Mengapa kebutuhan manusia tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia terbatas?

Kelangkaan yaitu kondisi di mana kita tak mempunyai cukup sumber daya untuk memuaskan seluruh kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena banyak kebutuhan banyakan dari banyak benda/barang dan perbuatan yang berguna yang tersedia. [1]. Kelangkaan bukan berfaedah segalanya sulit diperoleh atau ditemukan. Kelangkaan juga bisa diartikan alat yang dipakai untuk memuaskan kebutuhan banyaknya tak seimbang dengan kebutuhan yang mesti dipenuhi. Kelangkaan mengandung dua pengertian:

  • Alat pemenuhan kebutuhan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
  • Untuk memperoleh alat pemuas kebutuhan membutuhkan pengorbanan yang lain.

Masalah kelangkaan selalu dihadapi yaitu masalah bagaimana seseorang bisa memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam dengan alat pemuas yang terbatas. Dalam menghadapi masalah kelangkaan, ilmu ekonomi memerankan penting karena masal ekonomi yang sebenarnya yaitu bagaimana kita bisa menyeimbangkan sela hasrat yang tak terbatas dan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Apabila suatu sumber daya bisa dipakai untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhan dalam banyak tak terbatas, karenanya sumber daya tersebut dinyatakan tak merasakan kelangkaan.

Faktor penyebab kelangkaan

Dunia memang menyediakan sumber daya yang cukup melimpah. Namun, tetap saja banyaknya terbatas, lebih-lebih bila manusia mengolahnya secara sembarangan. Walaupun sumber daya tersebut bisa diperbaharui atau tersedia secara lepas, tetap saja akan menjadi kurang dan lama-kelamaan akan habis.

  • Perbedaan letak geografis

Sumber daya dunia kebanyakan tersebar tak merata disetiap daerah. Benar daerah yang sangat subur, benar pula daerah yang kaya akan bahan tambang. Namun, benar pula daerah yang gersang dan selalu kekurangan cairan. Perbedaan ini menyebabkan sumber daya menjadi langka dan terbatas, terutama bagi daerah yang tak mempunyai sumber daya yang melimpah.

Pertumbuhan banyak warga selalu semakin cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi benda/barang dan perbuatan yang berguna. Hal ini telah dilihat dan diamati oleh seorang ekonom, Thomas Robert Malthus. Menurutnya, banyak manusia tumbuh mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya). Sementara banyak produksi hanya tumbuh mengikuti deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya).[2]

  • Keterbatasan kemampuan produksi

Kemampuan produksi didukung oleh faktor-faktor produksi yang dipakai. Misalnya kapasitas faktor produksi manusia terbatas karena sedang bisa sakit, lelah, atau bosan. Mesin produksi juga bisa rusak dan aus. Selain itu, keterbatasan produksi juga ditentukan karena perkembangan teknologi yang tak sama. Di negara maju, perkembangan teknologi berlanjut sangat cepat. Sementara itu, di negara berkembang perkembangan kebutuhan benda/barang dan perbuatan yang berguna sedang semakin cepat daripada perkembangan teknologinya.

Bencana dunia yaitu faktor perusak yang benar di luar kekuasaan dan kemampuan manusia. Walaupun sebenarnya beberapa bencana terjadi dampak ulah manusia sendiri. Banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain telah membawa dampak kerugian yang cukup akbar. Kerusakan kontruksi, tempat usaha, sumber daya dunia, dan bahkan korban jiwa yang menjadi korban bencana dunia tersebut.[3]

Pustaka

  1. ^ Pengertian Kelangkaan
  2. ^ Faktor kelangkaaan pertumbuhan warga
  3. ^ Faktor Kelangkaan Sumber Daya


edunitas.com

Page 2

Kelangkaan adalah kondisi di mana kita tak ada cukup sumber kekuatan untuk memuaskan semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan kebanyakan dari jumlah benda/barang dan jasa yang tersedia. [1]. Kelangkaan bukan berfaedah segalanya sulit diperoleh atau ditemukan. Kelangkaan juga dapat diartikan alat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan jumlahnya tak seimbang dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Kelangkaan mengandung dua pengertian:

  • Alat pemenuhan kebutuhan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
  • Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan membutuhkan pengorbanan lainnya.

