Kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian

5 dari 5 halaman

Aisyah rupanya memiliki kebiasaan makan mentimun. Dengan mentimun, Aisyah menjaga stamina sekaligus bentuk tubuh.

Hal ini tertuang dalam hadis riwayat Ibnu Majah RA.

Selain Kurma, Ini 5 Menu Favorit Rasulullah SAW Saat Buka Puasa

Aisyah berkata, 'Ibuku mengobatiku agar aku kelihatan gemuk, saat dia hendak mempertemukan aku dengan Rasulullah, dan usaha itu tidak membuahkan hasil sehingga aku memakan timun dengan kurma basah. Kemudian aku menjadi gemuk dengan bentuk yang ideal.'

Cara ini ternyata juga dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Hal ini tertuang dalam hadis riwayat Tirmidzi.

Dari Abdullah bin Ja'far RA, dia berkata, " Dulu Nabi SAW makan mentimun dan kurma basah."

Al Qurthubi menjelaskan faedah dalam hadis di atas seusai dengan kaidah kedokteran, mentimun memiliki kandungan yang dingin. Sedangkan kurma basah memiliki kandungan panas.

Apabila dua kandungan ini dikonsumsi bersama maka akan saling menyempurnakan. Kaidah ini juga berlaku dalam pembuatan obat.

Sedangkan manfaat dari perpaduan antara mentimun dan kurma basah adalah menggemukkan sekaligus menyehatkan badan. Bisa dikatakan, gemuk yang ideal.

Selengkapnya...

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik.

Hal itu semua merupakan ayat-ayat Allah, supaya mereka berdzikir mengingat-Ku.” (QS. al-A’raf : 26) Sahabat, Allah telah memberikan kita nikmat berpakaian, bahkan saat ini jenis pakaian muslimah sungguh luar biasa beragamnya. Ada banyak motif, warna, model, sungguh cantik.

Tapi sudah tahukah bagaimana kebiasaan istri Rasulullah dalam berpakaian? Bukankah kita mengaku ingin mengikuti jejak beliau? Sebagaimana Rasulullah yang biasa memakai pakaian bertambal dari bahan yang kasar, keluarga beliau pun memakai pakaian yang amat sederhana.

Urwah bin Zubair berkata, “Aisyah tidak suka memperbarui bajunya (menggantinya dengan baju baru) melainkan menambalnya atau membaliknya.”

Semua pakaian istri Rasulullah itu berharga sangat murah sehingga Hasan al-Bashri pernah memperkirakan harga muruth (pakaian yang dibalutkan ke tubuh) istri beliau hanya dengan jumlah enam dirham.

Mungkin kita belum bisa sederhana dalam berpakaian sebagaimana ummul mukminin mencontohkan, tapi cobalah membiasakan menyedekahkan satu baju lama ketika kita membeli satu baju baru. Sedekahkan pula satu jilbab lama ketika kita mendapat satu jilbab baru. Mudahkan?

Satu hal lagi, pastikan hanya membeli pakaian mewah atau mahal untuk keperluan yang benar-benar penting saja. Jangan sampai kita memiliki begitu banyak pakaian mahal hanya untuk dikoleksi.

“Barangsiapa meninggalkan suatu pakaian dengan niat tawadhu’ karena Allah, sementara ia sanggup mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk, lantas ia diperintahkan untuk memilih perhiasan iman mana saja yang ingin ia pakai.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).[]

Sumber: Majalah Ummi Online

Rasulullah saw.memakai pakaian seadannya

Kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian

SYAHRUNNEZA77 SYAHRUNNEZA77

Memakai baju yg dianggap masih bisa dipakai
MUNKIN SAJA

Bagian 62

سم الله الرحمن الرحيم

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آل مُحَمَّد

Kesederhanaan Rasulullah ﷺ

Kesederhanaan Rasulullah ﷺ dalam berpakaian sama dengan kesederhanaan beliau dalam hal makanan. Suatu hari, ada seorang wanita memberikan sehelai pakaian kepada beliau. Kebetulan saat itu beliau memang memerlukan pakaian. Namun, kemudian datang seorang laki-laki yang meminta pakaian itu. Tanpa berpikir panjang lagi, Rasulullah ﷺ pun memberikan pakaian itu.

