Lafal yang memiliki arti sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan

putri nabi Muhammad Saw yang ikut berjuang pada masa kanak-kanaktolong bantu jawab plissssss​

siapa yang dijuluki singa podium ​

Nenek moyang indonesia? Nenek moyang ular?

bagaimana mekanisme koordinasi antar departemen dalam menggunakan teknologi, khususnya terhadap pegawai yang belum bisa beradaptasi dengan teknologi​

doa ketika merintangi sesuatu.,..... beserta artinya​

Tuliskan contoh-contoh:a.kebudayaan yang benar B.kebudayaan yang tidak benartlong di jwb!!​

pelajaran apa yang kamu dapatkan dari biografi Laksamana malahayati ini​

Seseorang yang masih ada hubungan keluarga dari nabi muhammad saw dan membela serta melindungi dari kafir quraisy bernamaa.abu lahab b.abu thalib … c. abu jahal c.abu jahal​

Islam nusantara dalam melihat permasalahan sosial terutama agama

Bagaimana pemikiran karakteristik Islam Nusantara dalam melihat permasalahan yang terkait dengan agama,aliran dan budaya?

Berbuat kerusakan di muka bumi dilarang.

Rabu , 02 Jun 2021, 23:04 WIB

Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi. Foto: Ilustrasi budidaya ramah lingkungan di lahan hortikultura

Rep: Ali Yusuf Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Allah SWT memerintahkan hambanya tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Perintah ini Allah abadikan dalam surah Al-Baqarah ayat 11 yang artinya."Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi:" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."Atas jawab itu Allah SWT melalui ayat 12 membantah hambanya yang mengatakan bahwa mereka orang-orang yang mengadakan perbaikan. Bahkan Allah telah membuat mereka lupa jika melakukan kesalahan."Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya."As-Sadi di dalam kitab Tafsirnya meriwayatkan dari Abu Malik dan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah At-Tabib Al Hamdani, dari Ibnu Mas'ud, dan dari sejumlah sahabat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam sehubungan dengan firman-Nya, "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi,' mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan' (Al-Baqarah: 11)"Bahwa mereka adalah orang-orang munafik. Sedangkan yang dimaksud dengan kerusakan di muka bumi ialah melakukan kekufuran dan perbuatan maksiat," tutur As-Sadi seperti dikutip Ibnu Katsir.Abu Ja'far meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan firman-Nya, "Waiza qila lahum la tufsidu fil ard" artinya janganlah kalian berbuat maksiat di muka bumi. Kerusakan yang mereka timbulkan disebabkan perbuatan maksiat mereka terhadap Allah."Karena orang yang durhaka kepada Allah di muka bumi atau memerintahkan kepada kedurhakaan (kemaksiatan) berarti telah menimbulkan kerusakan di muka bumi, mengingat kebaikan bumi dan langit adalah karena perbuatan taat," katanya.Hal yang sama dikatakan pula oleh Ar-Rabi' ibnu Anas dan Qatadah. Ibnu Juraij meriwayatkan dari Mujahid tentang makna firman-Nya, "Waiza qila lahum la tufsidufil ardi." Menurutnya, apabila mereka mengerjakan maksiat, dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian melakukan maksiat ini dan maksiat itu." Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami berada di jalan hidayah dan sebagai orang-orang yang mengadakan perbaikan."Waki', Isa ibnu Yunus, dan Assam ibnu Ali mengatakan dari Al-A'masy, dari Minhal ibnu Amr ibnu Abbad ibnu Abdullah Al-Asadi, dari Salman Al-Farisi, sehubungan dengan firman-Nya: Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi." Mereka menjawab, Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (Al-Baqarah: 11) Menurut Salman Al-Farisi, orang-orang yang dimaksud oleh ayat ini masih belum ada (di masanya).Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Usman ibnu Hakim, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Syarik, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb dan lain-lainnya, dari Salman Al-Farisi sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa mereka masih belum ada.Ibnu Jarir mengatakan, barangkali Salman Radhiyallahu Anhu bermaksud bahwa orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang disebut dalam ayat ini melakukan kerusakan yang jauh lebih besar daripada mereka yang memiliki sifat yang sama di zaman Nabi Shalallahu'alaihi Wasallam Makna yang dikemukakannya bukan berarti bahwa orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut masih belum ada.Ibnu Jarir mengatakan pula, orang munafik adalah mereka yang melakukan kerusakan di muka bumi karena perbuatan maksiat mereka terhadap Tuhannya dan pelanggaran-pelanggaran yang mereka kerjakan terhadap hal-hal yang dilarang oleh Tuhan. Mereka pun menyia-nyiakan hal-hal yang difardukan-Nya, mereka ragu terhadap agama Allah yang tidak mau menerima amal seorang pun kecuali dengan beriman kepadanya dan meyakini hakikatnya. Selain itu mereka berdusta terhadap kaum mukmin melalui pengakuan mereka yang me-yatakan bahwa dirinya beriman, padahal di dalam batin mereka dipenuhi oleh keraguan dan kebimbangan. Mereka juga membantu orang-orang yang mendustakan Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan kekasih-kekasih-Nya bila mereka menemukan jalan ke arah itu. "Yang demikian itulah kerusakan yang dilakukan oleh orang-orang munafik di muka bumi, dan mereka menduga bahwa perbuatan mereka itu dinamakan perbaikan di muka bumi," kata Ibnu Katsir.Makna inilah yang dimaksud oleh Hasan, bahwa sesungguhnya termasuk menimbulkan kerusakan di muka bumi bila orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung mereka, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya dalam surah Al-Anfal ayat 73.

