat. Setelah melalui pengujian dan pembuktian, teori-teori ini akhirnya dijadikan hukum dasar kimia. Apa saja yang termasuk hukum dasar kimia? Siapa yang mengajukan teori tersebut? Untuk memahami hukum-hukum dasar kimia ikutilah uraian berikut.

Hukum-hukum dasar kimia ini meliputi:

1. Hukum kekekalan massa (Antonie Laurent Lavoisier pada tahun 1734-1794) 2. Hukum perbandingan tetap (Joseph Louist Proust tahun 1754-1826) 3. Hukum perbandingan berganda ( John Dalton tahun 1766-1844) 4. Hukum perbandingan volume (Gay Lussac tahun 1778-1850)

5. Hipotesis Avogadro (Amedeo Avogadro tahun 1811)

       Demikian pembahasan secara umum Hukum-Hukum Dasar Kimia . Untuk pembahasan lebih lengkap dari kelima hukum-hukum dasar kimia, langsung saja ikuti link berikut ini : Hukum kekekalan massa, Hukum perbandingan tetap, Hukum perbandingan berganda, Hukum perbandingan volume, dan Hipotesis Avogadro. Semoga bermanfaat. Terima kasih.


Page 2

Seperti ilmu murni lainnya, ilmu kimia pun mengenal beberapa macam hukum. Salah satunya adalah Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) Ilmu Kimia. Hukum satu ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kita. Misalnya, benda yang bentuknya berubah dan terjadi reaksi pada benda tersebut. Contohnya besi yang mulai berkarat atau kayu yang terbakar. Kemudian pada kayu atau besi tersebut dilakukan penimbangan dan ditemukan bahwa ada perubahan berat.

Baik besi maupun kayu terasa lebih ringan setelah mengalami perubahan bentuk. Tentunya kita akan berpikir bahwa massa benda telah berubah. Namun, ternyata anggapan tersebut ditangkis oleh ilmuwan Prancis. Melalui penemuannya, ia menjelaskan bahwa materi suatu benda selalu sama, meskipun sudah melewatu berbagai macam proses yang mempengaruhi bentuknya. Untuk dapat memahaminya lebih mendalam, silahkan simak penjelasan dibawah ini ya. Kali ini akan dibahas mengeai sejarah, pengertian serta aplikasi Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) Ilmu Kimia.

Penerapan hukum lavoisier dalam kehidupan sehari-hari

Hukum Kekekalan Massa

Awal abad ke 17, seorang ilmuwan dari Rusia bernama Mikhail Lomonosov mempublikasikan hasil penemuannya mengenai kekelalan massa. Kemudian, menyusul beberapa tahun kemudian, seorang ahli kimia Prancis yakni Antoune Laurent Lavoisier mengemukakan kembali teori tersebut. Sehingga hukum kekekalan massa kerap disebut sebagai hukum Lomonosov-Lavosier. Berikut adalah ulasan lebih lanjut mengenai Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) Ilmu Kimia.

Sebelum ilmu kimia modern muncul, berkembanglah teori di kalangan ilmuwan mengenai air yang akan menjadi residu jika dipanaskan terus menerus. Peristiwa ini dapat diartikan bahwa air berubah menjadi tanah akibat proses pemanasan yang berkelanjutan. Teori lainnya mengatakan bahwa zat dapat dihilangkan melalui serangkaian proses.

Namun, Lavoisuer tidak sepakat akan teori tersebut. Melalui percobaannya, ia membuktikan adanya teori lain. Salah satu percobaan yang pernah dilakukannya adalah memanaskan air dalam suatu wadah. Sebelum memanaskannya, ia menimbang terlebih dahulu air beserta tempatnya. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui selisih berat sebelum dan sesudah dipanaskan. Hal ini menjadi bakal dari pernyataan bahwa api tidak mempengaruhi massa benda.