Masalah kelangkaan selalu dihadapi merupakan masalah bagaimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam dengan alat pemuas yang terbatas. Dalam menghadapi masalah kelangkaan, ilmu ekonomi memerankan penting karena masal ekonomi yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa menyeimbangkan antara hasrat yang tak terbatas dan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Apabila suatu sumber kekuatan dapat digunakan untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhan dalam jumlah tak terbatas, maka sumber kekuatan tersebut diceritakan tak mengalami kelangkaan.

Faktor penyebab kelangkaan

  • Keterbatasan sumber kekuatan

Dunia memang menyediakan sumber kekuatan yang cukup melimpah. Namun, tetap saja jumlahnya terbatas, lebih-lebih bila manusia mengolahnya secara sembarangan. Walaupun sumber kekuatan tersebut dapat diperbaharui atau tersedia secara lepas, tetap saja akan menjadi kurang dan lama-kelamaan akan habis.

  • Perbedaan letak geografis

Sumber kekuatan dunia kebanyakan tersebar tak merata disetiap daerah. Ada daerah yang sangat subur, ada pula daerah yang kaya akan bahan tambang. Namun, ada pula daerah yang gersang dan selalu kekurangan cairan. Perbedaan ini mengakibatkan sumber kekuatan menjadi langka dan terbatas, terutama untuk daerah yang tak ada sumber kekuatan yang melimpah.

Pertumbuhan jumlah warga selalu lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi benda/barang dan jasa. Hal ini sudah diteliti oleh seorang ekonom, Thomas Robert Malthus. Menurutnya, jumlah manusia tumbuh mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya). Sementara jumlah produksi hanya tumbuh mengikuti deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya).[2]

  • Keterbatasan kemampuan produksi

Kemampuan produksi didukung oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Misalnya kapasitas faktor produksi manusia terbatas karena sedang bisa sakit, lelah, atau bosan. Mesin produksi juga bisa rusak dan aus. Selain itu, keterbatasan produksi juga ditentukan karena perkembangan teknologi yang tak sama. Di negara maju, perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat. Sementara itu, di negara mengembang perkembangan kebutuhan benda/barang dan jasa sedang lebih cepat daripada perkembangan teknologinya.

Bencana dunia merupakan faktor perusak yang berada di luar kekuasaan dan kemampuan manusia. Walaupun sebenarnya sebagian bencana terjadi dampak ulah manusia sendiri. Banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain sudah membawa dampak kerugian yang cukup agung. Kerusakan propertti, lokasi usaha, sumber kekuatan dunia, dan bahkan korban jiwa yang menjadi korban bencana dunia tersebut.[3]

Referensi

  1. ^ Pengertian Kelangkaan
  2. ^ Faktor kelangkaaan pertumbuhan warga
  3. ^ Faktor Kelangkaan Sumber Kekuatan


edunitas.com

Page 3

Kelangkaan adalah kondisi di mana kita tak ada cukup sumber kekuatan untuk memuaskan semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan kebanyakan dari jumlah benda/barang dan jasa yang tersedia. [1]. Kelangkaan bukan berfaedah segalanya sulit diperoleh atau ditemukan. Kelangkaan juga dapat diartikan alat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan jumlahnya tak seimbang dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Kelangkaan mengandung dua pengertian:

  • Alat pemenuhan kebutuhan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
  • Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan membutuhkan pengorbanan lainnya.

Masalah kelangkaan selalu dihadapi merupakan masalah bagaimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam dengan alat pemuas yang terbatas. Dalam menghadapi masalah kelangkaan, ilmu ekonomi memerankan penting karena masal ekonomi yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa menyeimbangkan antara hasrat yang tak terbatas dan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Apabila suatu sumber kekuatan dapat digunakan untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhan dalam jumlah tak terbatas, maka sumber kekuatan tersebut diceritakan tak mengalami kelangkaan.

Faktor penyebab kelangkaan

  • Keterbatasan sumber kekuatan

Dunia memang menyediakan sumber kekuatan yang cukup melimpah. Namun, tetap saja jumlahnya terbatas, lebih-lebih bila manusia mengolahnya secara sembarangan. Walaupun sumber kekuatan tersebut dapat diperbaharui atau tersedia secara lepas, tetap saja akan menjadi kurang dan lama-kelamaan akan habis.