"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kalian (hai kaum muslim) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.”

Baca Juga

  • kerusakan bumi
  • islam dan lingkungan
  • islam dan iklim
  • islam

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

  • Berita Utama
  • Terkini
  • Populer
  • Rekomendasi

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

77. Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Dr. Ahmad Gimmy Prathama S., MSi *

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum wr.wb.

Dalam menggapai hikmah Ramadhan yang mulia, izinkan kali ini, penulis mengajak pembaca sekalian untuk sejenak merenungkan sebuah ayat yang indah dan sangat mengandung nasihat yang berguna bagi kita semua. Ayat tersebut adalah ayat ke 77 dari surat Al Qashash yang merupakan surat ke 28 dalam Al Quran, yang terjemahannya adalah sebagai berikut:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”

Bila kita kaji lebih dalam ayat ini, maka akan kita temukan mutiara nasihat yang sangat berharga dalam ayat ini. Setidaknya ada 4 nasihat yang sangat berguna di dalamnya, yakni hendaknya kita dapat hidup secara seimbang, dengan mengutamakan kebahagiaan akhirat sebagai visi kita, dan juga merengkuh kehidupan dunia serta kenikmatannya sesuai dengan ridha Allah, sebagai bekal kita untuk kehidupan akhirat kelak. Janganlah kita hidup seperti Qarun, tokoh serakah dan pengejar harta yang diceritakan dalam Al Quran, yang terlalu sibuk mengejar harta serta kesenangan dunia, sehingga ia lupa akan kehidupan akhirat yang lebih kekal dan lebih baik dari segala apa yang ada di dunia ini.

Mari manfaatkan waktu kita sebaik-baiknya dengan kesadaran penuh bahwa usia dan kehidupan kita itu ada akhirnya, dan mencari akhir yang baik (khusnul khotimah) adalah kuncinya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. :

Kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Dan laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok. (H.R. Ibnu Asakir dalam H. Asnin Syafiu’uddin, LC, MA., 2012).

Selain itu ayat 77 QS Al-Qashash ini juga menasihatkan agar kita berbuat baik pada orang lain, sekaligus dengan kriterianya (berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu), jangankan berbuat jelek pada orang lain, berbuat baik yang ‘biasa-biasa’ saja tampaknya tidak/belum cukup. Kita harus berbuat baik sesuai dengan kasih sayang Allah kepada kita. Subhanallah…betapa kita seharusnya dapat menjadi rahmatan lil alamiin, dan menjauhkan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain.

Pada akhir ayat, Allah menutup ayat ini dengan larangan bagi setiap manusia agar mereka tidak membuat kerusakan, tidak semena-mena memperlakukan manusia lain, mahluk lain, dan juga lingkungan sehingga semua menjadi rusak dan meninggalkan warisan yang sia-sia bagi penerus kita. Allah menitipkan pada kita agar kita dapat memelihara alam dan kehidupan ini supaya tetap menjadi kebaikan bagi umat penerus kita kelak.

Sungguh sangat indah dan bermakna nasihat yang ada dalam ayat ini. Semoga Allah menjadikan kita manusia penghuni terhormat alam akhirat, hidup cukup dan dapat menjadi rahmat bagi orang lain dan lingkungan kita di dunia, serta senantiasa berbuat kebaikan bagi alam dan kehidupan kita sampai akhir hayat kita.

Wallahu a’lam bishowab…
Billahittaufik wal hidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.

(Ahmad Gimmy Prathama S., Wakil Dekan 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran)
Sumber: ‘Pendidikan Akhlak/Moral dalam Perspektif QS Al-Qashash : 77’ (H. Asnin Syafi’uddin, LC, MA., 28 Mei 2012)

Hikmah Ramadan sebelumnya:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA