Pelepasan hormon yang berlangsung pada laki-laki disebut

Tubuh manusia terdiri dari sejumlah bagian penting, termasuk hormon reproduksi. Hormon dalam sistem reproduksi memengaruhi seksualitas dan kesuburan pada pria dan wanita. Yuk, ketahui jenis dan fungsi hormon reproduksi di bawah ini.

Pelepasan hormon yang berlangsung pada laki-laki disebut

Hormon merupakan zat kimia dalam tubuh yang membantu menjalankan fungsi tubuh Anda, termasuk pada sistem reproduksi.

Hormon reproduksi manusia memainkan peranan penting dalam mendukung kerja organ seksual, menjaga kesehatan seksual, dan melansungkan proses pembuahan (kehamilan).

Umumnya, orang hanya mengenal testosteron sebagai hormon reproduksi pria serta estrogen dan progesteron sebagai hormon reproduksi wanita.

Namun, sebenarnya masih ada lagi beberapa hormon reproduksi pria dan wanita selain ketiga hormon tersebut.

1. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)

Gonadotropin-releasing hormone atau hormon GnRH adalah hormon yang berperan besar dalam menentukan kesuburan pria dan wanita.

Pada masa kanak-kanak, kadar hormon ini sangat rendah. Hormon GnRH baru akan mulai meningkat setelah seseorang memasuki masa pubertas.

Bagian otak bernama hipotalamus berperan memproduksi hormon GnRH. Saat beredar dalam pembuluh darah, hormon ini akan memicu pelepasan hormon dari kelenjar pituitari.

Kelenjar pituitari yang berukuran sebesar kacang polong dan terletak pada bagian bawah otak ini lalu melepaskan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).

Normon FSH dan LH nantinya mengontrol produksi sel telur pada wanita dan produksi sperma pada pria.

2. Follicle stimulating hormone (FSH)

Hormon GnRH akan memicu pelepasan follicle stimulating hormone atau hormon perangsang folikel (FSH) dari kelenjar pituitari.

Pada wanita, hormon FSH akan memastikan kelancaran siklus menstruasi. Hormon ini juga merangsang perkembangan dan kematangan sel telur dalam ovarium (indung telur).

Sementara pada pria, hormon reproduksi ini berperan memastikan proses pembentukan sel sperma (spermatogenesis) berjalan dengan baik.

Sel Sertoli dalam testis membutuhkan hormon FSH untuk memproduksi protein pengikat androgen untuk membentuk sperma sehat.

3. Luteinizing hormone (LH)

Selain dari hormon FSH, kelenjar pituitari melepaskan luteinizing hormone atau hormon luteinizing (LH) yang punya peranan penting dalam reproduksi pria dan wanita.

Hormon LH bekerja sama dengan hormon FSH untuk merangsang ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron pada wanita.

Di samping itu, hormon reproduksi wanita ini memicu ovulasi atau pelepasan sel telur matang dari ovarium menuju rahim.

Nah, hormon LH juga mampu merangsang sel Leydig pada testis untuk menghasilkan testosteron yang memengaruhi produksi sperma sehat pada pria.

Testosteron adalah hormon seks utama yang ditemukan pada pria dan dihasilkan oleh testis.

Hormon seks pria ini membantu perubahan fisik selama masa pubertas, seperti pertumbuhan penis dan testis, pertumbuhan rambut tubuh, serta membangun otot dan tulang.

Selain itu, pria membutuhkan hormon testosteron dalam kadar normal untuk pembentukan sel sperma dan menghasilkan dorongan seks (libido).

Wanita juga memiliki hormon testosteron dalam tubuh meski jumlahnya tidak sebanyak pria.

Hormon testosteron pada wanita berfungsi mengatur hasrat seksual, menjaga fungsi ovarium, hingga memelihara kesehatan tulang.

5. Hormon estrogen

Terdapat dua jenis hormon reproduksi pada wanita, salah satunya adalah hormon estrogen.

Estrogen dihasilkan oleh ovarium yang menghasilkan sel telur wanita. Kelenjar adrenal pada bagian atas ginjal dan jaringan lemak juga menghasilkan hormon seks wanita ini.

Hormon ini membawa perubahan fisik wanita selama masa pubertas, seperti pertumbuhan payudara, rambut kemaluan, hingga mengontrol siklus menstruasi.

Pria juga memiliki sedikit hormon estrogen yang memengaruhi reproduksi. Hormon ini membantu keseimbangan libido (hasrat seksual), fungsi ereksi, hingga spermatogenesis.

6. Hormon progesteron

Sistem reproduksi wanita juga memproduksi progesteron. Hormon ini dihasilkan korpus luteum, yakni kelenjar endokrin sementara di ovarium yang diproduksi setelah ovulasi.

Progesteron berperan dalam mempersiapkan dinding rahim (endometrium) untuk kehamilan. Hal ini membuat dinding rahim menebal untuk menerima sel telur yang dibuahi.

Hormon ini juga terus bekerja menjaga kehamilan. Hormon progesteron membantu kelancaran pemberian nutrisi dari pembuluh darah di dinding rahim ke janin.

Namun bila kehamilan tidak terjadi, korpus luteum akan rusak dan kadar progesteron menurun sehingga memicu terjadinya menstruasi.

Beberapa orang bisa mengalami gangguan hormon reproduksi. Ketidakseimbangan hormon menyebabkan menstruasi tidak teratur, menurunnya gairah seks, hingga masalah kesuburan.

Maka dari itu, Anda harus selalu menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh guna menjaga kesehatan sistem reproduksi.

Mengonsumsi makanan sehat, rutin olahraga, berhenti merokok dan minum alkohol, serta beristirahat cukup adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.

Jika memiliki keluhan terkait hormon atau penyakit menular seksual, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter Anda.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Pubertas atau akil balig (Latin: pubertas; Arab: بلوغ, bāligh) adalah proses perubahan fisik saat tubuh anak berubah menjadi tubuh dewasa (datang dewasa) yang mampu melakukan reproduksi seksual. Proses ini dimulai dengan sinyal hormonal dari otak ke gonad: ovarium pada anak perempuan, testis pada anak laki-laki. Menanggapi sinyal tersebut, gonad memproduksi hormon yang merangsang libido dan pertumbuhan, fungsi, dan transformasi otak, tulang, otot, darah, kulit, rambut, payudara, dan organ seks. Pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) meningkat pada paruh pertama masa pubertas dan selesai saat tubuh orang dewasa telah berkembang. Sebelum pubertas, organ seks luar yang dikenal sebagai ciri seksual primer merupakan ciri seks yang membedakan laki-laki dan perempuan. Pubertas mengarah pada dimorfisme seksual melalui pengembangan karakteristik seks sekunder, yang selanjutnya membedakan jenis kelamin.

Pelepasan hormon yang berlangsung pada laki-laki disebut

Tubuh bagian atas remaja yang laki-laki yang sudah pubertas ditandai dengan munculnya jakun di leher, tumbuhnya rambut halus di ketiak dan di sekitar perut.

Rata-rata, anak perempuan mulai pubertas pada usia 10-11 dan berakhir pada usia 15-17; anak laki-laki umumnya mulai pubertas pada usia 11-12 dan berakhir pada usia 16-17.[1][2][3] Penanda utama pubertas bagi wanita adalah menarche, menstruasi pertama, yang terjadi rata-rata antara usia 12-13 tahun.[2] Pada laki-laki, ejakulasi pertama rata-rata terjadi pada usia 13 tahun.[4] Pada abad ke-21, rata-rata usia pubertas anak-anak, terutama perempuan, lebih rendah dibandingkan abad ke-19, yaitu 15 tahun untuk anak perempuan dan 16 tahun untuk anak laki-laki.[5] Hal ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk peningkatan nutrisi yang mengakibatkan pertumbuhan tubuh yang cepat, peningkatan berat badan dan penumpukan lemak,[6] atau akibat paparan zat pengganggu endokrin seperti xenoestrogen, yang terkadang dapat disebabkan oleh konsumsi makanan atau faktor lingkungan lainnya.[7][8] Pubertas yang dimulai lebih awal dari biasanya dikenal sebagai pubertas dini, dan pubertas yang dimulai lebih lambat dari biasanya disebut pubertas tertunda.

