Mengapa manusia praaksara hidup secara nomaden

Nomaden artinya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada masyarakat pra sejarah kehidupan sangat bergantung pada alam. Apa yang dimakan oleh manusia purba kala itu adalah bahan makanan yang disediakan alam seperti buah-buahan, umbi-umbian, dan dedaunan yang tinggal dipetik.

Manusia pra sejarah tidak menanam maupun mengolah pertanian. Jika mereka ingin memakan ikan maka akan menangkapnya di sungai, waduk, maupun tempat lainnya di mana ikan hidup. Selain itu apabila ingin makan daging, mereka akan berburu untuk menangkap binatang buruannya.

Berdasarkan pola kehidupan nomaden artinya berpindah-pindah, masa kehidupan prasejarah ini sering disebut sebagai masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu. Jika bahan makanan tersebut telah habis, mereka akan berpindah ke tempat lain yang menyediakan bahan makanan.

Selain itu nomaden bertujuan juga untuk menangkap binatang buruannya. Kehidupan nomaden berlangsung dalam waktu yang lama dan terus-menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah memikirkan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap.

Manusia pra sejarah tinggal di alam terbuka seperti hutan, di bawah pohon, di tepi sungai, di gunung, di gua, dan di lembah-lembah. Ancaman hidup di alam terbuka yang mereka hadapi adalah binatang buas. Binatang buas adalah musuh utama kehidupan manusia prasejarah.

Dalam kehidupan nomaden, biasanya manusia pra sejarah juga menelusuri sungai. Perjalanan melalui sungai dipandang lebih mudah dan aman dari pada melalui daratan atau yang sangat berbahaya.

Untuk memudahkan bertransportasi manusia pra sejarah merakit alat transportasi seperti perahu untuk melalui sungai.

Pada masa nomaden, masyarakat pra sejarah juga mengenal kehidupan berkelompok. Jumlah anggota dari setiap kelompok terdiri dari 10 hingga 15 orang.

Untuk mempermudah kehidupannya, masyarakat pra-sejarah juga membuat alat-alat perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih sangat kasar dan sederhana.

Baca juga: Asal-usul Kuda Modern, dari Kuda Perang hingga Ternak

Berikut adalah ciri-ciri kehidupan masyarakat nomaden yang dikutip dari buku Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia karya Yusliani Noor dan Mansyur:

1. Selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

2. Sangat bergantung pada alam.

3. Belum dapat mengolah bahan makanan.

4. Hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu.

5. Belum memiliki tempat tinggal yang tetap.

6. Peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.

Masyarakat pra sejarah lama-kelamaan menyadari jika makanan yang disediakan oleh alam sangat terbatas dan akhirnya akan habis. Mereka kemudian mengganti cara bertahan hidup dengan menanami lahan-lahan yang akan ditinggalkan agar dapat menyediakan bahan makanan yang lebih banyak di kemudian hari.

Selain itu dengan bercocok tanam, para wanita dan anak tidak harus selalu ikut berpindah untuk mengumpulkan bahan makanan ataupun berburu binatang.

Masyarakat purba hidup secara nomaden pada masa Paleolitikum. (L Xueping Ji/IFL Science)

Jakarta -

Masyarakat purba hidup secara nomaden pada masa Paleolitikum. Masa Paleolitik sendiri termasuk dalam pembagian zaman prasejarah berdasarkan temuan arkeologi yang menggunakan batu.

"Pada zaman ini, kehidupan manusia masih sangat primitif dan sederhana, dicirikan dengan kehidupan yang berpindah-pindah tempat (nomaden)," bunyi keterangan buku Top One SBMPTN Soshum oleh Forum Tentor Indonesia.

Baca juga: Negara Mana yang Dijuluki Museum Manusia Purba di Dunia? Ini Penjelasannya

Keadaan nomaden tersebut bergantung pada daya dukung alam berupa tersedianya bahan makanan, terutama binatang buruan. Artinya, bila binatang buruan dan bahan makanan yang diambil dari hutan sudah habis, mereka akan berpindah ke tempat yang lebih subur lagi.

Hal itu pun terus berlangsung secara terus menerus. Pada dasarnya, kegiatan sehari-hari manusia purba di masa itu dihabiskan dengan mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk dikonsumsi saat itu juga. Kegiatan tersebut juga dikenal dengan istilah food gathering atau pengumpul makanan tahap awal.

Mengutip buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) oleh Nana Supriatna, Mamat Ruhimat dan Kosim, kehidupan nomaden pada masa Paleolitikum ini hampir mirip dengan pola hidup berpindah suku-suku terasing saat ini di Indonesia seperti, Suku Kubu di Bengkulu dan Suku Sasak di Sumatra.

Mengenal Masa Paleolitikum

Masa Paleolitikum juga kerap disebut sebagai zaman batu tua. Sebab, pada masa ini, alat-alat yang ditemukan masih terbuat dari batu meskipun beberapa alat terbuat dari tulang belulang atau tanduk hewan.

Peninggalan masa Paleolitikum pertama kali ditemukan oleh Von Koenigswald dan M. W. F Tweedie pada tahun 1934 di Jawa. Bukti keberadaannya didukung dari penemuan-penemuan jenis manusia purba pada akhir abad ke-19 dan sepanjang abad ke-20.

Manusia purba yang hidup pada masa Paleolitikum di antaranya Pithecanthropus Erectus, Pithecanthripus Robustus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus, dan Homo Solensis.

Tercatat, masa Paleolitikum berlangsung selama 600 ribu tahun. Masa Paleolitikum berlangsung secara lambat karena keadaan alam masih sangat alami dan belum banyak dimanfaatkan oleh manusia pada saat itu.

Ada banyak hasil kebudayaan masa Paleolitikum yang ditemukan di Indonesia. Kebudayaan Paleolitikum tersebut dapat ditemukan di Pacitan dan Ngandong. Selain itu, keberadaannya didukung dari lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan merah dan babi hutan di Goa Leang Pattae di Sulawesi Selatan.

Artefak yang ditemukan di daerah tersebut umumnya berupa kapak genggam, kapak perimbas atau chopper, alat-alat tulang dan tanduk, serta alat serpih atau flakes. Tiap alat tersebut memiliki kegunaannya masing-masing.

Baca juga: Ciri-Ciri Zaman Batu Tua, Madya, Muda, dan Besar

Kapak perimbas untuk merimbas kayu, memahat tulang, dan sebagai senjata. Kemudian, alat dari tulang dan tanduk binatang digunakan untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah.

Sementara alat serpih ditujukan sebagai alat menguliti hewan buruan selama nomaden, mengiris daging, dan memotong umbi-umbian. Alat serpih ini ditemukan di daerah lainnya seperti Lahat (Sumatra), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), dan Mangeruda (Flores).



Simak Video "Belajar Sejarah dari Pameran Kampung Purba"
[Gambas:Video 20detik]
(rah/nwy)

purba sejarah prasejarah paleolitikum zaman batu kapak genggam kapak perimbas chopper tulang goa pacitan ngandong

Mengapa manusia praaksara itu hidup dengan nomaden?

alasan manusia purba hidup berpindah-pindah karena masih hidup tergantung kepada alam, sehingga mereka mencari daerah yang subur, tersedia bahan makanan, dan tersedia air.

Apakah masyarakat praaksara hidup secara nomaden?

Masyarakat purba hidup secara nomaden pada masa Paleolitikum. Masa Paleolitik sendiri termasuk dalam pembagian zaman prasejarah berdasarkan temuan arkeologi yang menggunakan batu.