Setelah dipanaskan, wadah beserta air ditimbang kembali. Berat tempat air berkurang, namun berat residu dan air bertambah. Ternyata, pertambahan air dan residu sama beratnya dengan pengurangan berat bejana. Selain percobaan ini, Lavoisier juga melakukan 2 percobaan lainnya menggunakan timah putih dan raksa. Ketiga percobaan membuktikan bahwa massa suatu benda tetap sama. Penemuan ini menjadikan Lovoisier diakui sebagai bapak Kimia modern hingga kini.

Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) Ilmu Kimia merupakan prinsip bahwa massa suatu materi tak pernah berkurang atau bertambah. Jumlah massa tetap sama, meski sudah melewati berbagai macam reaksi. Pada 1785, Lovoisier mengatakan bahwa “Dalam setiap reaksi kimia yang terjadi, jumlah massa zat-zat baik sebelum dan sesudah reaksi terjadi adalah tetap“

Hukum ini sangat berguna bagi ilmu kimia modern. Hukum Kekekalan Massa dapat terjadi jika sebuah reaksi kimia dilakukan di tempat tertutup dan tidak ada reaksi yang keluar dari tempat tersebut. Selain itu, zat yang ada di tempat masih dalam kondisi sama, baik sesudah maupun sebelum terjadi reaksi kimia.

Contoh Soal Hukum Kekekalan Massa

Berikut adalah contoh pengaplikasian Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) Ilmu Kimia. Ada percampuran antara cuka (CH3COOH) dan soda api (NaOH). Sebelum dicampurkan, jangan lupa untuk menimbang kedua zat. Contohnya adalah sebagai berikut 3 gr NaOH (s) + 20 gr CH3COOH (aq) -> 23 gr produk. Dari hasil, dapat dilihat bahwa reaksi kimia yang terjadi menghasilkan massa yang jumlahnya sama dengan jumlah kedua zat sebelum terjadi reaksi.

Contoh Lain :

Pada sebuah pembakaran magnesium yakni dengan oksigen sejumlah 1,52 g magnesium tepat bereaksi dengan 1,00 g oksigen. Berapakah jml gram oksigen yang diperlukan untuk bereaksi dengan jumlah 12,2 g magnesium?

Jawaban :

Magnesium + Oksigen → Magnesium oksida 1,52 g magnesium itu memerlukan 1,00 g oksigen. Maka berapa untuk 12,2 g magnesium diperlukan oksigen sejumlah :

(12,2 g magnesium/ 1,52 g magnesium ). 1,00 g oksigen = 8,03 g Oksigen

Penerapan hukum lavoisier dalam kehidupan sehari-hari

Penerapan hukum lavoisier dalam kehidupan sehari-hari
Lihat Foto

shutterstock

Ilustrasi dasar hukum kimia

KOMPAS.com - Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai perubahan-perubahan materi.

Sebagian dari perubahan bentuk, disertai juga terbentuknya zat baru dan sebagian lainnya perubahan tempat, bentuk atau wujud.

Misalnya pada lilin yang dihidupkan. Lilin yang meleleh tetap lilin, yang berubah hanya wujudnya.

Lilin yang terbakar akan menjadi gas dan sejumlah energi (panas dan cahaya). Lilin yang terbakar akan semakin pendek, namun tidak hilang tetapi berubah menjadi zat baru berwujud gas.

Dilansir dari The Basic of Chemistry (2003) karya Richard, terdapat empat hukum dasar kimia, sebagai berikut:

Hukum kekekalan massa (Hukum Lavoisier)

Pernahkah kalian membakar kertas atau kayu? Hasil yang diperoleh berupa sejumlah sisa pembakaran yaitu abu.

Baca juga: Rumus Kimia dan Tatanama Senyawa

Jika ditimbang abu tersebut maka massa abu lebih ringan dari massa kayu atau kertas sebelum dibakar.

Dari kejadian tersebut, didapat gambaran bahwa seolah-olah dalam suatu reaksi kimia, ada perbedaan massa zat, sebelum dan sesudah raksi.

Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794), seorang ahli kimia dari Perancis yang menyelidiki hubungan massa zat sebelum dan sesudah reaksi.

Lavoisier menimbang zat sebelum bereaksi kemudian menimbang hassil reaksinya.

Ternyata massa zat sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama.