  • Perbedaan letak geografis

Sumber kekuatan dunia kebanyakan tersebar tak merata disetiap daerah. Ada daerah yang sangat subur, ada pula daerah yang kaya akan bahan tambang. Namun, ada pula daerah yang gersang dan selalu kekurangan cairan. Perbedaan ini mengakibatkan sumber kekuatan menjadi langka dan terbatas, terutama untuk daerah yang tak ada sumber kekuatan yang melimpah.

Pertumbuhan jumlah warga selalu lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi benda/barang dan jasa. Hal ini sudah diteliti oleh seorang ekonom, Thomas Robert Malthus. Menurutnya, jumlah manusia tumbuh mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya). Sementara jumlah produksi hanya tumbuh mengikuti deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya).[2]

  • Keterbatasan kemampuan produksi

Kemampuan produksi didukung oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Misalnya kapasitas faktor produksi manusia terbatas karena sedang bisa sakit, lelah, atau bosan. Mesin produksi juga bisa rusak dan aus. Selain itu, keterbatasan produksi juga ditentukan karena perkembangan teknologi yang tak sama. Di negara maju, perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat. Sementara itu, di negara mengembang perkembangan kebutuhan benda/barang dan jasa sedang lebih cepat daripada perkembangan teknologinya.

Bencana dunia merupakan faktor perusak yang berada di luar kekuasaan dan kemampuan manusia. Walaupun sebenarnya sebagian bencana terjadi dampak ulah manusia sendiri. Banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain sudah membawa dampak kerugian yang cukup agung. Kerusakan propertti, lokasi usaha, sumber kekuatan dunia, dan bahkan korban jiwa yang menjadi korban bencana dunia tersebut.[3]

Referensi

  1. ^ Pengertian Kelangkaan
  2. ^ Faktor kelangkaaan pertumbuhan warga
  3. ^ Faktor Kelangkaan Sumber Kekuatan


edunitas.com

Page 4

Kelangkaan adalah kondisi di mana kita tak ada cukup sumber kekuatan untuk memuaskan semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan kebanyakan dari jumlah benda/barang dan jasa yang tersedia. [1]. Kelangkaan bukan berfaedah segalanya sulit diperoleh atau ditemukan. Kelangkaan juga dapat diartikan alat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan jumlahnya tak seimbang dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Kelangkaan mengandung dua pengertian:

  • Alat pemenuhan kebutuhan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
  • Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan membutuhkan pengorbanan lainnya.

Masalah kelangkaan selalu dihadapi merupakan masalah bagaimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam dengan alat pemuas yang terbatas. Dalam menghadapi masalah kelangkaan, ilmu ekonomi memerankan penting karena masal ekonomi yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa menyeimbangkan antara hasrat yang tak terbatas dan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Apabila suatu sumber kekuatan dapat digunakan untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhan dalam jumlah tak terbatas, maka sumber kekuatan tersebut diceritakan tak mengalami kelangkaan.

Faktor penyebab kelangkaan

  • Keterbatasan sumber kekuatan

Dunia memang menyediakan sumber kekuatan yang cukup melimpah. Namun, tetap saja jumlahnya terbatas, lebih-lebih bila manusia mengolahnya secara sembarangan. Walaupun sumber kekuatan tersebut dapat diperbaharui atau tersedia secara lepas, tetap saja akan menjadi kurang dan lama-kelamaan akan habis.

  • Perbedaan letak geografis

Sumber kekuatan dunia kebanyakan tersebar tak merata disetiap daerah. Ada daerah yang sangat subur, ada pula daerah yang kaya akan bahan tambang. Namun, ada pula daerah yang gersang dan selalu kekurangan cairan. Perbedaan ini mengakibatkan sumber kekuatan menjadi langka dan terbatas, terutama untuk daerah yang tak ada sumber kekuatan yang melimpah.

Pertumbuhan jumlah warga selalu lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi benda/barang dan jasa. Hal ini sudah diteliti oleh seorang ekonom, Thomas Robert Malthus. Menurutnya, jumlah manusia tumbuh mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya). Sementara jumlah produksi hanya tumbuh mengikuti deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya).[2]

  • Keterbatasan kemampuan produksi

Kemampuan produksi didukung oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Misalnya kapasitas faktor produksi manusia terbatas karena sedang bisa sakit, lelah, atau bosan. Mesin produksi juga bisa rusak dan aus. Selain itu, keterbatasan produksi juga ditentukan karena perkembangan teknologi yang tak sama. Di negara maju, perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat. Sementara itu, di negara mengembang perkembangan kebutuhan benda/barang dan jasa sedang lebih cepat daripada perkembangan teknologinya.