Karakteristik paling menonjol di antara perubahan morfologis dalam ukuran, bentuk, komposisi, dan fungsi tubuh pubertas, adalah perkembangan karakteristik seks sekunder, "pengisian" tubuh anak; dari perempuan menjadi wanita dewasa, dari laki-laki menjadi pria dewasa. Istilah pubertas berasal dari bahasa Latin puberatum (usia kedewasaan), kata pubertas menggambarkan perubahan fisik menuju kematangan seksual, bukan kematangan psikososial dan budaya yang dilambangkan dengan istilah perkembangan remaja dalam budaya Barat. Masa remaja adalah masa transisi mental dari masa kanak-kanak hingga dewasa, yang tumpang tindih dengan sebagian besar periode pubertas fisik.[9]

Perbedaan pubertas pada laki-laki dan perempuan

Pelepasan hormon yang berlangsung pada laki-laki disebut

1 Follicle-stimulating hormone - FSH
2 Luteinizing hormone - LH
3 Progesterone
4 Estrogen
5 Hypothalamus
6 Pituitary gland
7 Ovary
8 Pregnancy - hCG (Human chorionic gonadotropin)
9 Testosterone
10 Testicle
11 Incentives
12 Prolactin - PRL

Dua perbedaan paling signifikan antara pubertas pada anak perempuan dan pubertas pada anak laki-laki adalah usia dimulainya, dan steroid seks utama yang mempengaruhinya, androgen dan estrogen.

Meskipun terdapat berbagai rentang usia normal, anak perempuan biasanya mulai pubertas sekitar usia 10–11 dan berakhir pubertas sekitar 15–17; anak laki-laki mulai sekitar usia 11-12 dan berakhir sekitar 16-17.[1][2][3] Anak perempuan mencapai kematangan reproduksi sekitar empat tahun setelah perubahan fisik pertama kali muncul.[10] Sebaliknya, pada anak laki-laki justru lebih lambat, tetapi terus tumbuh selama sekitar enam tahun setelah perubahan pubertas pertama yang terlihat.[11] Setiap peningkatan tinggi badan di luar usia pasca pubertas jarang terjadi.

Pada anak laki-laki, testosteron androgen adalah hormon seks utama; sementara testosteron diproduksi, semua perubahan anak laki-laki dicirikan sebagai virilisasi. Produk substansial dari metabolisme testosteron pada pria adalah estradiol. Pengubahan testosteron menjadi estradiol bergantung pada jumlah lemak tubuh dan kadar estradiol pada anak laki-laki biasanya jauh lebih rendah dibandingkan pada anak perempuan. "Percepatan pertumbuhan" lelaki juga dimulai kemudian, berakselerasi lebih lambat, dan berlangsung lebih lama sebelum epifisis menyatu. Meskipun anak laki-laki rata-rata lebih pendek 2 cm (0,8 inci) daripada anak perempuan sebelum masa pubertas dimulai, laki-laki dewasa rata-rata lebih tinggi 13 cm (5,1 inci) daripada perempuan. Sebagian besar perbedaan jenis kelamin pada tinggi badan orang dewasa ini disebabkan oleh timbulnya lonjakan pertumbuhan yang lebih lambat dan perkembangan pertumbuhan yang selesai lebih lambat. Hal ini merupakan akibat langsung dari kenaikan dan penurunan kadar estradiol pada pria dewasa.[12]

Hormon yang mendominasi perkembangan wanita adalah estrogen yang disebut estradiol. Sementara estradiol meningkatkan pertumbuhan payudara dan rahim, hormon ini juga merupakan hormon utama yang mendorong percepatan pertumbuhan pubertas serta pematangan dan penutupan epifisis.[13] Kadar estradiol meningkat lebih awal dan mencapai tingkat yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.

Pematangan hormonal pada anak perempuan jauh lebih rumit daripada pada anak laki-laki. Hormon steroid utama, testosteron, estradiol, dan progesteron serta prolaktin memainkan fungsi fisiologis penting pada masa pubertas. Steroidgenesis gonad pada anak perempuan dimulai dengan produksi testosteron yang biasanya dengan cepat diubah menjadi estradiol di dalam ovarium. Namun tingkat konversi dari testosteron menjadi estradiol (didorong oleh keseimbangan FSH/LH) selama pubertas awal sangat individual, menghasilkan pola perkembangan karakteristik seksual sekunder yang sangat beragam. Produksi progesteron di ovarium dimulai dengan perkembangan siklus ovulasi pada anak perempuan (selama fase lutheal dari siklus). Sebelum masa pubertas, kadar progesteron yang rendah diproduksi di kelenjar adrenal pada anak laki-laki dan perempuan.

