Kantong selaput dalam perut tempat janin bayi disebut

Malik, R., Sarfraz, A., Faroqui, R., Onyebeke, W., & Wanerman, J. (2018). Extremely Preterm (23 Weeks) Vaginal Cephalic Delivery En Caul and Subsequent Postpartum Intraventricular Hemorrhage and Respiratory Distress: A Teaching Case. Case Reports In Obstetrics And Gynecology, 2018, 1-3. doi: 10.1155/2018/5690125

Zacharis, K., Evangelopoulou, E., Balafa, K., Chrysafopoulou, E., Papazisi, A., & Koukoura, O. (2021). “En caul birth” – A rare and spectacular delivery. Hellenic Journal Of Obstetrics And Gynecology, 20(2), 109-110. doi: 10.33574/hjog.0109

Ghosh, K., & Choudhury, A. (2020). Preterm vaginal en caul delivery in a case of severe oligohydramnios with pyelonephritis. International Journal Of Reproduction, Contraception, Obstetrics And Gynecology, 9(12), 5197. doi: 10.18203/2320-1770.ijrcog20205280

Stoelinga, B., Bienstock, J., Goodwin, C., & Hueppchen, N. (2006). En caul delivery of extremely preterm infants: Does it make a difference?. American Journal Of Obstetrics And Gynecology, 195(6), S75. doi: 10.1016/j.ajog.2006.10.240

Lin, C., Lin, S., Yang, Y., Shih, J., Shy, M., Lee, C., & Yang, Y. (2010). Extremely Preterm Cesarean Delivery “En Caul”. Taiwanese Journal Of Obstetrics And Gynecology, 49(3), 254-259. doi: 10.1016/s1028-4559(10)60057-5

Takagi, K., & Muraoka, M. (2019). Cesarean delivery “en caul” in Japan: Results of a national survey of maternal and perinatal centers in Japan. Hypertension Research In Pregnancy, 7(2), 56-61. doi: 10.14390/jsshp.hrp2019-006

Groen, R., Zaharieva, M., McCartan, R., & Johnson, C. (2014). <i>En caul</i> vaginal delivery with vasa previa diagnosed intrapartum. Case Reports In Perinatal Medicine, 3(2), 91-93. doi: 10.1515/crpm-2014-0007

Anatomy: Fetus in Utero. (2022). Retrieved 12 April 2022, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/anatomy-fetus-in-utero

Janin dibungkus oleh selaput pembungkus yang berfungsi melindungi embrio dari kekeringan dan guncangan serta membantu proses pernapasan dan ekskresi. Selaput pembungkus terdiri atas sakus vitelinum, amnion, karion, dan alantois. Sakus vitelinus (kantong kuning telur) merupakan tempat pemunculan sel-sel darah dan pembuluh darah yang pertama. Amnion merupakan selaput dalam, berbatasan dengan embrio yang menghasilkan cairan amnion berupa getah ketuban yang berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan. Karion merupakan selaput paling luar pelindung embrio. Alantois terdapat dalam tali pusat dan berfungsi untuk menghubungkan sirkulasi darah embrio dengan plasenta.

Jadi, fungsi dari amnion adalah untuk melindungi embrio dari guncangan.  

Bagi anda ibu hamil, tentu pengetahuan seputar kehamilan tidak bisa diabaikan begitu saja. Harus selalu diperkaya dengan berbagai ilmu baru, yang mana berkaitan dengan si jabang bayi yang ada di dalam perut. Bagaimana bisa mengabaikan? Jika kehadiran janin ini adalah sesuatu yang paling di tunggu-tunggu? Bukankah seperti itu? Kali ini kita akan membahas mengenai salah satu komponen penting dalam rahim ibu. Amnion.

Apa Itu Amnion ?

Amnion, merupakan salah satu bentuk membran yang ada di dalam seorang wanita. Membran ini berguna dalam masa proses kehamilan seseorang. Sebab keberadaanya sangat di butuhkan sebagai pelindung, penjaga dan tameng pada embrio atau calon bayi yang ada di dalam rahim.

Amnion ini memiliki bentuk seperti kantung. Seperti yang sudah di sebutkan, bahwa amnion ini merupakan suatu membran pelindung, maka letaknya berada di atas embrio. Dalam bahasa keseharian, membran amnion ini biasa dikenal sebagai air ketuban. Sudah sering, bukan, anda melihat artis hamil dalam sinetron yang keluar cairan di antara kaki kakinya. Kemudian pemeran lain mengatakan, ‘air ketuabannya pecah, air ketubannya pecah. Dia harus segera melahirkan.’ Kurang lebih seperti itu.