Bencana dunia merupakan faktor perusak yang berada di luar kekuasaan dan kemampuan manusia. Walaupun sebenarnya sebagian bencana terjadi dampak ulah manusia sendiri. Banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain sudah membawa dampak kerugian yang cukup agung. Kerusakan propertti, lokasi usaha, sumber kekuatan dunia, dan bahkan korban jiwa yang menjadi korban bencana dunia tersebut.[3]

Referensi

  1. ^ Pengertian Kelangkaan
  2. ^ Faktor kelangkaaan pertumbuhan warga
  3. ^ Faktor Kelangkaan Sumber Kekuatan


edunitas.com

Page 5

Kelangkaan adalah kondisi di mana kita tak ada cukup sumber kekuatan untuk memuaskan semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan kebanyakan dari jumlah benda/barang dan jasa yang tersedia. [1]. Kelangkaan bukan berfaedah segalanya sulit diperoleh atau ditemukan. Kelangkaan juga dapat diartikan alat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan jumlahnya tak seimbang dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Kelangkaan mengandung dua pengertian:

  • Alat pemenuhan kebutuhan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
  • Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan membutuhkan pengorbanan lainnya.

Masalah kelangkaan selalu dihadapi merupakan masalah bagaimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam dengan alat pemuas yang terbatas. Dalam menghadapi masalah kelangkaan, ilmu ekonomi memerankan penting karena masal ekonomi yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa menyeimbangkan antara hasrat yang tak terbatas dan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Apabila suatu sumber kekuatan dapat digunakan untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhan dalam jumlah tak terbatas, maka sumber kekuatan tersebut diceritakan tak mengalami kelangkaan.

Faktor penyebab kelangkaan

  • Keterbatasan sumber kekuatan

Dunia memang menyediakan sumber kekuatan yang cukup melimpah. Namun, tetap saja jumlahnya terbatas, lebih-lebih bila manusia mengolahnya secara sembarangan. Walaupun sumber kekuatan tersebut dapat diperbaharui atau tersedia secara lepas, tetap saja akan menjadi kurang dan lama-kelamaan akan habis.

  • Perbedaan letak geografis

Sumber kekuatan dunia kebanyakan tersebar tak merata disetiap daerah. Ada daerah yang sangat subur, ada pula daerah yang kaya akan bahan tambang. Namun, ada pula daerah yang gersang dan selalu kekurangan cairan. Perbedaan ini mengakibatkan sumber kekuatan menjadi langka dan terbatas, terutama untuk daerah yang tak ada sumber kekuatan yang melimpah.

Pertumbuhan jumlah warga selalu lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi benda/barang dan jasa. Hal ini sudah diteliti oleh seorang ekonom, Thomas Robert Malthus. Menurutnya, jumlah manusia tumbuh mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya). Sementara jumlah produksi hanya tumbuh mengikuti deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya).[2]

  • Keterbatasan kemampuan produksi

Kemampuan produksi didukung oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Misalnya kapasitas faktor produksi manusia terbatas karena sedang bisa sakit, lelah, atau bosan. Mesin produksi juga bisa rusak dan aus. Selain itu, keterbatasan produksi juga ditentukan karena perkembangan teknologi yang tak sama. Di negara maju, perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat. Sementara itu, di negara mengembang perkembangan kebutuhan benda/barang dan jasa sedang lebih cepat daripada perkembangan teknologinya.

Bencana dunia merupakan faktor perusak yang berada di luar kekuasaan dan kemampuan manusia. Walaupun sebenarnya sebagian bencana terjadi dampak ulah manusia sendiri. Banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain sudah membawa dampak kerugian yang cukup agung. Kerusakan propertti, lokasi usaha, sumber kekuatan dunia, dan bahkan korban jiwa yang menjadi korban bencana dunia tersebut.[3]

Referensi

  1. ^ Pengertian Kelangkaan
  2. ^ Faktor kelangkaaan pertumbuhan warga
  3. ^ Faktor Kelangkaan Sumber Kekuatan


edunitas.com

Page 6

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan akbar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di kawasan Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Pemerian botani

African Oil Palm (Elaeis guineensis)

Kelapa sawit berwujud pohon. Tingginya mampu mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas sebagai mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma pautannya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya lebih kurang mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah sampai umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki saat pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki struktur lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih akbar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sbg tetua jantan.