Pakaian beliau biasanya terdiri atas sebuah baju dalam dan baju luar yang terbuat dari wol, katun, atau sebangsa serat. Sesekali, beliau tidak menolak pakaian agak mewah yang dibuat dari tenunan Yaman jika ada acara yang menghendaki demikian. Alas kaki yang digunakan Rasulullah ﷺ juga amat sederhana. Tidak pernah beliau menggunakan sepatu kecuali hadiah dari Najasy.

Sungguh pun begitu, bukan berarti beliau menyiksa diri dengan semua kesederhanaan itu. Beliau hanya mengendalikan dan menjaga diri agar tidak berlebih-lebihan.

Allah ﷻ berfirman,

وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۖ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Surah Al-Baqarah (2:57)

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Surah Al-Qasas (28:77)

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib bertanya tentang sunnah Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ pun menjawab, "Makrifat (mendekatkan diri kepada Allah) adalah modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku, berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan adalah sasaranku, fakir adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku, kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad adalah perangaiku, dan hiburanku adalah shalat."

Rantai Emas

Suatu ketika Rasulullah ﷺ melihat Fathimah Az-Zahra, putrinya, sedang memakai rantai emas. Rasulullah ﷺ bersabda, "Fathimah, gembirakah jika orang berkata, Di tangan putri Rasulullah ada seikat rantai dari api neraka?"

Fathimah kemudian menjual rantai itu dan uangnya digunakan untuk membebaskan seorang budak. Rasulullah ﷺ pun berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fathimah dari api neraka."

Rasulullah ﷺ Belajar Bertani

Rasulullah ﷺ tidak menempatkan dirinya sebagai seorang raja, meskipun banyak orang Anshar menginginkannnya. Seorang raja biasanya tinggal menikmati uang dan makanan. Tidak demikian dengan Rasulullah ﷺ. Beliau mewajibkan bagi dirinya sendiri bekerja agar bisa makan. Beliau ikut belajar bertani, padahal saat itu usianya sudah di atas 53 tahun. Apalagi seperti kebanyakan orang Mekah, bertani adalah suatu pekerjaan baru yang masih asing bagi beliau.

Rasulullah ﷺ juga menganjurkan agar kaum pria meringankan beban pekerjaan kaum wanita. Demikian pula sebaliknya, beliau juga mempersilahkan kaum wanita yang tidak sedang sibuk dengan urusan rumah tangga, untuk turut membantu pria bekerja. Maka, banyaklah kaum wanita yang bekerja, termasuk mereka yang di Mekah dulu terbiasa hidup berkecukupan di balik dinding rumahnya.

Asma binti Abu Bakar adalah contoh Muslimah yang bekerja dengan tangannya sendiri. Ia tidak peduli meski ayahnya adalah saudagar kaya yang sukses. Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya saat berhijrah, tetapi beliau infakkan semuanya untuk memberikan santunan kepada mereka yang tidak mampu bekerja.

Rasulullah ﷺ segera menghimbau sahabat-sahabatnya yang mampu untuk mengikuti jejak Abu Bakar. Tidak pantas rasanya jika ada Muslim berpakaian mewah, sedangkan saudaranya keluar rumah dengan bajunya compang-camping. Malu rasanya jika ada Muslim kenyang memakan daging dan roti, sedangkan saudara-saudaranya hanya mampu memakan kurma basah.

Kesejahteraan kaum Muslimin pun meningkat dengan pasti. Apalagi setelah Rasulullah ﷺ meminta para saudagar kaya dari Muhajirin dan Anshar membeli tanah-tanah kosong untuk dijadikan lahan pertanian. Maka, sejumlah besar kaum Muhajirin pun mendapat lahan pekerjaan. Akibatnya, hasil panen meningkat dan membanjiri pasar-pasar Madinah. Dengan cepat kaum Muhajirin sudah tidak lagi menjadi beban saudara-saudara Anshar mereka.

Namun, ada kalangan yang tidak menyukai perubahan ini. "Jika dibiarkan begini, orang-orang miskin itu akan meremehkan kita! Bayangkan, Muhammad mengajarkan bahwa dalam tiap harta orang kaya ada hak orang miskin! Enak betul mereka!" demikian kata salah seorang yang tidak suka itu.

Sumber: Kitab Sirah Nabawiyah Syaih Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar

Bersambung