Perkembangan Amnion

Amnion yang ada di dalam tubuh ibu hamil, masih bisa berkembang. Maka perkembangannya sesuai dengan diferensiasi atau sesuai dengan kebutuhan serta fungsinya sendiri. Misalnya ketika perkembangan janin sudah mulai besar, maka membran embrio akan di produksi lagi. Agar ruang lingkup yang ada cukup. Dalam membran ekstra embrio, masih ada beberapa cairan lain, misalnya seperti amnion, karion, kuning telur serta alantois.

Setelah bayi yang ada di dalam rahim membesar, maka perkembangan cairan amnion juga akan berproduksi pula. Sebelumnya yang hanya berisi air dan garam, kemudian akan bertambah komposisi. Beberapa zat yang penting dan berguna untuk tubuh, misalnya seperti protein, lemak, serta gula.

Berarti, membran amnion atau cairan ketuban ini sangat penting? Benar. Seberapa pentingkah? Simak ulasan berikut ini :

1. Sebagai pelindung utama

Membran amnion atau cairan ketuban merupakan bagian dari rahim yang sangat berguna. Salah satunya adalah sebagai pelindung dari bakal bayi atau embrio. Dengan adanya membran ini embrio atau calon bayi tidak akan terlalu berbahaya seperti hidup di luar. Segala macam bentuk goncangan pada ibu hamil, getaran, sentuhan dan lain sebagainya tidak akan dirasakan langsung oleh bayi. Namun melalui perantara membran amnion.

2. Membantu rekonstruksi kulit

Kemudian fungsi amnion adalah membantu untuk merekonstruksi kulit. Biasanya pada janin atau bakal bayi, selalu ada kemungkinan kulit kepala dan leher rusak. Sebab pada awal awal pertumbuhan, bagian awal perkembangan bayi adalah bagian kepala dan leher. Selama perkembangan janin 9 bulan di perut rahim ibu, selalu ada resiko dan kemungkinan kulit selalu tergesek dengan benda-benda yang ada di dalamnya. Maka perlu di lakukan rekonstruksi atau perbaikan ulang sel kulit kembali.

3. Membantu rekonstruksi kornea mata

Siapa sangka, membran amnion tidak hanya berguna untuk membantu merekonstruksi kulit yang ada di kepala dan leher pada bayi yang masih ada di dalam rahim. Ternyata membran ini juga di gunakan pada hal lain. Misalnya untuk membantu merekonstruksi kornea mata. Para ahli bedah telah menerapkan rekonstruksi kornea mata bersama konjungtivanya sekaligus dan ini berhasil.

4. Membantu untuk mematikan sel kanker

Sel kanker merupakan salah satu sel yang hidup di dalam tubuh manusia, namun keberadaanya sangat berbahaya. Banyak sekali manusia yang meninggal karena sel kanker dalam tubuhnya tetap hidup. Mengapa? Keberadaan sel kanker ini bisa menggerogoti organ tubuh, lalu menjadikannya mati. Bahkan penyakit kanker menjadi penyakit pembunuh nomer 3 di seluruh dunia.

Berdasarkan penelitian membran amnion ini bisa membantu untuk menghentikan pengiriman oksigen pada sel kanker. Jika hal ini di teruskan, maka sel kanker tidak bisa tumbuh dan berkembang. Bisa jadi, lama-kelamaan sel kanker ini mati

5. Berperan sebagai nutrisi pada bayi

Dalam amnion juga terdapat cairan ketuban. Apakah cairan ini berbahaya? Tentu saja tidak. Sebab komposisinya di esuaikan dengan lingkungan dan keadaan dari bayi sendiri. jika berbahaya, maka bayi yang ada di dalam rahim beresiko mati. Memang apakah komposisi yang ada di sana? Protein, lemak, serta zat gula. Maka ini juga berperan sebagai gizi ibu hamil, yang diberikan pada bayi.

6. Membantu pembuangan limbah yang harus di hapus

Maka bayi yang ada di dalam rahim belum bisa berbuat apa apa. Ketika ibu makan makanan, maka nutrisi dan gizinya akan langsung masuk ke dalam tubuh bayi melalui plasenta. Lalu apakah bayi juga melakukan ekskresi atau pengeluaran kotoran? Tentu saja iya. Maka bagaimana prosesnya? Bayi juga mengeluarkan kotoran.

Nah pada pembuangan limbah ini, langsung di buang begitu saja oleh bayi. Kemudian dibantu oleh membran amnion yang ada di sekelilingnya untuk di buang bersama kotoran ibu. Sebab jika terlalu lama berada di dalam rahim, takutnya bisa mengganggu perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya.

7. Membantu mobilisasi pada bayi

Meskipun berada di dalam rahim, bukan berarti bayi hanya diam saja. Ia sudah mampu bergerak gerak ringan ke samping kanan dan kiri. Untuk itulah fungsi amnion bagi embrio dalam rahim akan membantu untuk menjaga pergerakan bayi selama ada di dalam rahim. Untuk itulah amnion sangat berguna untuk bayi sampai ia lahir nanti.