Buah sawit benar warna bervariasi dari hitam, ungu, sampai merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah berlandaskan kematangan buah. Setelah melewati fase dewasa, kandungan asam lemak lepas sama sekali (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri atas tiga lapisan:

  • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  • Mesoskarp, serabut buah
  • Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti benar nilai tinggi.

Kelapa sawit mengembang biak dengan cara generatif. Buah sawit dewasa pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Syarat hidup

Habitat aslinya adalah kawasan semak belukar. Sawit mampu tumbuh dengan baik di kawasan tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu kawasan yang tidak tergenang cairan masa hujan dan tidak kekeringan masa kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri atas dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini sebagai mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula sebagai menambah keanekaragaman sumber kekuatan genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berlandaskan ketebalan cangkang, yang terdiri atas

  • Dura,
  • Pisifera, dan
  • Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga diasumsikan memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan selang induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini diasumsikan bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya mampu mencapai 28%.

Sebagai pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Hasil tanaman

Minyak sawit digunakan sbg bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit mampu digunakan sebagai begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, dapat melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut pautannya, benar kekuatan melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]

Bagian yang paling populer sebagai diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Keunggulan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sbg bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sbg salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sbg bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan menciptakan lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa sebagai berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder tiris. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sbg tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada masa yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati dampak Revolusi Industri pertengahan 100 tahun ke-19. Dari sini kemudian muncul ide menciptakan perkebunan kelapa sawit berlandaskan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, karenanya dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu disertai oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama bertempat di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Lapang areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sbg AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.

Sampai menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot sampai tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut dampak meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sbg energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor sampai sekarang sedang hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

Catatan kaki

  1. ^ //74.125.39.104/search?q=cache:Py9coGHF9IQJ:fitagri.com/kelapa_sawit/kelapa_sawit_main.html+kelapa+sawit+tenera&hl=de&ct=clnk&cd=13&gl=de&lr=lang_id&client=firefox-a
  2. ^ //elearning.unej.ac.id/courses/PNU1705/document/babIklpswt.doc?cidReq=PNU1705


edunitas.com

Page 7

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan akbar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di kawasan Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Pemerian botani

African Oil Palm (Elaeis guineensis)

Kelapa sawit benar struktur pohon. Tingginya mampu mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas sebagai mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma pautannya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya lebih kurang mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah sampai umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki saat pematangan beda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki struktur lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih akbar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sbg tetua jantan.

Buah sawit benar warna bervariasi dari hitam, ungu, sampai merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah berlandaskan kematangan buah. Setelah melewati fase dewasa, kandungan asam lemak lepas sama sekali (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri atas tiga lapisan:

  • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  • Mesoskarp, serabut buah
  • Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti benar nilai tinggi.

Kelapa sawit mengembang biak dengan cara generatif. Buah sawit dewasa pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Syarat hidup

Habitat aslinya adalah kawasan semak belukar. Sawit mampu tumbuh dengan baik di kawasan tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu kawasan yang tidak tergenang cairan masa hujan dan tidak kekeringan masa kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri atas dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini sebagai mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula sebagai menambah keanekaragaman sumber kekuatan genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berlandaskan ketebalan cangkang, yang terdiri atas

  • Dura,
  • Pisifera, dan
  • Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga diasumsikan memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan selang induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini diasumsikan bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya mampu mencapai 28%.

Sebagai pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Hasil tanaman

Minyak sawit digunakan sbg bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit mampu digunakan sebagai begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, dapat melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut pautannya, benar kekuatan melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]

Bagian yang terpopuler sebagai diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan bermacam jenis turunannya. Keunggulan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sbg bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sbg salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sbg bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan menciptakan lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa sebagai berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder tiris. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sbg tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada masa yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati dampak Revolusi Industri pertengahan 100 tahun ke-19. Dari sini kemudian muncul ide menciptakan perkebunan kelapa sawit berlandaskan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, karenanya dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu disertai oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama bertempat di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Lapang areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sbg AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.