Lihat pula

  • Konsep beranjak dewasa di berbagai budaya

Referensi

  1. ^ a b Kail, RV; Cavanaugh JC (2010). Human Development: A Lifespan View (edisi ke-5th). Cengage Learning. hlm. 296. ISBN 978-0-495-60037-4. 
  2. ^ a b c Schuiling (2016). Women's Gynecologic Health. Jones & Bartlett Learning. hlm. 22. ISBN 978-1-284-12501-6. The changes that occur during puberty usually happen in an ordered sequence, beginning with thelarche (breast development) at around age 10 or 11, followed by adrenarche (growth of pubic hair due to androgen stimulation), peak height velocity, and finally menarche (the onset of menses), which usually occurs around age 12 or 13. 
  3. ^ a b D. C. Phillips (2014). Encyclopedia of Educational Theory and Philosophy. Sage Publications. hlm. 18–19. ISBN 978-1-4833-6475-9. On average, the onset of puberty is about 18 months earlier for girls (usually starting around the age of 10 or 11 and lasting until they are 15 to 17) than for boys (who usually begin puberty at about the age of 11 to 12 and complete it by the age of 16 to 17, on average). 
  4. ^ (Jorgensen & Keiding 1991).
  5. ^ Alleyne, Richard (2010-06-13). "Girls now reaching puberty before 10—a year sooner than 20 years ago". The Daily Telegraph. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-29. Diakses tanggal 2021-01-28. 
  6. ^ Guillette EA, Conard C, Lares F, Aguilar MG, McLachlan J, Guillette LJ; Conard; Lares; Aguilar; McLachlan; Guillette Jr (March 2006). "Altered breast development in young girls from an agricultural environment". Environ. Health Perspect. 114 (3): 471–5. doi:10.1289/ehp.8280. PMC 1392245 
    Pelepasan hormon yang berlangsung pada laki-laki disebut
    . PMID 16507474. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  7. ^ Buck Louis GM, Gray LE, Marcus M, Ojeda SR, Pescovitz OH, Witchel SF, Sippell W, Abbott DH, Soto A, Tyl RW, Bourguignon JP, Skakkebaek NE, Swan SH, Golub MS, Wabitsch M, Toppari J, Euling SY; Gray Jr; Marcus; Ojeda; Pescovitz; Witchel; Sippell; Abbott; Soto; Tyl; Bourguignon; Skakkebaek; Swan; Golub; Wabitsch; Toppari; Euling (February 2008). "Environmental factors and puberty timing: expert panel research needs". Pediatrics. 121 Suppl 3: S192–207. doi:10.1542/peds.1813E 
    Pelepasan hormon yang berlangsung pada laki-laki disebut
    . PMID 18245512. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  8. ^ Mouritsen A, Aksglaede L, Sørensen K, Mogensen SS, Leffers H, Main KM, Frederiksen H, Andersson AM, Skakkebaek NE, Juul A; Aksglaede; Sørensen; Mogensen; Leffers; Main; Frederiksen; Andersson; Skakkebaek; Juul (April 2010). "Hypothesis: exposure to endocrine-disrupting chemicals may interfere with timing of puberty". Int. J. Androl. 33 (2): 346–59. doi:10.1111/j.1365-2605.2010.01051.x. PMID 20487042. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  9. ^ The Oxford Dictionary of English Etymology, C. T. Onions ed. Oxford University Press, 1996, p. 720.
  10. ^ "Puberty and adolescence". University of Maryland. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-24. Diakses tanggal September 13, 2013. 
  11. ^ Garn, SM. Physical growth and development. In: Friedman SB, Fisher M, Schonberg SK., editors. Comprehensive Adolescent Health Care. St Louis: Quality Medical Publishing; 1992. Retrieved on 2009-02-20
  12. ^ Abbassi V (1998). "Growth and normal puberty". Pediatrics. 102 (2 Pt 3): 507–513. PMID 9685454. 
  13. ^ MacGillivray MH, Morishima A, Conte F, Grumbach M, Smith EP; Morishima; Conte; Grumbach; Smith (1998). "Pediatric endocrinology update: an overview. The essential roles of estrogens in pubertal growth, epiphyseal fusion and bone turnover: lessons from mutations in the genes for aromatase and the estrogen receptor". Hormone Research. 49 Suppl 1: 2–8. doi:10.1159/000053061. PMID 9554463.  Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)