Air ketuban merupakan cairan yang melingkupi bayi di dalam kandungan selama kehamilan. Fungsi air ketuban sendiri adalah melindungi janin dari cedera, infeksi, sekaligus memberikan ruang bagi janin untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Air ketuban mulai diproduksi setelah kantung ketuban terbentuk, yaitu sekitar 12 hari setelah pembuahan. Awalnya, air ketuban terdiri dari cairan tubuh ibu. Kemudian pada usia kandungan sekitar 20 minggu, air ketuban didominasi oleh air seni yang dikeluarkan janin.

Kantong selaput dalam perut tempat janin bayi disebut

Air ketuban berwarna bening kekuningan dan tidak berbau. Komposisinya terdiri dari hormon, nutrisi, sel penunjang sistem kekebalan tubuh, dan urine janin. Dengan air ketubanlah janin belajar bernapas, menelan, dan bergerak.

Fungsi Air Ketuban bagi Janin

Berikut ini adalah beberapa fungsi air ketuban bagi bayi yang ada di dalam kandungan:

1. Melindungi janin dari benturan

Fungsi air ketuban yang pertama adalah melindungi janin terhadap benturan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika ibu hamil jatuh atau perutnya terbentur.

2. Memberi ruang gerak

Air ketuban juga berfungsi memberikan ruang untuk janin bergerak. Selain itu, fungsi air ketuban juga dapat menjaga agar tali pusar tidak terjepit di antara janin dan dinding rahim.

3. Mencegah infeksi

Air ketuban berfungsi mencegah infeksi pada janin. Kandungan sel-sel pembentuk daya tahan tubuh di dalam air ketuban bertugas melawan infeksi yang masuk.

4. Memberikan kenyamanan pada janin

Air ketuban memastikan agar kondisi rahim tetap hangat dan nyaman untuk janin. Suhu air ketuban biasanya sedikit lebih hangat daripada tubuh ibu, yakni sekitar 37,5oC.

5. Mendukung perkembangan paru-paru

Janin tidak bernapas dengan cara menghirup, melainkan menelan air ketuban. Aktivitas ini dimulai saat kandungan berusia 10–11 minggu. Pada usia kehamilan 32 minggu, janin mulai berlatih bernapas dengan mengembang-kempiskan paru-paru. Paru-paru bayi dianggap sudah matang pada usia kehamilan 36 minggu.

6. Mendukung perkembangan sistem pencernaan

Janin belajar menelan dengan meminum air ketuban. Air tersebut nantinya akan dikeluarkan sebagai urine, untuk menjaga kestabilan jumlah air ketuban.

Janin yang kesulitan menelan air ketuban akan mengakibatkan volume air ketuban terlalu banyak (polihidramnion). Hal ini mengindikasikan adanya kelainan pencernaan pada janin.

7. Mendukung perkembangan otot dan tulang

Kantung ketuban menyediakan ruang untuk janin bergerak. Pergerakan janin ini dapat mendukung perkembangan otot dan tulangnya.

Kelainan pada Jumlah Air Ketuban

Jumlah air ketuban cenderung meningkat seiring pertambahan usia kandungan, dan mencapai titik tertinggi sekitar usia kehamilan 34 minggu. Setelah itu, volume air ketuban akan turun seiring semakin dekatnya persalinan.

Volume air ketuban yang normal adalah sebagai berikut:

  • 60 milliliter saat kandungan berusia 12 minggu
  • 175 mililiter pada usia kehamilan 16 minggu
  • 400–1.200 mililiter pada minggu 34–38
  • 600 mililiter pada usia kehamilan 40 minggu

Penting untuk mengetahui apakan jumlah air ketuban sudah sesuai dengan usia kehamilan. Kekurangan atau kelebihan air ketuban sama-sama berisiko terhadap kehamilan.

Kekurangan air ketuban (oligohidramnion) bisa disebabkan oleh kelainan bawaan pada janin, kelainan plasenta, ketuban pecah dini, dan kehamilan melebihi HPL (hari perkiraan lahir). Selain itu, komplikasi kehamilan, seperti dehidrasi, hipertensi, preeklampsia, dan diabetes, juga dapat menyebabkan oligohidramnion.

Sedangkan kelebihan air ketuban (polihidramnion) dapat disebabkan oleh kelainan genetik pada janin, diabetes gestasional, twin to twin transfusion syndrome (TTTS), ketidakcocokan rhesus antara darah ibu dan janin, serta kelainan jantung janin.

Mengingat pentingnya fungsi air ketuban bagi janin, pastikan jumlahnya sesuai dengan usia kehamilan. Jangan lupa untuk berkonsultasi secara rutin dengan dokter kandungan agar kehamilan berlangsung sehat hingga hari persalinan tiba.