Sampai menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot sampai tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut dampak meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sbg energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor sampai sekarang sedang hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

Catatan kaki

  1. ^ //74.125.39.104/search?q=cache:Py9coGHF9IQJ:fitagri.com/kelapa_sawit/kelapa_sawit_main.html+kelapa+sawit+tenera&hl=de&ct=clnk&cd=13&gl=de&lr=lang_id&client=firefox-a
  2. ^ //elearning.unej.ac.id/courses/PNU1705/document/babIklpswt.doc?cidReq=PNU1705


edunitas.com

Page 8

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan akbar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di kawasan Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Pemerian botani

African Oil Palm (Elaeis guineensis)

Kelapa sawit benar struktur pohon. Tingginya mampu mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas sebagai mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma pautannya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya lebih kurang mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah sampai umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki saat pematangan beda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki struktur lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih akbar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sbg tetua jantan.

Buah sawit benar warna bervariasi dari hitam, ungu, sampai merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah berlandaskan kematangan buah. Setelah melewati fase dewasa, kandungan asam lemak lepas sama sekali (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri atas tiga lapisan:

  • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  • Mesoskarp, serabut buah
  • Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti benar nilai tinggi.

Kelapa sawit mengembang biak dengan cara generatif. Buah sawit dewasa pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Syarat hidup

Habitat aslinya adalah kawasan semak belukar. Sawit mampu tumbuh dengan baik di kawasan tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu kawasan yang tidak tergenang cairan masa hujan dan tidak kekeringan masa kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri atas dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini sebagai mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula sebagai menambah keanekaragaman sumber kekuatan genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berlandaskan ketebalan cangkang, yang terdiri atas

  • Dura,
  • Pisifera, dan
  • Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga diasumsikan memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan selang induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini diasumsikan bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya mampu mencapai 28%.

Sebagai pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Hasil tanaman

Minyak sawit digunakan sbg bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit mampu digunakan sebagai begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, dapat melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut pautannya, benar kekuatan melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]

Bagian yang terpopuler sebagai diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan bermacam jenis turunannya. Keunggulan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sbg bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sbg salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sbg bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan menciptakan lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa sebagai berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder tiris. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sbg tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada masa yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati dampak Revolusi Industri pertengahan 100 tahun ke-19. Dari sini kemudian muncul ide menciptakan perkebunan kelapa sawit berlandaskan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, karenanya dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu disertai oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama bertempat di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Lapang areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sbg AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.

Sampai menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot sampai tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut dampak meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sbg energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor sampai sekarang sedang hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

Catatan kaki

  1. ^ //74.125.39.104/search?q=cache:Py9coGHF9IQJ:fitagri.com/kelapa_sawit/kelapa_sawit_main.html+kelapa+sawit+tenera&hl=de&ct=clnk&cd=13&gl=de&lr=lang_id&client=firefox-a
  2. ^ //elearning.unej.ac.id/courses/PNU1705/document/babIklpswt.doc?cidReq=PNU1705


edunitas.com

Page 9

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan akbar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di kawasan Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Pemerian botani

African Oil Palm (Elaeis guineensis)

Kelapa sawit berwujud pohon. Tingginya mampu mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas sebagai mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma pautannya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya lebih kurang mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah sampai umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki saat pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki struktur lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih akbar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sbg tetua jantan.

Buah sawit benar warna bervariasi dari hitam, ungu, sampai merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah berlandaskan kematangan buah. Setelah melewati fase dewasa, kandungan asam lemak lepas sama sekali (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri atas tiga lapisan:

  • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  • Mesoskarp, serabut buah
  • Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti benar nilai tinggi.

Kelapa sawit mengembang biak dengan cara generatif. Buah sawit dewasa pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Syarat hidup

Habitat aslinya adalah kawasan semak belukar. Sawit mampu tumbuh dengan baik di kawasan tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu kawasan yang tidak tergenang cairan masa hujan dan tidak kekeringan masa kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri atas dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini sebagai mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula sebagai menambah keanekaragaman sumber kekuatan genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berlandaskan ketebalan cangkang, yang terdiri atas

  • Dura,
  • Pisifera, dan
  • Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga diasumsikan memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan selang induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini diasumsikan bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya mampu mencapai 28%.