Bacaan lanjutan

  • Gordon CM, Laufer, MR (2005). "Chapter 4: Physiology of puberty". Dalam Emans SJ, Goldstein DP, Laufer, MR. Pediatric and Adolescent Gynecology (edisi ke-5th). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 120–155. ISBN 978-0-7817-4493-5. 
  • Gungor, Neslihan; Arslanian SA (2002). "Chapter 21: Nutritional disorders: integration of energy metabolism and its disorders in childhood". Dalam Sperling, MA. Pediatric Endocrinology (edisi ke-2nd). Philadelphia: Saunders. hlm. 689–724. ISBN 978-0-7216-9539-6. 
  • Marshall WA, Tanner, JM (1986). "Chapter 8: Puberty". Dalam Falkner F, Tanner JM. Human Growth: A Comprehensive Treatise (edisi ke-2nd). New York: Plenum Press. hlm. 171–209. ISBN 978-0-306-41952-2. 
  • Rosenfield, Robert L. (2002). "Chapter 16: Female puberty and its disorders". Dalam Sperling, MA. Pediatric Endocrinology (edisi ke-2nd). Philadelphia: Saunders. hlm. 455–518. ISBN 978-0-7216-9539-6. 
  • Styne, Dennis M. (2002). "Chapter 18: The testes: disorders of sexual differentiation and puberty in the male". Dalam Sperling, MA. Pediatric Endocrinology (edisi ke-2nd). Philadelphia: Saunders. hlm. 565–628. ISBN 978-0-7216-9539-6. 
  • Colburn, T., Dumanoski, D. and Myers, J.P. Our Stolen Future, 1996, Plume: New York.
  • Ducros, A. and Pasquet, P. "Evolution de l'âge d'apparition des premières règles (ménarche) en France". Biométrie Humaine (1978), 13, 35–43.
  • Herman-Giddens ME, Slora EJ, Wasserman RC, Bourdony CJ, Bhapkar MV, Koch GG, Hasemeier CM (1997). "Secondary sexual characteristics and menses in young girls seen in office practice: a study from the Pediatric Research in Office Settings network". Pediatrics. 99 (4): 505–12. doi:10.1542/peds.99.4.505. PMID 9093289.  Newer data suggesting that lower age thresholds for evaluation should be used.
  • Plant TM, Lee PA, eds. The Neurobiology of Puberty. Bristol: Society for Endocrinology, 1995. Proceedings of the latest (4th) International Conference on the Control of the Onset of Puberty, containing summaries of current theories of physiological control, as well as GnRH analog treatment.
  • Tanner JM, Davies PS (1985). "Clinical longitudinal standards for height and height velocity for North American children". The Journal of Pediatrics. 107 (3): 317–29. doi:10.1016/S0022-3476(85)80501-1. PMID 3875704.  Highly useful growth charts with integrated standards for stages of puberty.
  • Sizonenko, PC. Role of sex steroids during development—integration. in Bourguignon, Jean Pierre & Tony M. Plant. The Onset of Puberty in Perspective: Proceedings of the 5th International Conference on the Control of the Onset of Puberty, Held in Liège, Belgium, 26–28 September 1999. Elsevier. Amsterdam & New York 2000. ISBN 0-444-50296-3. pp 299–306.

Pranala luar

Pelepasan hormon yang berlangsung pada laki-laki disebut

  • Support for teens (archive)
  • University of Maryland guide to puberty and adolescence
  • Growing Up Sexually: A World Atlas
  • Pictures and detailed information about breast development during puberty
  • "Research shows how evolution explains age of puberty", ScienceDaily, December 1, 2005
  • Gluckman PD, Hanson MA; Hanson (2006). "Evolution, development and timing of puberty". Trends in Endocrinology and Metabolism. 17 (1): 7–12. doi:10.1016/j.tem.2005.11.006. PMID 16311040.  Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Terasawa E, Fernandez DL; Fernandez (2001). "Neurobiological mechanisms of the onset of puberty in primates". Endocrine Reviews. 22 (1): 111–51. doi:10.1210/er.22.1.111. PMID 11159818. 
  • Puberty in girls: interactive animation of Tanner stages
  • Puberty in boys: interactive animation of Tanner stages

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pubertas&oldid=21807920"