Namun, perubahan materi umumnya berlangsung dalam sistem terbuka sehingga bila hasil reaksi ada yang meninggalkan sistem atau sesuatu zat dari lingkungan diikat, maka massa zat sebelum dan sesudah reaksi menjadi tidak sama.

Dari percobaan yang dilakukan Lavoisier terhadap merkuri cair dan oksigem hingga terbentuk merkuri oksida yang berwarna merah, diambil kesimpulan bahwa hukum kekekalan massa, yaitu:

"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap"

Hukum perbandingan tetap (Hukum Proust)

Ada berbagai senyawa yang dibentuk oleh dua unsur atau lebih, sebagai contoh air (H2O).

Air dibentuk oleh dua unsur yaitu unsur hidrogen dan oksigen. Materi memiliki massa, termasuk hidrogen dan oksigen.

Ahli kimia dari Perancis, Joseph Louis Proust mencoba menggabungkan hidrogen dan oksigen untuk membentuk air.

Baca juga: Persamaan Reaksi dan Penyetaraannya

Didapatkan bahwa setiap satu gas hidrogen bereaksi dengan delapan gas oksigen, menghasilkan sembilan gass air.

Hal ini membuktikan bahwa massa hidrogen dan massa oksigen yang terkandung dalam air memiliki perbandingan tetap 1:8. Berapapun banyaknya air yang terbentuk.

Dari percobaan yang dilakukannya, hukum perbandingan tetap, berbunyi:

"Perbandingan massa unsur-unsur penyusun suatu senyawa selalu tetap"

Lihat Foto shutterstock Ilustrasi hukum dalton Hukum perbandingan berganda (Hukum Dalton)

Komposisi kimia ditunjukkan oleh rumus kimianya. Dalam senyawam seperti air, ada dua unsru bergabung dan masing-nmasing memberikan sejumlah atom untuk membentuk senyawa.

Dari dua unsur dapat dibentuk beberapa senyawa dengan perbandingan berbeda-beda.

Misalnya belerang dengan oksigen dapat membentuk senyawa SO2 dan SO3. Dari unsur hidrogen dan oksigen daoat dibentuk senyawa H2O dan H2O2.

Baca juga: Pengertian Gaya, Rumus, dan Macamnya

Dalton menyelidiki perbandingan unsur tersebut pada setiap senyawa dan mendaoatkan suatu poloa teratur.

Pola tersebut dinyatakan sebagai hukum perbandingan berganda, yaitu:

"Apabila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, massa salah satu unsur tersebut tetap (sama), maka perbandingan massa unsur yang lain dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana"

Hukum perbandingan volume (Gay Lussac)

Pada awalnya para ilmuwan menemukan bahwa gas hidrogen dapat bereaksi dengan gas oksigen membentuk air.

Perbandingan volume gass hidrogen dan oksigen dalam reaksi tersebut tetap, yakni 2:1.

Kemudian di tahun 1808, ilmuwan Perancis, Joseph Gay Lussac berhasil melakukan percobaan mengenai volume gas yang terlibat berbagai reaksi dengan menggunakan berbagai macam gas.

Menurutnya, dua volume gas hidrogen bereaksi dengan satu volume gas oksigen membentuk dua volume uap air.

Baca juga: Gaya dan Gerak: Pengertian dan Jenisnya

Pada reaksi pembentukan uap air, agar reaksi sempurna, untuk setiap dua volume gas hidrogen diperlukan satu volume gas oksigen, menghasilkan dua volume uap air.

Hukum perbandingan volume dapat ditulis dengan rumus, sebagai berikut:

V1/N1 = V2/N2 dengan P dan T tetap

Keterangan:

P = tekanan gas (atm)T = suhu (K)V = volume gas (L)

N = banyaknya gas (mol)

Setelah melakukan percobaan, Lussac melihat bahwa perbandingan volume gas yang bereaksi dan hasil reaksi, ternyata berbanding sebagai bilangan bulat.

Data percobaan tersebut sesuai dengan hukum perbandingan volume yang berbunyi:

"Pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan volume gas-gass yang bereaksi dan hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat"

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.