Sebagai pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Hasil tanaman

Minyak sawit digunakan sbg bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit mampu digunakan sebagai begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, dapat melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut pautannya, benar kekuatan melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]

Bagian yang paling populer sebagai diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Keunggulan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sbg bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sbg salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sbg bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan menciptakan lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa sebagai berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder tiris. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sbg tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada masa yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati dampak Revolusi Industri pertengahan 100 tahun ke-19. Dari sini kemudian muncul ide menciptakan perkebunan kelapa sawit berlandaskan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, karenanya dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu disertai oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama bertempat di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Lapang areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sbg AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.

Sampai menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot sampai tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut dampak meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sbg energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor sampai sekarang sedang hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

Catatan kaki

  1. ^ //74.125.39.104/search?q=cache:Py9coGHF9IQJ:fitagri.com/kelapa_sawit/kelapa_sawit_main.html+kelapa+sawit+tenera&hl=de&ct=clnk&cd=13&gl=de&lr=lang_id&client=firefox-a
  2. ^ //elearning.unej.ac.id/courses/PNU1705/document/babIklpswt.doc?cidReq=PNU1705


edunitas.com

Page 10

Tags (tagged): 2 Title of articles, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 5, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 7, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 8, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 9, 2006 FIFA World Cup Qualifying - Final Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2006 FIFA World Cup Qualifying - First round African Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying - First round of Asian Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying - Qualifying Zone North, Central America and the Caribbean, 2011 AFC Cup, 2011 Asian Cup, 2011 CONCACAF Gold Cup, 2011 Copa America squad, 2014 FIFA World Cup Qualifying - Second Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup Qualifying - Third Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup squads, 2014 Winter Olympics, 27 September, 270, 273 BC, 28

Page 11

Tags (tagged): 2 Title of articles, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 5, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 7, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 8, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 9, 2006 FIFA World Cup Qualifying - Final Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2006 FIFA World Cup Qualifying - First round African Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying - First round of Asian Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying - Qualifying Zone North, Central America and the Caribbean, 2011 AFC Cup, 2011 Asian Cup, 2011 CONCACAF Gold Cup, 2011 Copa America squad, 2014 FIFA World Cup Qualifying - Second Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup Qualifying - Third Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup squads, 2014 Winter Olympics, 27 September, 270, 273 BC, 28

Page 12

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir

Page 13

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir

Page 14

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script

Page 15

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script

Page 16

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans

Page 17

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans

Page 18

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217

Page 19

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217

Page 20

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto

Page 21

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto

Page 22

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai

Page 23

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai

Page 24

Tags (tagged): L Title of articles, La Romareda, La Romareda Stadium, La Rosaleda Stadium, La Spezia, Laureano Sanabria Ruiz, Lauren, Lauren Colthorpe, Lauren Etame Mayer, lesions, Lesley de Sa, lesmo, Lesotho, List of counties and cities in Central Java, List of counties and cities in Central Kalimantan, List of counties and cities in Central Sulawesi, List of counties and cities in East Java, List of Indonesian leaders, List of Indonesian legendary football player, List of Indonesian local clothing, List of Indonesian minister

Page 25

Tags (tagged): L Title of articles, La Romareda, La Romareda Stadium, La Rosaleda Stadium, La Spezia, Laureano Sanabria Ruiz, Lauren, Lauren Colthorpe, Lauren Etame Mayer, lesions, Lesley de Sa, lesmo, Lesotho, List of counties and cities in Central Java, List of counties and cities in Central Kalimantan, List of counties and cities in Central Sulawesi, List of counties and cities in East Java, List of Indonesian leaders, List of Indonesian legendary football player, List of Indonesian local clothing, List of Indonesian minister

Page 26

Tags (tagged): O Title of articles, Obu, Aichi- Obu, Aichi, Occidental Mindoro, Occimiano, Occitania, OIC, OIC Islamic University, Oier Olazabal, Oier Sanjurjo, Olympic Stadium Berlin, Olympic Stadium Fisht, Olympic Stadium San Marino, Olympic Stadium, Munich, Orchid, Orchidaceae, Orchids, North Gorontalo, Order of Carmelites, Oskemen, Oslo, Oslo Peace Agreement, Osman Chavez

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA